"Allahumma ajirni minannar" adalah doa dalam bahasa Arab yang berarti "Ya Allah, lindungilah aku dari api neraka."👉Catatan Penting Buat Penggemar Cerita Silat Di Blog Ini .. Bahwa Cerita Ini Di Buat Pengarang Nya Sebagian Besar Adalah Fiksi Semata..Ambil Hikmahnya Dan Tinggalkan Buruk Nya.. semoga bermanfaat.. semoga kita semua kelak mendapatkan surga dari Allah SWT.. aamiin...(Hadits tentang tiga perkara yang tidak terputus pahalanya setelah meninggal dunia adalah: Sedekah jariyah, Ilmu yang bermanfaat, Anak sholeh yang mendoakannya. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra ) ..(pertanyaan Malaikat Munkar dan nakir di alam kubur : . Man rabbuka? Atau siapa Tuhanmu? 2. Ma dinuka? Atau apa agamamu? 3. Man nabiyyuka? Atau siapa nabimu? 4. Ma kitabuka? Atau apa kitabmu? 5. Aina qiblatuka? Atau di mana kiblatmu? 6. Man ikhwanuka? Atau siapa saudaramu?)..sabda Rasulullah Saw mengenai keutamaan bulan suci Ramadhan dalam sebuah hadits yang berbunyi: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu..

Jumat, 25 Juli 2025

PENDEKAR SLEBOR EPISODE SERIGALA SERIGALA LAPAR

Serigala serigala Lapar

 

SERIGALA-SERIGALA LAPAR

Serial Pendekar Slebor

Cetakan pertama

Penerbit Cintamedia, Jakarta

Editor Puji S.

Hak cipta pada Penerbit

Dilarang mengcopy atau memperbanyak

sebagian atau seluruh isi buku rni

tanpa izin tertulis dari penerbit

Serial Pendekar Slebor

dalam episode

Serigala-Serigala Lapar


1


Dunia adalah panggung sandiwara yang kadang

justru menawarkan ketidak mengertian bagi para

pelakonnya. Di pihak lain, beberapa pelakon justru tak mau

tahu akan ketidakmengertian itu sendiri. Seolah masa

bodoh, mereka bertindak sewenang-wenang, terutama

terhadap kaum yang lemah.

Mestikah hal itu didiamkan berlarut-larut

Dan waktu pun terus bergulir tanpa ada yang dapat

mencegahnya. Pagi menyeruak, sebagai tanda dimulainya

kehidupan. Pasar Wage mulai ramai oleh pedagang dan

pembeli. Sebagian pedagang masih menata dagangannya

agar bisa memancing minat. Sebagian lagi malah sudah

mengumbar teriakan, raenjajakan dagangannya. Saking

semangatnya teriakan seorang pedagang malah diiringi

oleh suara letusan dari pantat. Sebentar dia celingak-

celinguk, takut-takut suara letusan tadi terdengar.

Di salah satu sudut pasar, tiga sosok tubuh berdiri di

depan penjual pakaian. Dua orang lelaki berusia setengah

baya, dan seorang lagi perempuan tua berusia sekitar tujuh

puluh tahun.

Mata tajam mereka menatap sepasang anak muda

yang tengah menunggu dagangan. Seolah, mereka tengah

mengenali salah satunya. Yakni, seorang pemuda berbaju

hijau pupus dengan kain bercorak catur di bahunya.

Kalian lihat sendiri, tunjuk lelakiyangberwajah codet

di pipi kiri pada kedua temannya.

Lelaki itu mengenakan pakaian berwarna hitam

pekat. Kedua tangannya dipenuhi gelang besi. Wajahnya

penuh jerawat yang bernanah, hingga sangat mengerikan.

Apalagi ditambah codet di sebelah kiri.

Diperhatikan begitu sepasang anak muda itu jadi

jengah juga. Kening mereka berkerut heran.

Sudan lima belas hari aku memperhatikan mereka.

Dan aku yakin, sepertiyang dikatakan Serigala Mata Iblis

tentang Pendekar Slebor, pemuda itulah yang sebenarnya

berjuluk Pendekar Slebor, lanjut si lelaki berjerawat

Kedua kawan lelaki berjerawat menatap tajam pada

pemuda berbaju hijau pupus.

Tuan.... Apakah Tuan ingin membeli pakaian tanya si

pemuda berusaha tenang, meskipun mulai menangkap

gelagat yang tidak enak. Di sebelahnya, gadis bersamanya

telah mengkeret sejak tadi. Sementara para pedagang

yang lain memperhatikan dengan hati kecut.

Setan! maki lelaki yang berambul panjang. Dia

mengenakan pakaian berwarna merah. Hhh! Rupanya, kau

sudah tak memiliki nyali untuk tampil kembali di rimba

persilatan, Pendekar Slebor! Sehingga kau harus

menyamar menjadi pedagang seperti ini!

Kening si pemuda berkerut Wajahnya menyiratkan

ketidak mengertian dengan apa yang dimaksud lelaki

berbaju merah itu. Ditatapnya lelaki itu dengan kening

berkerut.

Apa maksud Tuan Namaku Sudira..., kata si pemuda

yang mengaku bernama Sudira.

Pemuda keparat! Ikut dengan kami! Serigala Mata

Iblis menginginkan nyawa busukmu! bentak lelaki rambut

panjang lagi.

Mendengar bentakan itu, hati Sudira benar-benar

tidak tenang. Begitu pula gadis di sebelahnya Wajah si

gadis telah pucat pasi dengan tatapan lugu. Hatinya kebat-

kebit tak menentu. Selama ini, dia menganggap semua

orang berwatak baik-baik. Dan semua anggapan seperti itu

langsung dibuangnya begitu ketiga orang bertampang tak

bersahabat ini membentak-bentak di hadapannya.

Pendekar Slebor Siapa dia Dan siapa orang yang

dimaksud lelaki berambut panjang dengan Serigala Mata

Iblis

Tuan... Tuan salah sangka, sergah Sudira berusaha

tenang. Dia berpikir, kalau bisa menjelaskan kalau dirinya

bukan orang yang dicari, maka semuanya bisa teratasi.

Sekali lagi kukatakan. Namaku Sudira.... Dan ini adikku.

Namanya Nuning. Kami kakak beradik yang berasal dari

Desa Peterongan sebelah selatan dari kotapraja. Kami tak

mengenal orang yang Tuan maksudkan.

Bukannya menyahut, lelaki berambut panjang

langsung menendang dagangan sepasang anak muda yang

ternyata kakak beradik itu sambil menggeram bengis.

Prak!

Pakaian-pakaian dagangan itu kontan beterbangan.

Dan meskipun berasal dari dusun, namun S udira memiliki

nyali cukup besar. Diperlakukan seperti itu, amarahnya

kontan terbakar. Dicabutnya golok di pinggang. Dan sambil

melompat, diterjangnya orang yang menghambur-

hamburkan dagangannya.

Manusia hina! Kerja kalian hanya mengganggu orang

saja! seru Sudira keras.

Wuuut!

Ayunan golok si pemuda yang sekuat tenaga hanya

dihindari lelaki berambut panjang dengan hanya

memiringkan tubuhnya.

Setan alas! Sejak kapan pendekar besar seperti kau

ini mempergunakan golok! bentak lelaki berambut panjang.

Aku si Bayangan Setan jadi ingin tertawa geli....

Lalu dengan gerakan sangat cepat laksana setan

lelaki berambut panjang yang berjuluk si Bayangan Setan

mengayunkan tangannya.

Wuuut!

Pukulanyang mengandung tenaga dalam penuh itu

Input, karena Sudira dengan mempergunakan nalurinya

sudah bergulingan. Namun angin keras pukulan itu masih

menyerempct lengan kirinya. Plak!

Sudira meringis, merasakan nyeri bukan main pada

lengan kirinya.

Kau! serunya tersendat dengan wajah pias.

Kakang...! gadis adik Sudira langsung terpekik

melihat keadaan kakaknya. Segera dia menghambur dan

merangkul.

Si Bayangan Setan terbahak-bahak Rahangnya yang

keras tampak bergetar. Matanya membuka lebih lebar.

.Rupanya nama besar Pendekar Slebor hanya

omongan anak kecil belaka! ejek lelaki berambut panjang.

Cuuh! Apakah kau sudah kehilangan kemampuanmu

karena lama berdiam di pasar ini Atau... kau berlagak

menjadi pahlawan kesiangan tanpa menurunkan tangan

Kakang.... Lebih baik kita tinggalkan tempat ini, ajak

gadis bernama Nuning.

Hik hik hik... tak mudah meninggalkan tempat ini,

sela nenek berbaju keemasan. Bibirnya yang penuh gincu

meringis. Wajah keriputnya benar-benar mirip kain gombal.

Bayangan Setan! Mengapa kau tidak menangkapnya

dengan segera Serigala Mata Iblis pasti sangat bangga

padamu.

Bagai mendapat semangat baru, si Bayangan Setan

berkelebat ke arah Sudira yang nampak tegang.

Sementara itu para pedagang lain mulai menun-

jukkan rasa kesetiakawanan. Melihat salah seorang teman

mereka diperlakukan semena-mena, mereka segera

mencabut golok. Saat itu pula, lima buah golok di tangan

para pedagang menebas deras ke bagian-bagian tubuh si

Bayangan Setan, sebelum Sudira jadi korban.

Bet! Bet! Bet!

Mendapati serangan berbahaya menyerangnya, si

Bayangan Setan memutar tubuhnya.

Setan alas! Kalian hanya mencari mampus! bentak

lelaki berambut panjang.

Tanpa bergerak dari tempatnya, tangan si Bayangan

Setan mengibas ke depan. Seketika satu gelombang angin

kuat menderu.

Dess! Dess!

Aaakh...!

Dalam sekali kibas, lima pedagang yang merasa

bernasib dengan S udira kontan beterbangan ke belakang

disertai muntahan darah. Dua orang seketika mati,

sementara sisanya pingsan.

Hayo! Siapa lagi yang ingin jadi pahlawan, hah!

bentak si Bayangan Setan pada pedagang lainnya yang

perlahan-lahan menurunkan golok.

Meskipun para pedagang geram dan ingin

membantu Sudira, namun nyali mereka ciut juga melihat

kesaktian lelaki berambut panjang.

Hati Sudira pedih melihat nasib yang dialami teman-

temannya sesama pedagang. Namun dia pun tak bisa

berbuat banyak ketika si Bayangan Setan sudah berbalik

kembali ke arahnya. Kakinya melayang cepat!

Merasa ada getaran panas yang menderu ke

arahnya, Sudira langsung mendorong tubuh adiknya.

Awas, Nuning! Tinggalkan tempat ini!

Sementara pemuda itu sendiri gelagapan. Tubuhnya

dibuang ke kanan, membuat tendangan si Bayangan Setan

luput dari sasaran.

Brakkk!

Malah tendangan itu menghajar meja dagangan

seorang penjual makanan hingga seketika hancur

berantakan.

Melihat hal itu, kemarahan si Bayangan Setan

semakin tinggi.

Bangsat terkutuk! Kau hanya berpura-pura saja, hah!

Bagus! Aku ingin melihat kepandaian Pendekar Slebor yang

selama ini dibanggakan banyak orang!

Si Bayangan Setan yang menyangka kalau pemuda

di hadapannya tetap Pendekar Slebor kembali meluruk

cepat. Dan sudah tentu lelaki ini bukanlah tandingan

Sudira. Dalam satu gebrak saja, pemuda itu langsung

terhantam tendangan kerasnya.

Dukkk!

Namun rupanya, kekerasan alam yang menempa

hidupnya sejak kecil membuat tubuh pemuda itu cukup

kedot.

Si Bayangan Setan makin buas.

Hanya begini saja kehebatannya! Tak perlu Serigala

Mata Iblis menyuruh kami bertiga bila manusia seperti ini

yang perlu dihadapi, katanya dalam hati.

Melihat hal itu, Nuning menjadi pucat. Gadis ini tak

tega kakaknya dipermainkan seperti itu. Untungnya, dia

berada tak jauh dari kudanya. Saat itu pula, timbul pikiran

jernih di otaknya. Seketika dia melompat ke atas kuda dan

menggebahnya. Nuning tak peduli meskipun nanti akan

terkena hajaran si Bayangan Setan.

Si Bayangan Setan yang hendak menurunkan tangan

lagi pada Sudira, melompat ke samping dengan wajah

gusar. Pada saat yangsama Nuning mengulurkan

tangannya pada Sudira.

Cepat, Kakang! Cepat!

Tap!

Si gadis menyambar tangan Sudira yang tak berdaya.

Bagai mendapat kekuatan, tangannya disentakkan. Sudira

sendiri dengan sisa-sisa tenaga melompat naik ke

kudanya. Tubuhnya agak oleng sehingga tidak tepat di

punggung kuda. Dia menjerit keras dengkulnya terasa nyeri

terhantam tanah bebatuan. Namun Nuning tak peduli.

Yang penting mereka harus melarikan diri secepatnya.

Setan neraka! Kau tak akan bisa melarikan diri dari

tangan kami! bentak si Bayangan Setan dan berkelebat

menyusul. Begitu pula kedua temannya yang sejak tadi

hanya memperhatikan si Bayangan Setan dalam

mempermainkan pemuda berbaju hijau muda itu.

Mereka memang tidak turun tangan. Karena sekali

lihat saja mereka tahu, pemuda yang masih disangka

Pendekar Slebor tak mampu berbuat banyak menghadapi

si Bayangan Setan.

Kuda yang dipacu Nuning telah melewati lembah,

Kini malam sudah menjelang. Di satu tempat yang penuh

ditumbuhi pepohonan, Nuning menghentikan laju kudanya.

Dipegangnya tubuh kakaknya yang terasa panas. Sejak

tadi, sebenarnya Sudira sudah pingsan. Dan karena hawa

panas yang sangat kuat di tubuhnya, menyebabkan dia

mengigau tak karuan.

Hati Nuning menjadi ciut menyadari hal itu. Tanpa

pikir panjang lagi, gadis cantik itu segera menggebrak

kudanya kembali. Dia tak peduli meskipun tempat yang

dilalui semakin asing. Yang terpenting adalah, keselamatan

kakaknya.

Oh, Gusti.... Ada apa sebenarnya ini kata batin gadis

itu. Tanpa mengenal lelah kudanya terus dipacu. Mengapa

orang-orang itu menyangka Kakak Sudira adalah Pendekar

Slebor Aku sendiri tak pernah tahu, siapa Pendekar Slebor

itu.

Sementara tanpa setahu gadis itu, satu sosok

bayangan hitam berkelebat mengikuti. Sejak si gadis

tengah pertama kali menghentikan kudanya bayangan itu

terus memperhatikan. Dalam sekali pandang saja, dia

telah tahu kalau pemuda yang tergolek lemah di punggung

kuda dalam keadaan terluka parah.

Aku ingin tahu apa yang terjadi, gumam bayangan

hitam itu berkelebat menyusul Nuning. Nampak jelas sekali

gadis itu bukan hanya mengkhawatirkan keadaan pemuda

itu, tetapi juga meng-khawatirkan bahaya lain. Entah,

bahaya apa. Hmm.... Sebaiknya sebelum kupenuhi

tantangan Serigala Mata Iblis, lebih baik aku mengikuti

dulu gadis itu. Aku ingin tahu, apa yang telah menimpanya.

Sosok hitam-hitam bersanggul ke atas itu rupanya

bukan orang sembarangan. Dalam dua kali kelebat saja,

dia bisa mendekati Nuning yang masih terus memacu

kudanya sambil menjaga jarak.

Tiba-tiba saja wajah sosok hitam-hitam itu menjadi

tegang.

Gusti! Di depan sana ada sebuah jurang. Aku harus

segera memperingatkannya! Kalau tidak, dia pasti akan

tertelan jurang itu!

Memikir demikian, sosok hitam-hitam itu menambah

kecepatan larinya. Hanya sekelebatan saja, sebenarnya

gadis itu bisa disambarnya. Namun dia urung

melakukannya. Justru bayangan itu melompat ke sebuah

pohon, ketika kuda yang dipacu cepat oleh gadis tadi

meringkik keras sambil mengangkat kedua kaki depannya

tinggi-tinggi.

Nuning yang tak menyangka serta-merta terkejut

bukan main. Tubuhnya langsung terlempar jatuh

sementara tubuh Sudira pun melayang ambruk.

Ketika berdiri, gadis itu melihat tiga sosok manusia

telah berdiri di hadapannya. Maka kembali hatinya kecut!

***

2


Nuning menatap tak percaya pada tiga orang di

depannya yang tak lain si Bayangan Setan, dan kedua

temannya. Ketiganya memang tokoh sesat terkenal di

rimba persilatan yang berilmu setaraf si nenek genit

dikenal sebagai Nenek Baju Emas. Sedang lelaki berbaju

hitam yang di tangannya banyak terdapat gelang besi,

dikenal sebagai Raja Gelang Besi.

Si Bayangan Setanlah yang pertama kali

mengusulkan untuk memotong jalan, saat mengejar gadis

itu. Dia memang sangat hafal dengan beberapa lembah

yangdilalui Nuning.

Apa yang diduganya memang benar. Kini ketiga

tokoh telengas itu terbahak-bahak ketika melihat betapa

kalutnya Nuning yang urung mendekati kakaknya yang

tergeletak di tanah.

Si Bayangan Setan menyeringai hingga kedua

pipinya tertarik ke bawah. Matanya bersinar lebih kejam.

Sudah kukatakan, kalian tak akan bisa melarikan

diri, kata lelaki berambut panjang itu dingin. Lalu matanya

melirik Raja Gelang Besi yang sejak tadi berkilat-kilat. Raja

Gelang Besi... aku tak menginginkan gadis itu. Biar kau

urus dia.

Laki-laki codet itu terbahak-bahak mendengar kata-

kata si Bayangan Setan.

Tepat sekali. Memang sejak tadi yang kuinginkan

adalah gadis itu, Bayangan Setan. Dengan senang hati

akan kuurus dia, sahutnya sambil melangkah mendekati

Nuning.

Bukan main cemasnya si gadis sekarang. Kalau tadi

mencemaskan keadaan kakaknya yang luka parah, kini dia

mencemaskan keadaan dirinya pula. Dipahami betul, apa

arti ucapan lelaki bercodet yang dipanggil Raja Gelang

Besi.

Kalian salah sangka.... Kalian salah mencari orang,

kata si gadis tersendat dengan wajah pucat. Namaku

Nuning.... Dan dia adalah kakakku.... Namanya Sudira.

Bukan Pendekar Slebor....

Raja Gelang Besi semakin menyeringai dan

mendekat tanpa kata. Yang ada dalam otak kotornya

sekarang ini adalah melewatkan malam yang dingin

dengan kehangatan memabukkan.

Percuma kau mengiba-iba seperti itu, Gadis Manis,

kata si Bayangan Setan. Pendekar Slebor akan kami

serahkan pada ketua kami, Serigala Mata Iblis. Baju hijau

pupus dan kain bercorak catur yang dikenakan sudah

menjadi ciri kalau dia adalah manusia yang berjuluk

Pendekar Slebor! Lagi pula, tam-pang pemuda ini memang

tampang Pendekar Slebor! Raja Gelang Besi! Cepat kau

urus dia!

Di sebuah pohon, sosok hitam-hitam bersanggul ke

atas itu menatap terkejut. Gila! Ketiga manusia keparat itu

rupanya sudah menjadi kaki tangan Serigala Mata Iblis.

Hmm.... Aku harus menyelamatkan gadis itu. Tetapi, siapa

sebenarnya pemuda yang diakui gadis itu sebagai

kakaknya Mengapa mereka menduga kalau dia adalah

Pendekar Slebor Kalau tak salah ingat, otak tuaku memang

pernah mendengar julukan Pendekar Slebor, seorang

pendekar urakan yang berjuang di jalan kebenaran.

Apakah pemuda yang terluka itu adalah Pendekar Slebor

yang seperti dugaan orang-orang itu Kalau memang iya,

rupanya Serigala Mata Iblis menginginkan nyawa Pendekar

Slebor. Hmm.... Memang harus kuurungkan menemui

Serigala Mata Iblis.

Sementara itu, Raja Gelang Besi telah menangkap

tangan kanan Nuning. Si gadis meronta-ronta, berusaha

keras melepaskan diri. Namun apalah daya tenaganya

dibandingkan tenaga yang dimiliki Raja Gelang Besi. Malah

tubuhnya terkulai lemah ketika Raja Gelar Besi menotok

urat di bawah pangkal lengan kanannya.

Hei! seru Raja Gelang Besi. Apakah kalian masih

tetap di sini menonton keasyikanku, hah! Kau juga, Nenek

Peot! Cepat menyingkir!

Nenek Baju Emas menggerutkan giginya. Sedangkan

si Bayangan Setan sudah memanggul tubuh S udira yang

tetap disangka sebagai Pendekar Slebor.

Kami menunggu kau lima puluh tombak dari sini!

seru si Bayangan Setan, segera berkelebat. Menyusul

kemudian, Nenek Baju Emas yang masih mangkel hatinya

dipanggil nenek peot oleh Raja Gelang Besi.

Sosok hitam-hitam di atas pohon terus mengawasi

dengan mata tajamnya.

Hmm... Kalau aku menyelamatkan pemuda itu, bisa-

bisa nasib gadis ini benar-benar berantakan. Sebaiknya,

gadis itu dulu yang harus kuselamatkan. Kalaupun

melakukannya sekarang, berarti aku harus menghadapi

ketiga begundal itu. Bisa-bisa aku kewalahan. Terutama

dengan adanya Nenek Baju Emas.

Di tempatnya Raja Gelang Besi terbahak-bahak

ketika kedua temannya sudah meninggalkan tempat itu.

Mulut jeleknya menyeringai lebar melihat Nuning yang

tergolek lemah dengan mata redup. Perlahan-lahan

direbahkannya tubuh gadis itu di atas rumput.

Sangat menyenangkan, desisnya.

Dan ketika tangan lelaki berotak ngeres itu hendak

merobek pakaian di bagian dada gadis itu, mendadak

terasa ada angin panas menyambar ke arahnya.

Wuuuss!

Hei! bentak Raja Gelang Besi keras seraya

bergulingan.

Pada saat yang sama, sosok bertubuh ramping

berpakaian serba hitam melayang turun, langsung

menyambar tubuh Nuning.

Masih bergulingan Raja Gelang Besi mengibas-kan

tangan kanannya.

Setan alas! Berani mengganggu keasyikanku, hah!

Seketika meluncur angin yang tak kalah hebatnya ke

arah sosok ramping serba hitam yang membawa Nuning.

Sosok itu melenting dan berputaran dua kali menghindari

hantaman yang dilepaskan Raja Gelang Besi.

Brakkk!

Angin keras itu menghantam sebuah pohon hingga

langsung tumbang. Bertepatan dengan itu, Raja Gelang

Besi mencelat dengan satu hentakkan kaki, mencoba

hendak memotong sosok ramping berpakaian serba hitam

bila bergerak nanti. Namun di luar dugaan, sosok itu justru

bergerak ke arahnya dengan kaki kanan melayang. Maka

cepat tangannya mengibas.

Plak!

Raja Gelang Besi tersentak ketika tangannya beradu

dengan kaki yang mengandung tenaga dalam kuat.

Tubuhnya surut dua langkah ke belakang dengan wajah

pias. Kedua tangannya terasa nyeri.

Siapa nenek bersanggul yang berpakaian hitam-

hitam itu Gerakannya begitu cepat sekali. Dan tenaga

dalamnya pun tinggi. Rasanya, tenaga dalamku berada

satu tingkat di bawahnya. Ilmu meringankan tubuhnya pun

sudah mencapai tingkat tinggi, karena sejak tadi aku tidak

tahu kalau dia berada di sekitar sini. Mungkin pula, saat si

Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas bersamaku,

manusia keparat itu s udah berada di sini Tetapi peduli

setan! Dia telah mengganggu keasyikanku, berarti harus

mampus!

Berpikir dernikian, Raja Gelang Besi menggerakkan

kedua tangannya ke atas ke bawah. Sesaat, hawa sejuk

terasa mengalir ke kedua tangannya. Matanya tak berkedip

memandang sosok ramping berpakaian hitam-hitam yang

telah melempar tubuh Nuning ke sebuah cabang pohon

landai. Bagai kapas, tubuh gadis itu hinggap dengan

ringannya.

Huh! Mau pamer tenaga dalam rupanya! dengus

Raja Gelang Besi. Setan alas! Siapa kau sebenarnya! Mau

cari mampus ya, di tengah malam begini!

Sosok ramping berpakaian serba hitam yang

ternyata seorang wanita tua itu memicingkan matanya

Hingga pipinya yang cekung seperti memperlihatkan

tulang-belulangnya yang tertarik keluar.

Raja Gelang Besi.... Lebih baik kau minggat dari sini.

Susul kedua temanmu itu. Juga katakan pada Serigala

Mata Iblis, kalau aku Bidadari Tangan Maut tak akan

pernah mau menjadi abdinya, seperti kau yang mau

menjadi seekor anjing untuk kepentingannya!

Tantangannya pada purnama mendatang sudah kuterima!

sahut perempuan tua berpakaian serba hitam yang

ternyata berjuluk Bidadari Tangan Maut.

Raja Gelang Besi tersentak mendengar julukan yang

disebut nenek berbaju hitam itu. Batinnya ber-getar dengan

perasaan tak menentu.

Pantas dia mempunyai tenaga dalam hebat.

Rupanya Bidadari Tangan Maut yang hadir di sini, desah

Raja Gelang Besi dalam hati.

Kemudian lelaki ini teringat, kalau Serigala Mata Iblis

menghendaki nenek berbaju serba hitam itu. Maka seringai

lebar pun tersungging di bibirnya yang agak lebar.

Hhh! Bila berhasil kuselesaikan nenek keparat itu,

bisa jadi Serigala Mata Iblis akan menyanjungku setinggi

langit. Biar kucoba kehebatan nenek ini.

Saat itu pula, lelaki ini memandang tajam pada

Bidadari Tangan Maut.

Bidadari Tangan Maut.... Kuhargai kau yang

mempunyai urusan dengan Serigala Mata Iblis. Namun

sayangnya, kau tak akan berumur panjang di tangannya.

Nyawaku akan kujunjung setinggi langit. Harga diriku

melebihi tujuh lapis langit. Tak akan pernah kuubah

pendirianku yang menolak bergabung dengan serigala

lapar itu! Raja Gelang Besi...! Sekali lagi kukatakan,

minggat dari sini!

Bukannya menuruti kata-kata Bidadari Tangan Maut,

Raja Gelang Besi malah menggebrak maju. Gerakannya

begitu cepat. Dan sebelum menghantam pukulan kanan

dan kirinya, lima buah gelang besinya sudah meluruk

menyambar ke arah Bidadari Tangan Maut.

Hhh...!

Nenek berbaju hitam dengan rambut disanggul ke

atas itu mengeluarkan hembusan dari hidung. Dia tak

bergerak sedikit pun dari tempatnya. Ketika lima buah

gelang besi yang meluncur dahsyat itu sudah

mendekatinya, dengan ringannya kedua tangannya

digerakkan.

Wuuss! Wuusss!

Satu gelombang angin dahsyat meluruk langsung

menghantam lima buah gelang besi itu. Tak! Tak...!

Seketika gelang-gelang itu patah berantakan.

Namun hal itu bukannya menguntungkan bagi Bidadari

Tangan Maut. Karena, Raja Gelang Besi sudah meluruk

pula.

Bersamaan dengan itu, si nenek mundur dua tindak.

Lalu tangannya bergerak amat cepat.

Plak!

Begitu tangan kirinya menangkis pukulan Raja

Gelang Besi, tangan kanan Bidadari Tangan Maut menjotos

dada.

Desss!

Lelaki bercodet itu kontan terhuyung ke belakang

saat dadanya bagai dihantam godam yang cukup keras.

Darah segar mengalir dari hidungnya. Namun ini bukan

membuatnya jeri, justru bertambah sangar.

Heaaah...!

Dikawal satu bentakan keras., si lelaki codet

menerjang dahsyat kembali. Malah kalau boleh dibilang

lebih dahsyat dari serangannya yang pertama. Pada saat

yang sama pun lima belas gelang besinya sudah

berkelebatan, mengurung Bidadari Tangan Maut.

Si nenek cepat merunduk berkali-kali sambil

mengibaskan tangannya.

Tak! Tak...!

Lima buah gelang besi itu pun berhasil dipatahkan

Bidadari Tangan Maut. Namun satu gedoran kaki dari Raja

Gelang Besi telah cepat menghantam dadanya.

Heeiggk!

Bidadari Tangan Maut tersentak ke belakang. Saat

itu pula terasa hawa panas kembali meluruk ke arahnya.

Maka secepatnya tenaga dalamnya dialirkan ke dada dan

kedua tangan. Seketika kedua tangannya yang telah

berubah menjadi kehitaman bergerak amat cepat

Plak! Plak!

Dua gempuran dari Raja Gelang Besi berhasil ditepis

si nenek. Bahkan satu gedoran langsung dilancarkannya.

Dess!

Gedoran telak itu tepat mendarat di dada Raja

Gelang Besi. Kembali lelaki itu terhuyung ke belakang.

Kegeraman Raja Gelang Besi siap termuntah.

Wajahnya begitu tegang dengan dagu sekeras batu.

Namun Bidadari Tangan Maut sudah tak mau bertindak

ayal-ayalan lagi. Segera tubuhnya meluruk dikawal satu

teriakan keras.

Sejak tadi kukatakan, lebih baik tinggalkan tempat

ini! Tetapi kau keras kepala. Jangan salahkan bila aku

menurunkan tangan telengas!

Raja Gelang Besi tersentak pias. Tanpa sadar

kakinya mundur tiga tindak. Dia berusaha menutup

gerakan Bidadari Tangan Maut dengan mengirimkan

sepuluh buah gelang besinya.

Tak! Tak!

Namun gelang-gelang besi itu disapu Bidadari

Tangan Maut dengan sekali menggerakkan tangan kiri.

Sementara tubuhnya terus menderu dahsyat ke arah Raja

Gelang Besi.

Si lelaki sudah meremang bulu kuduknya. Tanpa

terasa keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya.

Wajahnya menjadi seputih kertas. Lalu....

Dess...!

Dan tanpa ampun lagi, pukulan maut yang

dllepaskan Bidadari Tangan Maut menghantam telak dada

Raja Gelang Besi. Tubuhnya kontan mencelat tiga tombak.

Begitu jatuh keras di tanah, dia pingsan seketika.

Bidadari Tangan Maut mendesah panjang sambil

menghapus keringatnya.

Aku sudah memperingatkanmu sejak tadi, Raja

Gelang Besi, desisnya pelan.

Si nenek lantas melompat ke pohon tempat Nuning

tadi dilemparkan. Disambarnya gadis itu, lalu dibawanya

kembali ke bawah. Perlahan, direbahkannya Nuning ke

tanah. Dalam sekali lihat, Bidadari Tangan Maut dapat

mengetahui letak totokan yang dilakukan Raja Gelang Besi

pada gadis itu.

Begitu terbebas dari totokan, tubuh si gadis

terjingkat sejenak. Kepalanya terasa agak pusing. Matanya

terbuka perlahan-lahan.

Kang Sudira.... Di mana, Kang Sudira....

Mendengar desisan itu, Bidadari Tangan Maut

seketika ingat kalau masih ada yang harus diselamatkan.

Kau tunggu di sini. Akan kuselamatkan kakangmu...,

ujarnya pelan.

Namun sebelum si nenek bergerak, satu sosok

tubuh berpakaian hijau pupus telah berdiri tegak di

depannya. Bidadari Tangan Maut mendesah panjang.

Ah! Rupanya pemuda itu berhasil meloloskan diri.

Nuning pun melihat kehadiran pemuda berbaju hijau

pupus itu. Bagai menemukan tenaganya kembali, si gadis

berlari dan merangkul pemuda itu dengan suka cita.

Kang Sudira...! Kau tidak apa-apa Oh, Gusti………..

Aku sudah ngeri sekali memikirkanmu, Kang...,

desah Nuning dengan suara bergetar penuh keharuan.

Si pemuda belum menyahut. Justru keningnya

berkerut.

Apa-apaan ini tanyanya, kebingungan.

***

3

Nuning masih merangkul pemuda berbaju hijau

pupus. Sementara Bidadari Tangan Maut cuma

memperhatikan. Namun dalam sekali pandang tadi, dia

sempat melihat kalau kening pemuda itu berkerut heran.

Ada apa ini Mengapa pemuda itu sepertinya tak

mengenal adiknya desis si nenek dalam hati. Apakah dia

telah dipengaruhi salah seorang dari kedua manusia

keparat tadi

Sedangkan si pemuda masih keheranan.

Nona..., maaf. Nona salah sangka. Aku bukan Sudira

yang kau maksud..., ucap si pemuda yang di bahunya

tersampir sehelai kain bercorak catur.

Mendengar kata-kata itu, Nuning seketika

mendongak. Matanya memperhatikan wajah pemuda di

depannya. Dia yakin sekali kalau yang berada di

hadapannya adalah kakaknya. Tetapi mengapa kata-

katanya seperti ini

Kang Sudira..., kata si gadis tersendat. Apakah

Kakang lupa denganku Aku Nuning, Kang.... Adikmu…..

Si pemuda menghela napas perlahan. Dia yakin

kalau gadis ini menyangka dirinya adalah kakaknya.

Rasanya tak tega untuk meminta gadis itu

melepaskan rangkulannya. Namun biar bagaimanapun, si

pemuda menjadi risih karena tak mengenal gadis yang

merangkulnya ini.

Nona.... Aku bukan Sudira.... Namaku Andika..., tegas

si pemuda pelan sambil tersenyum.

Bola mata Nuning bergerak-gerak tak mengerti

Tetapi....

Percayalah.... Namaku Andika. Mungkin, kebetulan

saja wajahku yang ganteng ini mirip dengan orangyang kau

maksud..., tandas si pemuda yang tak lain adalah Andika.

Dalam rimba persilatan, dia dikenal sebagai pendekar

urakan yang berjuluk Pendekar Slebor.

Nuning masih belum percaya. Namun perlahan-

lahan rangkulannya dilepas. Diperhatikannya wajah di

hadapannya dengan saksama. Dia yakin, yang berada di

hadapannya ini adalah kakaknya.

Kau..., oh! Kalau begitu... ke manakah Kang Sudira

tanya si gadis tak mengerti.

Lho, Mana kutahu Aku baru saja tiba di sini, sahut

Andika, seperti orang tanpa dosa.

Bidadari Tangan Maut pun semula menyangka kalau

pemuda itu adalah Sudira. Namun keyakinannya perlahan-

lahan pupus sudah.

Orang muda... kau menyebut namamu tadi adalah

Andika. Bolehkah aku tahu, siapa julukanmu

Ini yang menyebalkan Andika. Ada saja orang yang

mengutak-atik julukannya. Tapi mungkin dengan

menyebutkan julukannya, mereka bisa percaya kalau

dirinya bukan orang yang dimaksud.

Orang-orang rimba persilatan menjuluki Pendekar

Slebor. Namun tak seslebor orangnya. Oh, ya, Nek. Siapa

kau ini

Kali ini Bidadari Tangan Maut mengangguk-

anggukkan kepalanya. Ada sebuah senyum di wajahnya.

Jadi... rupanya kaulah orang yang berjuluk Pendekar

Slebor.... Hem.... Namaku sendiri aku sudah lupa. Tetapi,

orang-orang rimba persilatan menjuluki Bidadari Tangan

Maut...

Andika alias Pendekar Slebor pemuda pewaris ilmu

Pendekar Lembah Kutukan mengatupkan kedua

tangannya di dada.

Maafkan, Nek. Kukira kalau orang yang berjuluk

Bidadari, pasti cantik. Ternyata aku salah sangka. He... he

he he.... Taksungguh, aku pernah menyangka kalau akan

bertemu Bidadari Tangan Maut yang kesaktiannya tak

tertandingi..., kata Andika, mulai kumat urakannya.

Bidadari Tangan Maut mengulap tangannya.

Sudahlah.... Jangan berseloroh dulu. Yang jelas, kau

saat ini dikira sebagai kakak gadis itu, Andika. Wajahmu

mirip sekali.

Mirip dengan siapa, Nek

Mirip monyet

Sial!

Wajah Andika kontan memerah. Sungguh tak pernah

disangka kalau si nenek akan membalas selorohannya.

He he he.... Kena, kau! Satu-satu.... Begini, Andika.

Sebenarnya wajahmu mirip dengan wajah kakak gadis ini,

jelas Bidadari Tangan Maut.

Ceritakan yang jelas, Nek.... Apa yang sebenarnya

terjadi, pinta Pendekar Slebor, mulai penasaran.

Kita tunda dulu percakapan ini. Kalau begitu,

pemuda yang bernama Sudira masih berada di sekitar sini.

Lebih baik, kita mencari pemuda itu dulu.

Andika mengangguk-angguk. Sementara Bidadari

Tangan Maut sudah menyambar tangan Nuning yang masih

jengah bila menatapnya. Hati gadis itu tanpa sadar bagai

teraduk-aduk ketika menyadari yang dirangkulnya bukan

kakaknya. Melainkan, orang lain yang mirip kakaknya.

Tadi ketika pemuda itu mengaku berjuluk Pendekar

Slebor, sadarlah Nuning sekarang. Ternyata orang-orang

yang telah membawa kakaknya salah mencari orang. Dan

dia merasa aneh sekali, karena keduanya sangat mirip.

Bahkan dari warna pakaian yang dikenakan. Demikian pula

kain bereorak catur yang tersampir di bahunya. Hanya saja,

baru dimengerti sekarang, kain bercorak catur milik

kakaknya lebih kecil. Dan itu pun entah sudah hilang entah

ke mana, ketika Sudira bertarung tadi.

Kini, rasa khawatir si gadis akan nasib kakaknya

semakin membesar saja.

Mengapa Sudira yang dibawa oleh si Bayangan

Setan dan Nenek Baju Emas tak bisa mereka temukan

Sambil membopong tubuh Sudira, si Bayangan Setan

terus berkelebat. Bersama Nenek Baju Emas, dia tak lagi

menunggu kemunculan Raja Gelang Besi.

Hhh! Rupanya hanya begitu saja kehebatan

Pendekar Slebor yang banyak dibicarakan orang! kata si

Bayangan Setan sambil terus berkelebat. Tak pernah

kumengerti, mengapa Serigala Mata Iblis merasa kalau

Pendekar Sleborlah yang akan menghalangi rencananya.

Padahal, pemuda ini tak memiliki kehebatan apa-apa.

Bayangan Setan! Tahukah kau, apa rencana Serigala

Mata Iblis tanya Nenek Baju Emas, sambil mengejar

kelebatan tubuh si Bayangan Setan.

Aku tidak tahu sama sekali. Namun lelaki itu

memang memiliki kesaktian tinggi. Bukan hanya aku yang

berhasil ditundukkannya. Kau dan Raja Gelang Besi pun

telah menjadi pengikutnya. Dan kupikir, ini lebih baik.

Karena, kita bisa melakukan apa saja dengan bantuan

langsung dari Serigala Mata Iblis. Kembali pada

kecemasannya terhadap Pendekar Slebor, aku masih tak

bisa mengerti. Karena, ternyata Pendekar Slebor tak

sehebat yang dibicarakan orang, lanjut si Bayangan Setan,

masih bernada merendahkan.

Kalau begitu, lebih baik secepatnya dia dibawa ke

hadapan Serigala Mata Iblis. “Bagaimana dengan Raja

Gelang Besi?” Mendengar nama itu disebutkan, wajah

Nenek Baju Emas berubah. Matanya tertekuk ke dalam.

“Biarkan saja dia. Lebih baik kita segera kembali.

Nanti dia pun bisa kembali, bukan?”

Si Bayangan Setan terbahak-bahak. Dia tahu, Nenek

Baju Emas masih kesal pada Raja Gelang Besi yang

menyebutnya nenek peot. Tampak perubahan pada wajah

si nenek yang semakin berkerut dengan mulut berbentuk

kerucut. Meskipun wanita tua itu sangat pesolek, namun si

Bayangan Setan yakin, kambing diberi obat perangsang

pun tak akan mau menuruti birahi perempuan tua itu.

Saat ini, tidak tepat untuk saling mementingkan diri

sendiri, kata si Bayangan Setan masih setengah tertawa,

Sekarang, kita telah menjadi abdi Serigala Mata Iblis.

Apakah kau lupa kalau dirimu pun berhasil dikalahkan

olehnya Ucapan Raja Gelang Besi tadi biarkan saja. Dan

usulmu untuk secepatnya membawa Pendekar Slebor,

memang harus dilakukan sekarang. Biarkan Raja Gelang

Besi menikmati malam yang dingin ini.

Meskipun mendengar usulnya disetujui si Bayangan

Setan, namun wajah Nenek Baju Emas masih tertebak.

Tanpa banyak bicara, kelebatan tubuhnya dipercepat.

Sedangkan si Bayangan Setan pun juga mempercepat

kelebatannya sambil memanggul tubuh Sudira yang masih

pingsan.

Bidadari Tangan Maut menghela napas panjang

setelah selesai bercerita. Saat bercerita, sesekali dia

meminta pada Nuning untuk menjelaskannya. Karena si

nenek sendiri hanya menduga kalau orang-orang yang

menculik Sudira menginginkan Pendekar Slebor

sebenarnya. Hanya kebetulan saja wajah keduanya hampir

serupa.

Nuning yang saat ini tengah galau memikirkan nasib

kakaknya pun menjelaskan kalimat demi kalimatyang

dimaksudkan Bidadari Tangan Maut. Hati gadis cantik yang

seumur hidupnya belum pernah sekali pun berpisah

dengan kakaknya, bagai hancur berantakan.

Begitulah yang terjadi, Andika..., kata Bidadari

Tangan Maut sambil memperhatikan si pemuda.

Ck ck, ck, decak Andika. Kurang ajar betul itu

serigala. Kurang makan daging kali. Hm... aku juga

mendengar tentang kemunculannya. Dalam waktu kurang

lebih sebulan ini, dia tengah memperlihatkan taringnya

yang jarang digosok. Dia tak pandang bulu dalam memilih

korbannya. Siapa saja yang dikehendakinya, pasti akan

mati. Saat ini, aku pun sedang mencari manusia keparat

itu. Sungguh malang nasib yang dialami Sudira.

Pendekar Slebor lantas menatap Bidadari Tangan

Maut yang juga menatapnya.

Nek, ada kepentingan apakah kau mencari manusia

keparat itu juga tanya si pemuda.

Bidadari Tangan Maut mengeluarkan suara

mendesah. Hatinya geram mendengar sepak terjang

Serigala Mata Iblis.

Manusia keparat itu berulangkali mendatangi

kediamanku. Berulangkali pula meminta untuk menjadi

pengikutnya. Dia tengah merencanakan satu siasat yang

aku sendiri tidak tahu. Dua kali aku bentrok dengannya.

Kuakui, ilmunya begitu tinggi. Dalam bentrokan pertama,

aku masih berhasil mengimbanginya. Dan saat bentrokan

kedua, aku harus terkapar selama dua hari. Herannya,

manusia keparat itu tak segera membunuhku. Entah

mengapa. Justru ketika aku terbangun dari pingsan, kulihat

di sisiku terdapat guratan pada tanah yang berisi

tantangan. Pada pumama mendatang, aku harus

memenuhi tan-tangannya di Bulrit Siluman. Dan tantangan

itu akan kupenuhi, meskipun aku tahu kesaktianyang

dimihr kinya berada dua tingkat di atasku.

Andika terdiam. Otaknya yang seencer bubur

bekerja. Kedua alisnya yang hitam legam bagai kepakan

sayap elang bagai bertaut menjadi satu. Kepalanya

diangkat lagi, menatap Bidadari Tangan Maut. Sementara

Nuning yang sejak tadi menangis, akhirnya tertidur.

Agaknya, gadis ini tak kuat menahan derita yang baru

pertama kali dialaminya.

Nek.... Seperti niatku semula, aku memang akan

menghentikan sepak terjang dari Serigala Mata Iblis. Tapi

aku tidak tahu, di mana kediamannya. Bisakah kau

mengatakannya kepadaku, Nek

Bidadari Tangan Maut menggeleng.

Aku pun tidak tahu, di mana dia berada.

Masih banyak masalah yang harus dipecahkan

sekarang ini, jelas Andika. Pertama. Mengapa Serigala

Mata Iblis tidak membunuhmu. Kedua, untuk apa

mengumpulkan para jago dari golongan hitam. Ketiga,

siasat apa yang hendak dijalankannya. Dan keempat,

untuk apa menjalankan sebuah siasat yang belum

diketahul

Bidadari Tangan Maut mengangguk-angguk,

membenarkan kata-kata Andika. Memang masih banyak

teka-teki yang harus dipecahkan.

Jadi bagaimana keputusanmu tanya si nenek.

Andika bangkit berdiri. Ditepuk-tepuknya pantat yang

berdebu.

Hm.,.. Akan segera kucari serigala itu. Apalagi, saat

ini orang yang mirip dengan wajahku dibawa oleh si

Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas. Hm.... Apa yang

akan dialami pemuda itu, begitu mereka tahu kalau

pemuda itu bukan Pendekar Slebor, orang yang diinginkan

Serigala Mata Iblis.

Bidadari Tangan Maut hanya menarik ujung bibirnya.

Getir.

Kalau begitu, baiklah. Aku akan mengantarkan gadis

ini pulang ke rumahnya. Setelah itu, akan kus usul kau

demi memenuhi tantangan Serigala Mata Iblis, cetus si

nenek, akhirnya.

Andika menganggukkan kepalanya. Lalu tubuhnya

diputar satu langkah. Dan....

Wuuttt!

Tiba-tiba saja tubuh Pendekar Slebor berkelebat

cepat. Sebentar saja, tubuhnya lenyap dari pandangan.

Akuyakin, ilmu meringankan tubuhnya tak jauh

berbeda dengan kemampuanku, desah Bidadari Tangan

Maut.

***

4


Kami datang dan telah melaksanakan tugas dari

ketua. Silakan periksa, kata si Bayangan Setan kepada

sosok bertubuh ringkih berusia sekitar tujuh puluh tahun.

Sosok bertubuh ringkih itu terbungkus jubah panjang

berwarna hitam. Rambutnya disanggul ke atas, berwarna

merah. Wajahnya tirus, menyiratkan kelicikan dan kekejian.

Di sebelah si tua kurus yang duduk di sebuah batu

altar, duduk seekor serigala bertubuh sangat besar. Sinar

matanya mencorong tajam, seolah hendak menelan bulat-

bulat si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas.

Ha ha ha...! si tua kurus memperdengarkan suara

tawa keras, mengandung tenaga dalam hebat, membuat

gendang telinga si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas

terasa sakit. Dan mau tak mau mereka mengalirkan tenaga

dalam pada gendang telinga.

Aku menyukai cara kerja kalian. Kulihat Pendekar

Slebor sudah berada di hadapanku, kata sosok kurus yang

tak lain Serigala Mata Iblis.

Kami melakukan yang terbaik untuk Ketua, sahut si

Bayangan Setan dengan suara mengandung kepuasan.

Tawa orang berjubah panjang warna merah itu

terdengar lagi. Namun tiba-tiba tawanya terhenti. Kedua

matanya bagai hendak melompat keluar.

Setan alas! Mana Raja Gelang Besi, hah! bentaknya

keras. Apakah dia mampus di tangan Pendekar Slebor

selagi kalian menangkapnya!

Si Bayangan Setan menceritakan apa yang terjadi

dengan masih tetap menundukkan kepala.

Keparat! bentak Serigala Mata Iblis menggek gar,

begitu mengetahui apa yang dilakukan Raja Gelang Besi.

Kedua pipi si tua yang bertonjolan tulang-tulang

mengembung. Kemarahannya siap meledak. Dia merasa

dilangkahi Raja Gelang Besi.

Lancang sekali manusia itu berani membelotkan

perintahku! Aku ingin tahu, apa jawabannya nanti setelah

berhadapan denganku! Ingin kutahu kehebatannya bila tak

kuberikan pemunah dari pil yang diminumnya!

Tak ada yang bersuara. Meskipun dalam hati Nenek

Baju Emas senang mendengar kemarahan Serigala Mata

Iblis pada Raja Gelang Besi, namun hatinya ngeri

membayangkan apa yang akan menimpa temannya.

Memanfaatkan kelemahan gadis yang bernama Nuning itu,

merupakan salah satu pelanggaran dari perintah Serigala

Mata Iblis

Sementara saat itu si Bayangan Setan cuma

mendesah pendek dalam hati. Dia tahu, bila sudah begini,

lelaki yang memiliki sinar mata merah itu sudah berada

puncak keberangannya. Diam-diam dia menyesali,

mengapa harus meninggalkan Raja Gelang Besi.

“Perempuan tua!” sebut si tua kurus pada Nenek

Baju Emas. “Seret Raja Gelang Besi ke sini! Sekarang

juga!”

Nenek Baju Emas langsung berdiri dan menjura.

Tanpa berkata apa-apa lagi, tubuhnya segera melesat

meninggalkan gua itu. Ilmu meringankan tubuhnya

langsung dikerahkan untuk meniti batu-batu untuk keluar

dari tempat yang dinamakan Jurang Kematian ini.

Menurutnya, memang lebih baik menjauhi Serigala Mata

Iblis yang sedang marah-marah.

Sepeninggal Nenek Baju Emas, Serigala Mata Iblis

mengalihkan perhatian pada si Bayangan Setan.

Tinggalkan tempat ini! Jangan datang sebelum

kupanggil!

Si Bayangan Setan cuma mengangguk. Dia pun

merasa lebih baik menjauhi dari Serigala Mata Iblis.

Setelah meletakkan tubuh Sudira yang tetap disangka

sebagai Pendekar Slebor, tubuhnya pun berkelebat keluar.

Namun baru beberapa kejap saja si Bayangan Setan

berada di luar gua....

Setan alas! Kau bodoh melakukan tugasmu,

Bayangan Setan!

Tiba-tiba terdengar seruan keras dari Serigala Mata

Iblis. Begitu keras suaranya, hingga menggugurkan

dedaunan dari pohon yang tumbuh di depan gua.

Si Bayangan Setan merasa seluruh aliran darahnya

mendadak terhenti. Lelaki berbaju merah sebenarnya

kejam, seolah kini bagai tikus got bertemu kucing.

Mengkeret mendengar bentakan menggelegar dari mulut

keriput Serigala Mata Iblis. Jantungnya baga hendak copot

dari tempatnya. Ketika bentakan keras itu terdengar sekali

lagi, laksana disengat kalajengking, si Bayangan Setan

berkelebat masuk kembali ke dalam gua.

Begitu di dalam gua, tampak lelaki berambut merah

itu sedang berdiri tegak dengan kedua kaki terbuka.

Matanya yang memancarkan sinar merah seolah hendak

menelannya bulat-bulat. Tulang-tulang pipinya yang bagai

tonjolan batu karang, menambah keangkeran wajahnya.

Bodoh! bentak Serigala Mata Iblis menggelegar,

membuat si Bayangan Setan menjadi ciut. Dinding gua itu

bagai bergetar. Pemuda itu bukan Pendekar Slebor, tahu...!

Si Bayangan Setan mendongak. Dan seketika

kepalanya menunduk ketika melihat tatapan Serigala Mata

Iblis terhujam tepat pada bola matanya.

Maksud.... Ketua, bagaimana tanyanya terbata.

Sesuatu yang tidak enak sudah bertalu-talu dalam

hati lelaki berbaju merah. Lebih khawatir lagi ketika

melihat hewan berkaki empat itu sudah berdiri tegak

dengan memperlihatkan taring-taringnya.

Haram jadah! Ke mana otakmu itu, hah! Sia-sia

sekali kerjamu! Pemuda ini bukan Pendekar Slebor, tahu!

maki Serigala Mata Iblis berang.

Tetapi....

Dess...!

Brakk...!

Tanpa terlihat bagaimana kejadiannya, tahu-tahu

tubuh si Bayangan Setan sudah tersuruk ke belakang,

langsung menabrak keras dinding gua. Tulang

punggungnya terasa seperti patah.

Laknat! Perhatikan baik-baik! bentak Serigala Mata

Iblis yang tadi menghantam tubuh si Bayangan Setan.

Pendekar Slebor memiliki tenaga 'inti petir' dalam

tubuhnya! Tenaga 'inti petir' itulah yang ku-inginkan, agar

kekuatan dalam tubuhku semakin berlipat ganda! Karena,

tak seorang pun di dunia ini yang memiliki tenaga 'inti

petir', kecuali Pendekar Slebor! Dengan kekuatan tenaga

'inti petir' yang kudapatkan dari pemuda sialan itu, akan

kuhancurkan dan kukubur Lembah Kutukan tempat asal

Pendekar Slebor! Bila Lembah Kutukan masih ada, aku tak

akan pernah bisa ke mana-mana dalam jarak sepuluh ribu

tombak dari Lembah Kutukan. Puluhan tahun yang lalu,

Eyang Ki Saptacakra penguasa Lembah Kutukan, telah

menurunkan kutuknya kepadaku! Karena ulahnya itulah

aku berdiam di Jurang Kematian ini. Untung saja aku

mampu memperdalam seluruh ilmu yang kumiliki. Setelah

kudengar tentang seorang pendekar yang berjuluk

Pendekar Slebor dan berasal dari Lembah Kutukan,

semangat hidupku bagai tumbuh kembali. Dendamku pada

Ki Saptacakra akan kutuntaskan segera. Bila Lembah

Kutukan hancur, maka aku bebas berbuat apa saja pada

jarak berapa pun juga dari Lembah Kutukan! Bayangan

Setan! Kau akan mendapatkan upah dari perbuatan

bodohmu ini!

Si Bayangan Setan langsung bersujud di depan laki-

laki berjubah merah yang sedang menggeram marah.

Hatinya kebat-kebit tak menentu. Sukmanya bagai sudah

berada di ujung tenggorokan.

Ampuni aku, Ketua.... Aku memang belum mengenal

siapa Pendekar Slebor sebenarnya. Yang kuketahui

hanyalah, pemuda itu berpakaian hijau pupus dan berkain

corak catur pada bahunya, kilahnya dengan suara pelan

sarat kengerian. Kini baru disadari kebodohannya, ketika

teringat mengapa pemuda itu menyerangnya dengan golok

Bahkan dengan mudahnya pemuda itu bisa dijatuhkannya.

Bodoh! Begitu banyak orang yang berpakaian sama

dan berkain corak catur. Dan yang tak pernah kumengerti,

mengapa otakmu menjadi bebal seperti itu. Kalaupun ada

orang bodoh, tidak seperti kau, Manusia Bodoh!

Maafkan aku, Ketua.... Kelalaian ini memang hanya

aku yang bisa menebusnya, ucap si Bayangan Setan,

penuh iba.

Serigala Mata Iblis menggeram.

Baik! Kali ini kau akan kuampuni! Tetapi dalam

waktu tujuh hari, kau sudah harus membawa Pendekar

Slebor ke sini. Kalau lalai lagi dalam menjalankan

tugasmu, maka kau akan menjadi santapan lezat

peliharaanku itu!

Secepat kilat kepala si Bayangan Setan

mengangguk-angguk. Lalu dengan hati-hati dan masih

menahan nyeri di punggungnya dia berdiri. Diambilnya

sosok Sudira yang masih pingsan.

Ternyata pemuda ini dan gadis yang bernama

Nuning memang benar. Mereka telah berusaha men-

jelaskan kalau pemuda ini bukan Pendekar Slebor. Hhh!

Masa bodoh! Gara-gara dia mengenakan pakaian berwarna

hijau pupus dan mengenakan kain bereorak catur, aku jadi

kena marah manusia sialan itu, desisnya dalam hati.

Jangan ganggu semadiku lagi dengan perbuatan

tolol semacam ini! desis Serigala Mata Iblis, lalu

menggerakkan jubah merahnya bagai menutupi tubuhnya.

Dan....

Plas!

Saat itu pula tubuh Serigala Mata Iblis lenyap begitu

saja dari pandangan si Bayangan Setan. Lelaki berbaju

merah itu kini bisa menghela napas lega. Tanpa

membuang waktu lagi, tubuhnya segera berkelebat keluar

dari gua. Terutama, ketika melihat serigala besar yang

sudah melangkah mendekatinya.

Si Bayangan Setan membawa tubuh Sudira ke atas

Jurang Kematian, dan terus menuju hutan yang berjarak

seribu tombak dari jurang mengerikan itu. Dengan

perasaan muak, dibantingnya tubuh Sudira ke tanah.

Nasib pemuda itu sungguh sial. Pertama harus

menderita sakit di sekujur tubuhnya dan pingsan yang

berkepanjangan Kedau akan menerima ajal di tangan si

Bayangan Setan yang hendak melampiaskan

kekesalannya.

Lebih baik kau mampus daripada menyusahkanku!

bentak si Bayangan Setan bengis. Lalu perlahan-lahan

tangannya yang telah dialirkan tenaga dalam terangkat.

Dan perlahan-lahan pula, siap diturunkan untuk

mengepruk kepala Sudira.

Namun belum lagi sempat bertindak....

Kematian bukan di tangan manusia! Namun di

tangan Yang Maha Kuasa! Maka bila ada yang

menginginkan ajal sebelum waktunya, maka sudah tentu

dia adalah orang laknat!

Si Bayangan Setan memutar tubuhnya begitu

mendengar sebuah suara. Wajahnya yang geram semakin

bertambah geram. Rambut panjangnya bagai berdiri

dengan tubuh bergetar.

Di hadapan si Bayangan Setan berdiri satu lelaki tua

bertubuh bongkok dengan raut wajah penuh keriput.

Rambutnya yang putih panjang teratur rapi. Sementara

pakaiannya yang berwarna putih terbuka di bagian dada,

hingga memperlihatkan deretan tulang pada dadanya. Di

tangannya terdapat sebuah tongkat untuk menopang

tubuhnya saat melangkah. Sorot matanya tajam. Namun,

bibirnya selalu menyunggingkan senyum.

Si. Bayangan Setan merandek marah, meskipun

diam-diam terkejut karena tak mendengar kemunculan

lelaki tua itu. Dan itu baru disadarinya ketika di

sekelilingnya mendadak berubah menjadi temaram. Ketika

kepalanya mendongakke atas, matahari yang telah berada

tepat di atas ubun-ubun, bagai redup sinarnya. Apakah

sinar matahari yang mendadak redup ini disebabkan

kemunculan lelaki tua berbaju putih ini

Akan tetapi, karena merasa terganggu oleh

kedatangan lelaki tua ini sehingga si Bayangan Setan

mengurungkan niatnya untuk membunuh Sudira.

Sementara kemarahannya pun telah menggelegak.

Setan alas! bentak si Bayangan Setan keras dengan

mata seperti hendak meloncat dari tempatnya. Siapa kau

yang lancang hendak mencampuri urusanku ini!

***

5


Sudah satu hari satu malam Pendekar Slebor

mencari, namun sampai sejauh ini belum menemukan

tanda-tanda di mana Serigala Mata Iblis berada.

Di tepi sebuah sungai yang mengalir jernih dan

dipenuhi pepohonan rindang, Pendekar Slebor

menghentikan langkahnya. Namun mendadak....

Wusss!

Andika tersentak. Seketika tubuhnya melenting

dengan kecepatan luar biasa, ketika melesat angin keras

yang mengeluarkan suara bergemuruh.

Blarrr!

Angin itu langsung menghantam tanah tempat si

pemuda berdiri, hingga menciptakan sebuah lubang!

Sinting! Apa-apaan ini! maki Andika sambil bersiaga.

Rasanya Andika tak suka menumpuk dosa. Tapi

kenapa selalu apes saja

Bocah gendeng! Mau apa kau berlama-lama di

tempat seperti ini! Apakah akan kau biarkan Serigala Mata

Iblis menghancurkan tempat asalmu itu, Lembah Kutukan!

Dari sikap penuh siaga, Andika kembali

mengendorkan urat-urat tegangnya. Keningnya berkerut,

mencoba menebak dari mana asal suara yang didengarnya

barusan. Tetapi setelah tak menemukan siapa-siapa, jadi

jengkel sendiri.

Hei! Apakah wajahmu begitu jelek sekali hingga malu

berhadapan denganku balas Andika, tak kalah sengit.

Sialan! Hei, Kampret! Berjalanlah kau ke arah timur!

Di sana kau akan melewati sebuah hutan besar. Lalu, kau

akan menemukan sebuah jurang yang disebut Jurang

Kematian! Di sanalah kau akan menemukan tempat

Serigala Mata Iblis!

Andika tak mau percaya begitu saja. Yang jelas, dia

ingin melihat batang hidung orang yang berbicara tanpa

wujud. Tetapi, rasa-rasanya suara orang barusan pernah

dikenalnya. Entah di mana.

Ah, sudahlah. Kalau kau tak muncul, lebih baik aku

pergi. Urusanku masih banyak. Kini ditambah lagi dengan

urusanmu, pancing Andika.

Dasar pemuda keras kepala! Apakah kau akan

membiarkan Siluman Hutan Waringin muncul kembali ke

dunia nyata! kata suara itu lagi beriring dengusan.

Ha ha ha...!

Tiba-tiba saja Andika tertawa keras. Saking kerasnya,

beberapa ekor burung yang hinggap di pohon-pohon sekitar

tempat ini langsung tunggang langgang. Bukan karena

takut, tapi kaget mendengar suara tak merdu itu. Gendeng!

Eyang.... Apakah kau akan hidup seperti tikus di

dalam tanah terus menerus tukas Andika. Ha ha ha....

Namanya juga orang sudah bau tanah. Jadi memang

pantas untuk hidup di dalam tanah!

Hei, Pemuda Urakan. Biar hidup dalam tanah, aku

masih mempergunakan otak! Bila aku muncul di dunia

nyata, maka Siluman Hutan Waringin yang sampai saat ini

masih mengejar-ngejar aku, pasti akan muncul dan

membuat keonaran seperti dulu lagi!

Andika tertawa kembali. Dia tahu siapa orang yang

bersuara itu. Sudah pasti laki-laki tua yang tak lain Eyang

Sasongko Murti. Si tua bangkotan itu pernah ditemuinya

secara tak sengaja ketika Pendekar Slebor terdampar di

Alam Sunyi, sebuah alam yang merupakan penjara milik

Siluman Hutan Waringin (Silakan baca Neraka di Keraton

Barat).

Sampai saat ini, Eyang Sasongko Murti memang

tidak akan muncul di dunia nyata, karena masih dikejar-

kejar Siluman Hutan Waringin yang kemunculannya pernah

menggegerkan dunia persilatan. Itulah sebabnya, lelaki

bangkotan itu merelakan diri untuk hidup di bawah tanah.

Dengan ilmu bangsa siluman yang dimilikinya, hidup di

bawah tanah bukanlah suatu hal yang sulit.

Tunggu..., tunggu, Eyang. Terus terang aku tidak

mengerti kata-katamu tadi. Kau mengatakan, Serigala

Mata Iblis hendak menghancurkan Lembah Kutukan

Aku hanya mengetahuinya sedikit saja. Karena

kebetulan waktu itu melewati bawah tanah tempat

kediamannya. Manusia yang memiliki ilmu bangsa serigala

itu terkena kutukan eyang buyutmu, Ki Saptacakra. Untuk

menghilangkan kutukan, jalan satu-satunya harus

menghancurkan Lembah Kutukan.

Kalau begitu, biar saja dia pergi ke Lembah Kutukan.

Siapa tahu dia jadi manusia panggang, karena tersambar

lidah petir yang sangat dahsyat.

Ah! Bor, Bor! Kau harus menyelamatkan Lembah

Kutukan dari kehancuran, Tolol! Apalagi, kaupun

dibesarkan di sana!

Andika memasang wajah cemberut. Jelek sekali.

Benaknya kontan membayangkan saat dirinya digembleng

untuk menjadi seorang pendekar. Di sana, sumpah telah

terucap. Dia tak ingin kembali lagi ke sana. Siapa sudi

disambar lidah petir yang mengerikan Namun saat

mendengar ada orang yang hendak menghancurkan

Lembah Kutukan, hatinya pun tergugah. Untuk sementara,

masalah sumpah bisa disingkirkan. Yang jelas dia tak sudi

Lembah Kutukan dihancurkan orang usil.

Tapi, apa iya Serigala Mata Iblis mampu

menghancurkan Lembah Kutukan Andika saja yang sudah

hafal seluk beluk Lembah Kutukan, berpikir ribuan kali

untuk datang kembali ke sana. Apalagi orang lain yang

belum mengetahui selahnya

Wah.... Kalau begitu, Serigala Mata Iblis pasti punya

kekuatan dahsyat untuk menghancurkan Lembah Kutukan.

Ah, itu pasti gertak sambel saja. Dengan tenaga apa dia

bisa melakukannya

Bor, Bor! Otak bodohmu kok terus dipelihara, sih

Apakah kau tidak tahu, kalau dia menginginkan dirimu

Hah Sudah edan, kali! Aku ini kan lelaki! Kalau dia

menginginkan aku, sama saja main anggar dong

Sialan! Memang susah bicara dengan orang gendeng

sepertimu! Bor, ketahuilah.... Bila dia berhasil

menangkapmu, maka dia akan menyirap seluruh tenaga

'inti petir' yang ada dalam tubuhmu. Dengan tenaga 'inti

petir' itu, maka dia memiliki kemampuan yang lebih tinggi

lagi. Jutaan lidah api yang ada di Lembah Kutukan, dengan

mudah akan dihindarinya. Bahkan mungkin akan

dipermainkannya. Dan saat itulah Lembah Kutukan akan

dihancurkannya!

Andika terdiam seraya mendesah dalam hati.

Apakah ini merupakan sebuah rencana yang hendak

dijalankan Serigala Mata Iblis yang seperti dikatakan

Bidadari Tangan Maut

Hati si pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah

Kutukan terbakar. Wajahnya sampai merona merah karena

geram memikirkan manusia laknat Serigala Mata Iblis yang

berniat menghancurkan Lembah Kutukan.

Eyang.... Bagaimana caranya menemukan Serigala

Mata Iblis

Aku hanya sekali lewat di bawah tanah Jurang

Kematian. Dan aku sulit untuk menentukan di mana dia

berada. Yang pasti, tempat tinggalnya adalah Jurang

Kematian.

Kalau begitu... aku akan ke sana sekarang juga.

Ingat, Bor.... Sekali kau tertangkap... maka akan

hancurlah tempat penggemblenganmu. Dan bila Lembah

Kutukan berhasil dihancurkan manusia keparat itu, maka

kutukan yang melekat pada tubuhnya secara langsung

akan menghilang. Secara tidak langsung, kesaktian

Serigala Mata Iblis akan berlipat ganda. Dengan cara

seperti itulah dia akan berusaha melanjutkan niat lamanya

yang pernah mus nah di tangan Ki Saptacakra untuk

menguasai rimba persilatan!

Eyang.... Bukankah di sana ada eyang buyutku yang

tentu tak akan membiarkan Serigala Mata Iblis

menghancurkan Lembah Kutukan

Goblok! Apakah kau akan membiarkan orang tua

agung itu ikut campur dalam masalah seperti ini!

Andika nyengir mendengar bentakan Eyang

Sasongko Murti.

Aku mengerti, Eyang. Maksudku... hei!

Saat itu pula samar-samar Andika mendengar suara

menggeram keras dari dasar tanah yang terdalam.

Tubuhnya sampai berjingkat ketika tanah yang dipijaknya

terasa bergoyang.

Busyet! Siluman Hutan Waringin pasti sudah

menemukan Eyang Sasongko Murti. Ah! Entah sampai

kapan lelaki tua bijaksana itu hidup damai di alam nyata

seperti diriku ini....

Si pemuda mendesah. Dibayangkannya bagaimana

sulitnya Eyang Sasongko Murti menghindari kejaran

Siluman Hutan Waringin yang menginginkan kematiannya.

Andika tahu, Eyang Sasongko Murti tak akan pernah

mau muncul di dunia nyata. Bila dia sampai muncul,

secara tak langsung memancing keluar Siluman Hutan

Waringin yang pernah menggemparkan dunia persilatan.

Eyang.... Mudah-mudahan kau tak selamanya jadi

cacing tanah, desahnya, ngawur. Biar bagaimanapun juga,

secara tidak langsung Eyang Sasongko Murti termasuk

guru Pendekar Slebor. Karena, lelaki tua bangkotan itu

telah menurunkan ajian bangsa siluman yang mengerikan

(Baca Siluman Hutan Waringin).

Andika mendesis pendek. Matahari semakin

beranjak dari tempatnya.

Kalau begitu... aku harus berhati-hati sekarang.

Sekali aku lengah, Lembah Kutukan akan hancur. Tak akan

kubiarkan manusia sesat itu untuk menghancurkannya!

Seperti yang dikatakan Eyang Sasongko Murti tadi,

Andika pun berkelebat ke arah timur.

***

6


Si Bayangan Setan menggeram penuh amarah,

karena niatnya untuk membunuh Sudira tertunda oleh

orang tua berpakaian putih dengan sebuah tongkat di

tangan kanan. Sikap lelaki tua itu tetap tenang. Seolah tak

disadari kalau kawah amarah dalam dada si Bayangan

Setan siap meledak.

Membunuh adalah pekerjaan paling hina dimuka

bumi ini. Setan telah mengikuti dan merasuki jiwa manusia

hingga tak lagi menyayangi sesamanya, sindir lelaki tua itu

disertai senyum.

Si Bayangan Setan menatap sengit lelaki tua tiga

tombak di hadapannya. Kekesalan dan amarah akibat

dibentak Serigala Mata Iblis sebelumnya, siap dilimpahkan

pada si tua itu.

Orang tua laknat! Lebih baik minggat dari sini

sebelum kau terkubur selama-lamanya dalam tanah! maki

si Bayangan Setan bengis dengan dada naik turun.

Si tua berbaju putih itu menggelengkan kepalanya.

Namun bibirnya tetap menyungging senyum.

Kesombongan hanya datang pada orang-orang

lemah. Kemarahan hanya bisa ditahan dengan kesabaran.

Seharusnya kau tinggalkan tempat ini sebelum semua yang

tak diinginkan terjadi. Bangsat!

Meledaklah amarah si Bayangan Setan mendengar

kata-kata itu. Dia paling tidak suka diremehkan. Untuk saat

ini, yang boleh meremehkannya hanyalah Serigala Mata

Iblis yang telah mengalahkannya. Maka tanpa banyak

cakap lagi tubuhnya melesat cepat laksana setan

menerkain. Angin kencang yang menebarkan hawa panas

mengiringi melepaskan satu tendangan cepat ke wajah si

tua berbaju putih yang masih tak bergeming sedikit pun.

Namun sesuatu yang di luar dugaan terjadi. Dengan

ringannya, si tua berbaju putih menggerakkan tongkatnya

ke atas, menahan tendangan si Bayangan Setan.

Tak!

Lalu tanpa terlihat bagaimana tongkatnya bergerak,

tahu-tahu ujung tongkat kusam itu telah menggedor dada

si Bayangan Setan.

Desss!

Si Bayangan Setan terkejut. Namun tubuhnya sudah

terhuyung ke belakang.

Setan alas! maki si Bayangan Setan sambil

memegang dadanya.

Sudah kukatakan tadi, lebih baik tinggalkan tempat

ini. Karena, kesabaran itu masih kumiliki.., ujar si tua itu

lagi.

Si Bayangan Setan mendengus gusar. Dia semakin

merasa aneh ketika menyadari betapa alam bukan hanya

berubah menjadi redup, bahkan ber-angsur-angsur begitu

temaram sekali. Dan bagai disa-dari oleh sesuatu, dia

terjingkat dengan kedua mata melotot. Satu ingatan

membias di benaknya.

Hhh! Rupanya aku berhadapan dengan Eyang

Purnama, seorang tokoh yang tak bertempat tinggal!

dengus si Bayangan Setan.

Lelaki tua yang dikenal sebagai Eyang Purnama

tetap tersenyum.

Kau benar. Dan bila aku tidak salah, pasti kau lah

yang berjuluk si Bayangan Setan, sahut Eyang Purnama.

Lelaki berambut panjang berjuluk si Bayangan Setan

terbahak-bahak. Terus terang hatinya bangga bila ada yang

mengenal julukannya. Kebanggaan itu pun bertambah

ketika mengetahui julukannya dikenal seorang tokoh tinggi

seperti Eyang Purnama. Hanya saja, kebanggaannya

berbalur kemarahan.

Nama besar Eyang Purnama telah lama kudengar.

Seperti pula kudengar nama besar Pendekar Dungu, lelaki

Berbulu Hitam, Raja Penyamar, Hakim Tanpa Wajah yang

mampus di Mesir, Penghui Segala Ilmu, dan seorang tokoh

kejam dari golongan sesat yang berjuluk Camar Hitam. Dan

tak kusangka, tokoh tinggi seperti kau telah muncul di sini.

Apakah kau sudah tak melihat lagi Alam Kegelapan di

mana kau berada sindir si Bayangan Setan. Eyang

Purnama tersenyum. Dunia kegelapan yang kumiliki

tetaplah sebuah tempat yang nyaman untukku. Dan bila di

dunia nyata keadaannya seperti ini, apakah aku harus

berdiam lebih lama di dunia kegelapan tukas Eyang

Purnama pelan. Si tua ini memang tak diketahui di mana

menetapnya. Namun dia selalu menyebut tempat

tinggalnya sebagai Alam Kegelapan.

Si Bayangan Setan terbahak-bahak Orang tua

keparat! Masih ingatkah kau dengan Ni Muntiti alias

Pesolek Tongkat Naga seru si Bayangan Setan.

Sudah tentu aku tak akan pernah melupakan wanita

kejam itu...

Perlu kau ketahui.... PesolekTongkat Naga adalah

kakak serguruanku yang masih menyimpan dendam

bertahun-tahun lamanya padamu. Nah! Bersiaplah

sekarang. Aku akan menuntaskan dendamnya sekaligus

membungkam mulut usilmu itu!

Eyang Purnama tersenyum masygul. Dia teringat

pada musuh bebuyutannya yang berjuluk Pesolek Tongkat

Naga. Ketika meninggalkan alam kegelapannya, si tua

bijaksana ini pernah kembali bertarung dengan Pesolek

Tongkat Naga. Dan lagi-lagi, tak ada yang menang atau

kalah (Untuk mengetahui lebih jelas siapa Eyang Purnama

dan Pesolek Tongkat Naga, silakan baca Iblis Penghela

Kereta).

Dendam memang membuat manusia lupa. Tak ada

yang akan bisa mengakhiri, selain hati nurani.

Orang tua busuk! Setan alas! Telingaku bisa pecah

bila mendengar ceramah busuk dari orang sepertimu!

bentak si Bayangan Setan.

Seketika lelaki berambut panjang ini berkelebat

kembali. Menyadari lawannya bukanlah orang

sembarangan, segera dipergunakannya ajian 'Setan

Kangkangi Kawah'. Sebuah ajian yang mempergunakan

kecepatan luar biasa dengan selalu mempergunakan

kedua kaki saat menyerang. Dan kedua kakinya

digerakkan, tenaga yang keluar bukan main dahsyatnya.

Batu sebesar gajah pun akan menjadi debu bila tergempur.

Bed! Bed!

Melihat lawan mengeluarkan ajian, Eyang Purnama

bukan hanya menggerakkan tongkatnya. Namun, juga

mempergunakan kecepatan untuk menghindari serangan

mengerikan itu. Dari jarak tiga tombak saja, angin yang

keluar dari serangan si Bayangan Setan terasa

menggiriskan.

Terpaksa Eyang Purnama berlompatan, menghindari

serangan dahsyat itu.

Mau ke mana kau, Orang Tua ejek si Bayangan

Setan sambil terbahak-bahak, menyaksikan Eyang

Purnama pontang-panting.

Namun, si tua berbaju putih yang pernah meng-

gemparkan dunia persilatan puluhan tahun lalu, tetap

memiliki kemampuan lebih ketimbang si Bayangan Setan.

Ketika kedua kaki dahsyat si Bayangan Setan

menderu ke arahnya, mendadak saja tongkatnya di putar.

Maka secara aneh tongkat itu melesat bagai baling-baling

ke arah si Bayangan Setan.

Namun si Bayangan Setan tak menghindar atau

mengurungkan serangannya. Tubuhnya tetap meluncur

cepat. Karena dalam pikirnya, sekali sentak saja tongkat

itu akan menjadi serpihan.

Trak! Trak!

Ohhh!

Si Bayangan Setan mengeluarkan keluhan

tersendat. Cepat tubuhnya diputar ke samping, lalu

bergulingan. Namun tongkat butut itu melayang lagi ke

arahnya. Kali ini si Bayangan Setanyang dikeluarkan-nya

tak cuma dengusan, tetapi juga makian keras. Karena,

tongkat butut itu seolah menjadi sebuah tameng sangat

dahsyat yang tak hancur terkena tendangannya.

“Tongkat keparat!” maki si Bayangan Setan kalang

kabut.

Si lelaki rambut panjang itu berusaha menahan

pusaran tongkat Eyang Purnama. Namun semakin

berusaha, semakin susah payah menghindarinya. Bahkan

tanpa ampun lagi....

Tak! Tak!

Berkali-kali si Bayangan Setan terhantam tongkat

butut, bagai kucing kepergok menggondol sekerat

dendeng. Sakitnya bukan alang kepalang. Apalagi tongkat

butut itu telah dialiri tenaga dalam tinggi oleh Eyang

Purnama.

Sementara, si tua berbaju putih ini masih tetap

berdiri. Kalau biasanya selalu tersenyum ramah, namun

kali ini terlihat getir. Dia terkadang tak pernah mengerti,

mengapa begitu banyak orang-orang yang mempergunakan

kepandaian justru untuk menyakiti sesama.

Sementara itu, si Bayangan Setan bukan hanya

kalang kabut menghindari hantaman tongkat, tapi juga

berteriak-teriak kesakitan. Untuk mengatasinya sudah pasti

dia merasa tak akan mampu. Maka jalan satu-satunya

memang harus melarikan diri.

Berpikir demikian, mendadak saja si Bayangan

Setan bergulingan ke samping dengan kaki berusaha

menahan tongkat.

Trak! Tak!

Si Bayangan Setan tak peduli lagi, betapa sakitnya

benturan yang dirasakan. Dan secepat kilat tangannya

bergerak ke arah Eyang Purnama.

Wuusss...!

Saat itu pula, melesat angin dahsyat bagai topan ke

arah Eyang Purnama.

Seketika si tua bangkotan ini bergeser ke kiri, hingga

pukulan jarak jauh itu lewat dari sasarannya.

Namun akibat bergesernya tubuhnya tadi, mau tak

mau tenaga dalam yang mengendalikan tongkat sedikit

menurun. Kesempatan itu pun dipergunakan si Bayangan

Setan untuk melesat meninggalkan tempat itu dengan

tunggang langgang.

Eyang Purnama yang memang memiliki

kebijaksanaan tinggi dan hati bersih, tak bermaksud

mengejar. Sudah cukup baginya bila telah memberi

pelajaran pada si Bayangan Setan.

Tangan si tua ini bergerak ke arah tongkatnya yang

masih melayang-layang. Dan bagai ada tenaga besar yang

menariknya, tongkat butut itu melesat ke arahnya.

Tap!

Dengan ringan Eyang Purnama menangkap tongkat

yang pantasnya untuk menggebuk tikus itu.

Aku tak pernah mengerti, mengapa setiap manusia

mempunyai keinginan untuk menguasai manusia lain. Ah!

Sekian lama aku hidup di dunia ini, masih belum

kudapatkan jawaban yang tepat. Kecuali, keserakahan dan

kesombongan, desahnya sambil menggeleng-geleng.

Perlahan-lahan si tua bijaksana itu menghampiri

sosok Sudira yang masih pingsan; Diperiksanya tubuh

pemuda itu dengan hati-hati. Dalam sekali lihat saja, dia

tahu betapa parahnya luka yang dialami S udira. Namun

Eyang Purnama terkejut, ketika melihat rupa pemuda itu.

“Demi Tuhan.... Apakah ini Pendekar Slebor?” desah

si tua ini dengan kening berkerut. Wajahnya mirip sekali

dengan pemuda urakan dari Lembah Kutukan itu. Aku

memang baru sekali bertemu dengannya. Namun aku

yakin, wajah pemuda ini mirip sekali dengan wajah

Pendekar Slebor....

Untuk membuktikan ucapannya, Eyang Purnama

memegang jempol kaki pemuda yang tengah pingsan di

hadapannya. Dialirkannya tenaga dalamnya sedikit.

Bahunya dijadikan sebagai perantara aliran tenaga dari

tangan kanan ke tangan kiri yang memegang tanah. Lalu

disentaknya tenaga dalam itu.

Sesaat terlihat laki-laki tua itu menggeleng-geleng.

“Tidak! Pemuda ini bukan Pendekar Slebor. Kebetulan

wajahnya hanya mirip saja. Pemuda pewaris ilmu Pendekar

Lembah Kutukan itu memiliki tenaga 'inti petir' pada

tubuhnya. Dan aku tidak merasakan sengatan apa-apa dari

tubuh pemuda yang tergolek ini. Ah.... Malang sekali nasib

pemuda ini.... Aku harus segera mengobatinya. Kalau tidak,

dia tak akan pernah lagi sadar dari pingsannya....” Si tua ini

segera mengangkat tubuh Sudira.

Hmm, apakah ini tabir mimpi yang menyebabkan

aku harus keluar dari Alam Kegelapan Sebaiknya, kubawa

saja pemuda ini ke Alam Kegelapan. Rasanya, aku telah

mendapatkan apa yang selama ini kuidamkan. Kalau

pemuda ini lolos dari segala persyaratanku, aku tak akan

ragu lagi menurunkan seluruh ilmu yang kumiliki

padanya.... Karena, usiaku sudah lanjut. Jadi, harus ada

yang mewariskan seluruh kepandaianku....

***

7


Bila yang dikatakan Eyang Sasongko Murti benar,

berarti keadaannya memang benar-benar gawat. Kutu

kampret. Tak akan kubiarkan siapa saja yang berniat

menghancurkan Lembah Kutukan. Hm…..

Serigala Mata Bongsang pun tak kubiarkan dekat-

dekat dengan lembah itu. Apalagi Serigala Mata Setan.

Purnama tinggal sepuluh hari lagi, berarti pertarungan

Bidadari Tangan Maut dengan Serigala Mata Iblis akan

dilaksanakan. Hanya saja, mengapa Serigala Mata Iblis

tidak membunuh Bidadari Tangan Maut selagi punya

kesempatan Ah! Teka-teki sial itu memang menyulitkan

otakku saja! rutuk Andika ketika tengah beristirahat di

bawah sebuah pohon.

Pendekar Slebor lantas teringat pada kakak Nuning

yang sampai saat ini tidak tahu berada di mana. Hatinya

pun cemas. Di samping itu dia ingin mengetahui, seperti

apa wajah Sudira yang dikatakan mirip dengan wajahnya.

Tak mungkin! Tak Mungkin dia mirip denganku. Pasti

aku yang lebih ganteng! Enak saja meniru-niru wajahku.

Apa dia tak suka memilih wajah lain. Yah... seperti kampret

misalnya..., gumamnya.

Otak jahil Andika mulai membayangkan wajah Sudira

yang mirip dengannya. Lantas wajah itu dipadukan dengan

wajah kampret. Dan Andika pun nyengir sendiri.

Namun itu tak lama. Sejurus kemudian otak

warasnya mulai bekerja lagi.

Pemuda itu pasti berada di tangan Serigala Mata

Iblis. Tapi di mana Jurang Kematian berada Memang

banyak jurang yang kulalui. Tetapi apakah salah satunya

adalah Jurang Kematian Sial! Sial! Apa lagi bila memikirkan

nasib Sudira. Bila Serigala Mata Iblis tahu kalau dia

bukanlah diriku yang dikehendaki, bisa gawat urusannya.

Monyet pitak!

Si pemuda urakan ini segera menyelonjorkan kedua

kaki dan kedua tangan yang dijadikan tumpuan kepala.

Namun baru saja matanya hendak memejam,

pendengarannya yang tajam menangkap geraman

menggetarkan.

Seketika Pendekar Slebor terbangun kembali.

Hm… Dengkuran siapa itu Mirip suara binatang buas

Kalau dengkurannya saja begitu keras, bagaimana

orangnya Atau itu memang dengkuran binatang buas! Eh,

bukan! Itu pasti gerengan binatang buas.... Hm....

Sebaiknya aku bersiap saja, karena bisa-bisa bahaya lain

akan mengancamku.... Ya, dari atas pohon ini aku bisa

melihat makhluk apa yang datang.

Berpikir demikian, Andika siap mengempos tubuhnya

ke atas pohon. Namun sebelum bertindak satu bayangan

coklat berkaki empat sudah meloncat dari balik semak. Si

pemuda melengak melihat satu wujud menyeramkan

dengan sorot mata memancarkan sinar kemarahan.

Mata tajam Andika seolah terganjal sebatang lidi,

sehingga tak kuasa untuk terpejam. Kedua alisnya yang

seperti kepakan sayap elang terangkat dan bagai menyatu.

Gila! Seekor serigala! Besar sekali Pasti ini biangnya

serigala. Dari matanya yang memancarkan sinar kematian,

pasti dia tidak bermaks ud baik!

Serigala buas di hadapan Andika memang tak lain

peliharaan Serigala Mata Iblis yang bernama Raja Serigala.

Hewan buas itu memang sudah terlatih menjadi pembunuh

yang kejam dan pengawal yang tangguh. Kalau binatang

buas itu sampai keluar dari persembunyiannya, bisa

dipastikan akan timbul korban mengenaskan. Akankah

Pendekar Slebor menjadi korbannya Dari dasar Jurang

Kematian telinga serigala yang tajam ini mampu

mendengar suara pertarungan pada jarak ratusan tombak.

Penciumannya menangkap bau si Bayangan Setan yang

sedang dihajar orang lain yang juga tercium baunya.

Raja Serigala tahu, kalau si Bayangan Setan yang

merupakan salah seorang kaki tangan majikannya itu

dalam bahaya. Makanya dia segera keluar dari tempatnya

untuk mengetahui apa yang ditangkap telinganya.

Namun ketika tiba di sana, penciuman si serigala

menangkap bau tubuh lain. Dan sekarang, sosok tubuh itu

telah nampak di depan mata tajamnya. Tubuh Pendekar

Slebor!

Dari rasa terkejutnya, Andika menggaruk-garuk

kepalanya yang tidak gatal.

Tak pernah kusangka kalau di hutan seperti ini hidup

serigala lapar. Bisa berabe kalau aku tidak segera

menghindar.... Sebaiknya....

Graung...!

Belum lagi Andika memutuskan untuk berbuat

sesuatu, serigala besar itu sudah menerjang. Kedua kaki

depannya membuka, siap mencakar tubuh Andika.

Mulutnya yang penuh gigi setajam gergaji menganga untuk

melahap kepala si pemuda. Gerengannya yang keras

terdengar mengerikan.

Andika tercekat. Dan seketika tubuhnya dienyahkan

ke kiri.

Busyet! Apa-apan ini makinya.

Segera Pendekar Slebor bergulingan ketika serigala

itu menyergapnya kembali.

Andika berkelebat lincah, mengerahkan segenap

kecepatannya.

Kalau si Belang aku masih bisa menghadapinya,

namun menghadapi serigala buas ini sungguh membuatku

mati kutu!

Andika benar-benar kewalahan. Serigala itu

sepertinya tahu, ke mana lawannya akan bergerak.

Edan! Liur busuknya benar-benar menyengat

hidungku! Busuk!

Pendekar Slebor terus mempergunakan

kecepatannya untuk menghindari cakaran-cakaran serigala

yang bergerak laksana kilat.

Busyet! Aku harus segera melumpuhkannya! Kalau

tidak... justru aku yang jadi hidangan makan malamnya.

Berpikir demikian, dengan sekali lompat pemuda

urakan itu telah berdiri dengan jarak tiga tombak dari

serigala yang siap menerkam kembali.

Dan begitu hewan kaki empat ini melompat dengan

kemarahan membludak, Andika segera menerjang dengan

gerengan yang meniru gerengan serigala itu.

Kau kira aku tak bisa menggereng seperti

gerenganmu! sentaknya dengan tangan segera bergerak

dua kali.

Wuutt! Wuuttt!

Namun Pendekar Slebor terkejut, karena serigala itu

tahu-tahu telah melompat ke samping. Dan seperti

sentakan seekor kuda, dia berputar dengan kaki belakang

meluruk ke dada Andika.

Duk!

Aahh...!

69

Andika terjajar ke.belakang masih dengan hati tak

mengerti.

Kurang ajar! Tak akan kubiarkan kau merajam

diriku! dengus si pemuda.

Sementara itu serigala yang merasa bisa

mendapatkan sasarannya sekarang, langsung memutar

tubuhnya, menghadap ke arah Pendekar Slebor lagi.

Mulutnya membuka. Taring tajamnya dipamerkan dengan

liur semakin meleleh. Dikawal gerengan kuat, dia

menerjang kembali.

Grrrhhh!

Kali ini Andika yang merasa harus bertindak cepat,

kembali melompat menyongsong. Bukan tangannya yang

bergerak, melainkan kakinya.

Wusss!

Serigala itu berbuat seperti pertama kali bertindak.

Namun kali ini Andika tak mau tertipu lagi. Ketika hewan

itu memutar tubuhnya dan siap menghentakkan kaki

belakangnya, si pemuda cepat bersalto melewatinya. Dan

seketika itu pula tangan kanannya bergerak.

Duk!

Kaing!

Pukulan Pendekar Slebor tepat mengenai kepala

serigala yang kontan menjerit kesakitan dengan

kemarahan meluap. Sementara Andika yang sudah berdiri

kembali di tanah justru terbelalak melihatnya. . Hewan itu

ternyata hanya limbimg sejenak terkena pukulannya,

namun sesaat kemudian sudah tegak kembah dengan

tatapan nyalang.

Gila! Apakah hewan ini sudah dialiri tenaga dalam

oleh pemiliknya tanyanya tak mengerti. Atau... hewan ini

memang memiliki kulit dan daging yang kedot. Sumpah

mampus! Aku baru pertama kali melihat serigala sebesar

ini. Hewan ini harus kuberi pelajaran.

Maka kali ini Andika tak mau menunggu serangan.

Dia mendahului dengan satu terjangan cepat dengan

pengerahan tenaga 'inti petir' tingkat ketiga puluh. Lalu....

Duk!

Pukulan si pemuda tepat menghantam kepala

hewan itu. Bahkan Andika menyus uli dengan satu

tendangan makin keras.

Dess!

Kaing!

Hewan itu kontan terpental disertai suara kesakitan.

Begitu jatuh ke tanah, dia berdiri dengan gerengan pelan.

Sementara tatapannya memerah pada Andika yang masih

keheranan.

Andika mengambil keputusan. Dia merasa harus

membunuh hewan itu. Maka tubuhnya segera berkelebat

cepat. Namun di luar dugaan, hewan itu melesat minggat

dengan jalan meliku-liku. Tubuhnya berkelebatan dari satu

pohon ke pohon lain dengan rintihan kesakitan yang

memekakkan telinga.

Pemuda urakan itu pun urungkan niat mengejar. Dia

berdiri dengan kening masih berkerut.

Hm.... Aku yakin hewan itu ada yang memiliki. Dari

caranya bergerak, nampak jelas ada yang melatihnya. Yang

mengherankan, seharusnya tenaga 'inti petir' tadi bisa

menghancurkan kepalanya Namun hewan itu hanya

berteriak kesakitan saja. Monyet buduk! Apakah ada yang

mengaliri tenaga dalam pada hewan itu Kalau memang iya,

sungguh luar biasa orang yang melakukannya. Paling tidak,

dia pasti memiliki pertalian rasa dengan serigala itu.

Andika menggeleng-gelengkan kepalanya.

Siapa yang memiliki hewan itu sebenarnya desisnya

dalam hati.

Tiba-tiba Pendekar Slebor terdiam dengan kepala

tegak Satu pikifan melintas di benaknya. Kepalanya lantas

mengangguk-angguk.

Serigala Mata Iblis..., gumam Andika, tahu-tahu

Seekor serigala itu sangat terlatih. Apakah tidak mungkin

kalau hewan itu peliharaan Serigala Mata Iblis Kalau

memang iya, bisa jadi hewan keparat itu akan membawaku

ke sarang manusia laknat itu. Hmm.... Sebaiknya kususul

saja. Mudah-mudahan yang kuduga ini benar.

***

8


Lari Nenek Baju Emas berhenti ketika memasuki

hutan tempat dia bersama kedua temannya mendapatkan

Sudira yang diduga sebagai Pendekar Slebor. Nenek

berkulit keriput bagai jeruk purut itu sebenarnya tak

menyukai perintah Serigala Mata Iblis yang menyuruhnya

untuk memanggil pulang Raja Gelang Besi. Namun,

perintah dari Serigala Mata Iblis yang telah menaklukannya

jelas-jelas tak berani ditolaknya. Pikirnya, masih untung

Serigala Mata Iblis tidak membunuhnya ketika dia

dikalahkan dalam satu pertarungan maut.

Si nenek melepas pandangan lewat mata celong nya

ke penjuru tempat. Diperhatikannya tempat yang nampak

asing di matanya itu. Menurut ingatannya, tempat ini tidak

begitu berantakan. Tetapi sekarang, sepertinya tempat itu

telah diinjak-injak oleh puluhan gajah mengamuk. Namun

dia tak mempersoalkannya. Yang pasti, Raja Gelang Besi

harus cepat ditemukan dan mengajaknya kembali ke

Jurang Kematian. Di dasar hatinya yang paling dalam, dia

pun tak sabar melihat bagaimana Raja Gelang Besi akan

mendapat hukuman yang menyakitkan dari Serigala Mata

Iblis, karena berani melalaikan perintahnya.

Keparat! Di mana manusia sialan itu berada

makinya.

Nenek Baju Emas terus melangkah mencari-cari Raja

Gelang Besi. Mulutnya yang peot itu membentuk kerucut.

Wajah pesoleknya yang dihiasi kerut merut bergetar

menahan jengkel.

Hei, Raja Gelang Besi! Muncul kau! Setelah enak-

enakan menggarap gadis malang itu, sekarang

kausembunyi, hah! Ingat! Kau tak akan bisa melarikan diri

dari tangan Serigala Mata Iblis! Jangan coba-coba berbuat

yang tak menguntungkan dirimu sendiri! teriak si nenek.

Suara Nenek Baju Emas menggema di seluruh

hutan. Cukup menyentak, namun tak ada sahutan apa-apa.

Kecuali, burung-burung yang beterbangan lantaran terkejut

oleh suara sember barusan.

Nenek Baju Emas menggerutkan gerahamnya.

Haram jadah! Jangan melimpahkan nasib sialmu

kepadaku, Manusia Keparat! Kuhitung sampai tiga! Bila

kau tetap tak keluar, maka terimalah nasib malangmu di

tangan Serigala Mata Iblis! Satu....

Tak ada sosok Raja Gelang Besi yang muncul. Nenek

Baju Emas bertambah geram. Matanya yang celong ke

dalam menyipit dengan sinar mengandung kegusaran.

'Dua!

Teriakan itu kembali menggema. Dia kembali

menunggu, namun kali ini dengan rasa tak sabar yang

semakin menggelegak. Sayang, yang diharapkan belum

muncul juga. Sesaat tadi, dia mencoba mengingat-ingat di

mana waktu itu mereka berada. Dan diyakini, tempat yang

diinjaknya sekarang ini adalah tempat mereka waktu itu

berada, meskipun agak porak-poranda. Dibayangkannya,

bagaimana Raja Gelang Besi sambil terbahak-bahak

menggarap tubuh indah milik gadis yang bernama Nuning.

Setan alas! Jangan mempermainkan aku! bentak

Nenek Baju Emas keras.

Rasa benci si nenek pada Raja Gelang Besi semakin

meninggi. Apalagi mengingat nasib sial pun akan

diterimanya bila tak berhasil membawa Raja Gelang Besi

ke hadapan Serigala Mata Iblis.

Bangsat hina! Akan kuobrak-abrik hutan ini! Apakah

tenagamu sudah gempor setelah menggarap gadis itu!

Cepat keluar! Hitungan terakhir akan kuperdengarkan!

Nenek Baju Emas menunggu kembali. Pikiran pun

baru datang di benaknya. Jangan-jangan, manusia sialan

itu sudah kembali ke Jurang Kematian. Hhh! Kurang ajar!

Bisa-bisa aku yang ketiban sial!

Memikir sampai di situ, Nenek Baju Emas memutar

tubuhnya siap meninggalkan tempat itu. Namun telinganya

mendengar suara keras, membuat tubuhnya berputar

kembali.

Apakah kau lupa, kalau kau belum menyebutkan

kata 'tiga', Manusia Pengikut Iblis!

Kali ini Nenek Baju Emas nampak siaga dengan

kedua tangan terkepal. Karena, suara itu bukan suara Raja

Gelang Besi!

Wajah keriput Nenek Baju Emas tertarik ke dalam,

menampakkan kengerian bagi yang melihat. Tubuhnya

bergetar dengan kedua tangan terkepal. Langsung tenaga

dalamnya dialirkan pada kedua tangannya.

Manusia pengecut tak berani munculkan diri! Lekas

tampakkan wajah jelekmu bila tidak ingin hancur! bentak

Nenek Baju Emas sekaligus pamer tenaga dalam.

Beberapa buah daun kontan bergugur-an.

Wesss...!

Sebuah angin deras melesat, membuat Nenek Baju

Emas melompat ke samping sejauh lima tindak. Karena,

getaran angin itu bagai menggeser kedudukannya. Cepat

diaturnya keseimbangan tubuhnya.

Mata si nenek makin sipit tanpa kedip, memandang

sosok tubuh di hadapannya yang berjarak tiga tombak.

Hanya sesaat ketegangan berbalur marah landa dirinya.

Kejap berikutnya, tawanya telah berkumandang.

Bidadari Tangan Maut! Rupanya kau yang iseng

berani muncul di hadapanku! Bagus! Aku tahu... kau akan

memenuhi tantangan Serigala Mata Iblis yang kini jadi

junjunganku! Lebih baik menyerah daripada mampus

berkalang tanah dengan tubuh mengerikan!

Sosok yang baru munc ul memang Bidadari Tangan

Maut. Seperti rencananya semula, dia memang

mengantarkan Nuning ke Desa Peterongan. Namun

sebelumnya dia harus menenangkan gadis itu, karena

ingin ikut dengannya untuk mencari Sudira. Cukup susah

juga Bidadari Tangan Maut beri penjelasan pada gadis

malang itu. Dan dengan bujuk halus dan kata-kata lembut,

akhirnya Nuning mengerti.

Sebelumnya, Bidadari Tangan Maut memutuskan

untuk menunggu saat purnama, yakni tepat pada hari yang

ditentukan sesuai tantangan Siluman Mata Iblis. Tapi

setelah berpikir kalau ada orang suruhan yang akan

mencari Raja Gelang Besi, dia jadi berpikir lain.

Dan dugaan Bidadari Tangan Maut terbukti setelah

munculnya Nenek Baju Emas yang dikenal sebagai tokoh

pembuat onar yang sekarang menjadi pengikut Serigala

Mata Iblis. Sudah tentu wanita pesolek itu akan dibiarkan

kembali kepada Serigala Mata Iblis, bila berhasil

mengalahkan kaki tangan Serigala Mata Iblis, bisa

memudahkan untuk mendekati tokoh menggiriskan itu.

Bidadari Tangan Maut pun berpikir, Serigala Mata

Iblis memang bukan tandingannya. Dan dia berharap

Pendekar Sleborlah yang bisa menandinginya. Bila satu

persatu antek-antek Serigala Mata Iblis dikalahkannya,

maka kerja yang akan dilakukan Pendekar Slebor akan

langsung pada sasarannya.

Bidadari Tangan Maut tampakkan wajah tenang.

Bibirnya melepas senyum.

Maaf, aku yakin kau datang untuk mencari Raja

Gelang Batuyang bernasib sial itu. Sayang sekali, kau

terlambat. Tetapi bila kau penasaran dan ingin jumpa juga,

aku akan menunjukkan jalan.

Wanita keparat! Tingkahmu membuatku muak!

sentak Nenek Baju Emas melotot garang.

Bidadari Tangan Maut masih perlihatkan

ketenangannya.

Apakah kau tak ingin melihat Raja Gelang Besi Bila

tidak tak ada masalah! Sekarang, katakan di mana

Serigala Mata Iblis tinggal

Nenek Baju Emas memperdengarkan tawa

mengejek.

Sayang sekali, kau tak akan bisa menemuinya.

Karena, nyawamu sudah ada di tanganku!

Omong besar kadang menyesatkan. Sikap santun

lebih lumayan. Jaga mulutmu!

Setan alas! Kurobek mulutmu yang berani

membentakku!

Kemarahan Bidadari Tangan Maut sudah siap

termuntahkan. Tetapi sikapnya tetap tak menggubris

Nenek Baju Emas yang nampak siap lancarkan serangan.

Dan justru tangannya, bergerak ke atas. Wuutt...!

Serangkum angin menderu ke salah satu dahan

pohon. Wuutt! Prak!

Sebuah dahan hancur berantakan. Lalu sebuah

benda cukup besar meluncur, jatuh menimbulkan suara

keras.

Bruukk!

Mata celong Nenek Baju Emas bagai hendak

meloncat keluar.

Raja Gelang Besi! sentaknya, mengkelap.

Benda yang jatuh itu tak lain tubuh Raja Gelang Besi

yang telah menjadi mayat. Kepala Nenek Baju Emas

terangkat, menatap Bidadari Tangan Maut.

Setan alas! Kau harus bayar nyawa sahabatku itu!

bentak Nenek Baju Emas. Tubuhnya berkelebat ke arah

Bidadari Tangan Maut dengan sebuah pukulan berisi

tenaga dalam.

Bidadari Tangan Maut pun tak mau tinggal diam.

Dengan pencalan satu kaki, tubuhnya bagai meluncur

menyongsong.

Dua buah bayangan hitam dan keemasan berkelebat

cepat. Masing-masing meningkatkan tenaga dalamnya

begitu benturan siap bertemu.

Duaaarr!

Benturan tenaga dalam terjadi, menimbulkan suara

keras. Debu-debu beterbangan dan dedaunan berguguran.

Tanah yang dipijak bagai bergoyang sesaat. Bersamaan

dengan benturan terjadi, tubuh mereka tercelat ke

belakang.

Bidadari Tangan Maut segera mengatur

keseimbangan. Namun dari hidungnya mengalir darah

segar. Dadanya terasa remuk.

Lain yang dialami Nenek Baju Emas. Sungguh tak

disangka kalau Bidadari Tangan Maut memiliki tenaga

dalam satu tingkat lebih tinggi darinya. Maka tak ayal lagi,

bukan saja tubuhnya terpental ke belakang, tetapi juga

tersuruk dan ambruk celentang. Bukan hanya dari mulut

dan hidungnya saja yang mengalirkan darah, tapi juga dari

telinganya. Dada dan tangannya pun terasa patah.

Kau! sendat Nenek Baju Emas berusaha bangun.

Tubuhnya limbung sesaat sebelum menemukan

keseimbangannya kembali.

Bidadari Tangan Maut mempergunakan kesempatan

itu untuk mengatur napas dan tenaga dalam-nya.

Tinggalkan tempat ini.... Yang kuinginkan nyawa

Serigala Mata Iblis....

Setan alas! Jangan menyangka karena aku kalah

dalam sekali gebrak! Nyawamu berada di tanganku!

Nyatanya, apa yang kau alami Kau sudah kalah,

Nenek Baju Emas!

Haram jadah! Apa aku tidak tahu kalau kau pun

mengalami nasib sama, hah! lengak Nenek Baju Emas.

Diam-diam dia menahan rasa sakit di dadanya. Dan

berkali-kali mulutnya meringis. Jangan jadi orang s uci,

Bidadari Tangan Maut! Jangan campuri urusanku!

Bidadari Tangan Maut tersenyum dalam hati melihat

wajah Nenek Baju Emas yang kerut merutnya makin

menyembul keluar. Dia tahu, wanita tua pesolek itu tengah

kesakitan.

Apakah aku akan mendiamkan manusia seperti kau

ini yang selalu membuat onar dan menurunkan tangan

telengas Tak akan pernah kulakukan hal itu! Lebih baik,

kembali ke tempat asalmu. Jangan....

Setan alas! Kau membuatku muak! potong Nenek

Baju Emas. Seketika tubuh si nenek melesat kembali. Kali

ini kecepatannya nampak meyakinkan. Kelebatan warna

emas terlihat di mata Bidadari Tangan Maut.

Meskipun merasa kalau kepandaiannya lebih tinggi

dari Nenek Baju Emas, namun menghadapi orang nekat

seperti itu, Bidadari Tangan Maut cukup mendapat

kesulitan.. Seketika dibuangnya tubuhnya ke kiri. Lalu,

kakinya menyepak ke muka.

Wusss!

Nenek Baju Emas justru memutar tubuhnya ke kiri

disertai pukulan bertubi-tubi. Bidadari Tangan Maut

terperangah melihat kenekatan lawan. Pukulan tangan

kanan dan kiri yang dilancarkan Nenek Baju Emas sudah

tinggal beberapa jengkal lagi.

Dalam keadaan gawat, Bidadari Tangan Maut

mengibaskan tangannya dengan ajian 'Tangan Maut Buang

Angin Laut'.

Wuuutt!

Deru angin bergemuruh pun terdengar. Dan.... Des!

Benturan keras itu terjadi, menyusul satu pukulan

keras menghantam tubuh Nenek Baju Emas. Pada saat

yang sama, kaki nenek pesolek itu pun menyambar dada

Bidadari Tangan Maut.

Dess...!

Tubuh Nenek Baju Emas terguling, namun cepat

berdiri. Tubuhnya semakin Iimbung saja. Matanya

memancarkan sinar kemarahan tinggi. Kerut merut di

wajahnya bagai melesak ke dalam. Kedua kepalan

tangannya bergetar.

Bidadari Tangan Maut sendiri mengalami hal yang

sama. Wajahnya menjadi pucat. Rupanya, kenekatan

Nenek Baju Emas memang membuatnya lengah. Sehingga

tak urung dadanya kecolongan juga.

Nenek Baju Emas yang merasa kenekatannya

membawa hasil, langsung mengatur napas. Sisa-sisa

tenaga dalamnya segera dialirkan ke seluruh tubuhnya.

Baginya, mati bersama lebih baik daripada dipecundangi.

Maka saat itu pula si nenek mengempos tubuhnya

lagi. Tubuhnya meluruk dahsyat ke arah Bidadari Tangan

Maut.

Tubuh Bidadari Tangan Maut pun berkelebat

menyongsong dengan gerakan tak kalah cepat. Maka

benturan pun tak bisa dihindari lagi.

Duaaar!

Kembali suara ledakan yang membuat tanah bagai

bergoncang terdengar. Tubuh satu sama lain terpental ke

belakang. Nenek Baju Emas berusaha bangkit sambil

meringis. Sementara Bidadari Tangan Maut segera

mengerahkan sisa-sisa tenaga. Kali ini dia menghendaki

kematian Nenek Baju Emas. Seketika tubuhnya pun

bergerak cepat.

Peringatanku tadi kau lecehkan! Sekarang, ajal

sudah di depan mata. Dan kau tak bisa menghindari

Nenek Baju Emas tak mampu lagi bangkit. Matanya

membuka lebih lebar, seperti menyongsong kematian yang

siap dihadapi. Dia hanya menggeram melihat tubuh

Bidadari Tangan Maut yang siap turunkan tangan sudah

mendekatinya.

Namun sesuatu yang di luar dugaan pun terjadi.

Mendadak satu sosok tubuh melayang, langsung

memapaki serangan maut wanita tua baju hitam itu,

Des!

Tubuh Bidadari Tangan Maut kontan terlontar ke

belakang. Bila tidak dalam keadaan terluka, serangan

gelap itu sebenarnya masih bisa dihindari. Namun karena

keadaannya sudah terluka dalam, mau tak mau tubuhnya

terpental ke belakang.

Tubuh Bidadari Tangan Maut bergulingan beberapa

kali, dan terhenti setelah menabrak pohon. Seluruh tulang

di tubuhnya bagai patah-patah. Darah segar semakin

banyak mengalir dari hidung dan mulutnya. Tubuhnya

terasa lemah sekali. Mata sayunya akibat menahan sakit,

membelalak melihat satu sosok tubuh berambut panjang

berdjri angkuh dengan tatapan nyalang dalam jarak dua

tombak.

Gila... justru aku yang akan mampus sekarang, desis

Bidadari Tangan Maut.

Sementara Nenek Baju Emas yang tak menyangka

kalau pertolongan akan datang, tersenyum meskipun

menahan rasa sakit.

Kau datang tepat pada waktunya. Bunuh wanita

keparat itu, Bayangan Setan! katanya, penuh kemenangan.


9


Andika kehilangan jejak. Maka larinya segera

dihentikan sambil geleng-geleng kepala.

Gila! Hebat juga tuh serigala! Begitu cepat dia

menghilang Katanya sambil mengedarkan pandangan.

Di depan Pendekar Slebor menghampar padang

rumput yang sangat luas. Dan di sisi kiri padang rumput,

terdapat bukit-bukit yang berjajar indah. Angin senja

berhembus semilir.

Atau... jangan-jangan serigala itu jelmaan dedemit

hutan ini Ah, dia bisa kutendang dan kupukul Hmm....

Sebaiknya aku kembali mencarinya!

Pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan

segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk

melintasi padang rumput yang luas itu. Dalam waktu dua

kali penanakan nasi, dia tiba di ujung padang rumput. Dan

di hadapannya terdapat sebuah hutan kembali.

Edan! Kenapa hutan melulu yang kutemui Mbok

sekali-kali seorang gadis yang kutemui! makinya lagi.

Dasar mata bongsang!

Mendadak terdengar makian keras, membuat

Andika terkejut sambil terjingkat dua tindak.

Hei, Eyang! Siluman Hutan Waringin rupanya belum

mendapatkan dirimu! seloroh Andika, yang merasa yakin

kalau itu adalah suara Eyang Sasongko Murti.

Jangan mengejek! sahut suara dari dalam tanah

yang entah di sebelah mana. Meskipun Andika sudah

menajamkan pendengarannya, namun masih belum bisa

menentukan. Kau salah jalan, Bor! Seharusnya... kau

menuju timur sekarang. Tetapi kau berada di ujung utara!

Jangan buang waktu lagi. Aku mencium bau busuk dari

Siluman Hutan Waringin yang sudah dekat sekali!

Andika menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Mengapa kau mengikutiku, Eyang Apakah

sebenarnya kau merindukanku?”

Sialan! Hei, Bor! Kalau siluman keparat ini tidak ada,

aku akan muncul di alam nyata! Paling tidak, di alam maya

yang kugeluti sekarang ini, aku tengah berusaha

mengalahkannya. Seperti kau tahu, bila aku muncul di

alam nyata, siluman keparat itu pasti akan menyusulku.

Dan keonaran akan dibuatnya kembali! He he he.... Kau

jangan lupa, kalau dirimu pun buronan dari Siluman Hutan

Waringin ini. Sudahlah.... Ini memang nasib sialku! Cepat

jalan menuju timur!

Andika mengangguk-angguk.

Baiklah, Eyang..., Aku akan ke sana. Kuharap, suatu

saat kita akan bertemu kembali. Eyang...! Hei, jawab dong!

Apakah sekarang kau tuli

Sahutan dari Eyang Sasongko Murti tak terdengar

lagi. Andika mengeluarkan helaan napas panjang. Ia

maklum, betapa sialnya nasib yang dialami Eyang

Sasongko Murti. Sebelum Siluman Hutan Waringin bisa

dihancurkan, niscaya si tua bangkotan itu tak akan pernah

muncul di alam nyata. Sekarang, Andika pun tak mau

buang tempo lagi. Segera tubuhnya melesat mengikuti

petunjuk Eyang Sasongko Murti.

Sialan! Rupanya serigala itu menyesatkan aku!

Apa yang diduga Pendekar Slebor memang benar.

Serigala cerdik peliharaan Serigala Mata Iblis memang

telah membawanya ke arah yang salah, jauh dari Jurang

Kematian. Bahkan dengan cerdiknya, setelah Andika

terperangkap di jalan yang salah, serigala itu berlari sekuat

tenaga menuju Jurang Kematian.

Dengan lincahnya, Raja Serigala menuruni undakan

batu Jurang Kematian, lalu masuk ke gua di dasar jurang.

Di sana, dia langsung merebahkan tubuhnya disertai suara

kesakitan.

“Setan alas! Kenapa denganmu, Raja Serigala!”

Mendadak saja tempat yang tadi sunyi, terdengar suara

geraman sangat keras.

Tak lama, sosok berjubah panjang berwarna merah

dengan wajah mengerikan, muncul entah dari mana.

Langsung dihampirinya serigala kesayangan nya yang

terluka.

Raja Serigala.... Ceritakan apa yang terjadi tuntut

sosok yang tak lain Serigala Mata Iblis. Wajahnya yang

kasar lebih mengerikan lagi dengan mulut yang bergetar.

Bukan hanya mulutnya, tetapi seluruh tubuhnya. Dia

memang tak pernah menyukai bila melihat serigala

kesayangannya mengalami penderitaan seperti itu.

Raja Serigala memperdengarkan suara gerengan

pelan. Dan rupanya Serigala Mata Iblis mengerti apa yang

dikatakan hewan kesayangannya.

Setan alas! Jadi, Pendekar Slebor yang berbuat

seperti ini! Hm.... Kini saatnya aku harus keluar dari Jurang

Kematian. Seluruh tenaga 'inti petir' dari pemuda pewaris

ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu harus kuserap. Dan

akan kuhancurkan Lembah Kutukan, hingga kutukan Ki

Saptacakra yang melekat pada tubuhku akan hilang.

Kebebasan akan kupetik sebentar lagi, desis Siluman Mata

Iblis.

Hewan itu mengeluarkan kaingan lagi. Sedangkan

kepala Serigala Mata Iblis mengangguk-angguk.

Bagus! Kecerdikanmu memang membuatku senang.

Untuk sementara, sulit bagi Pendekar Slebor menemukan

Jurang Kematian. Kau sangat cerdik karena menyesatkan

langkahnya menuju ke sini, dan memberikan kesempatan

padaku untuk mengobatimu. Tak akan pemah kubiarkan

orang lain me-rryakitimu, Raja Serigala! Tetapi sekarang,

akulah yang akan keluar untuk mendapatkannya. Tenaga

'inti petir' harus berpindah ke tubuhku.

Lalu dengan hawa panas yang menggusar di

tubuhnya, Serigala Mata Iblis menempelkan kedua telapak

tangannya pada serigala yang luka itu. Setelah beberapa

saat, hewan kaki empat itu pun terlelap.

Memang, begitu banyaknya ilmu aneh di dunia ini.

Itu terbukti dengan apa yang barusan diperlihatkan

Serigala Mata Iblis. Dia seperti mengerti bahasa serigala

kesayangannya, sehingga mampu menemukan urat luka

yang harus disembuhkan.

Siluman Mata Iblis berdiri lagi. Wajahnya menggeram

tegang. Kedua tangannya mengepal keras.

Hhh! Dengan memadukan ilmu yang kuperdalam

dan tenaga 'inti petir' dari tubuh Pendekar Slebor, Lembah

Kutukan akan kuhancurkan! Raja Serigala! Kali ini ada

dendam lain dalam diriku terhadap Pendekar Slebor.

Nyawanya harus dijadikan sebagai pembayar sakit hatimu!

Ha ha ha....

Batu-batu di dinding gua itu berguguran terkena

getaran suara tawa keras dari Serigala Mata Iblis.

Meskipun tawanya berkumandang, namun tatapan angker

matanya semaikin nyalang menakutkan.

Mendadak saja lelaki ini memutar jubah panjang

merahnya. Lalu.... Plas!

Mendadak tubuh Siluman Mata Iblis lenyap dari

pandangan.

Pendekar Slebor terus berlari mengikuti petunjuk

Eyang Sasongko Murti. Si pemuda sakti urakan ini bertekad

untuk menemukan Jurang Kematian tepat pada waktunya

Saat ini malam sudah membentang, begitu Andika tiba

kembali di ujung padang rumput pertama tadi. Lalu,

tubuhnya pun melesat terus ke timur. Tak dihiraukannya

betapa sulitnya jalan menembus hutan di hadapannya

yang penuh akar melintang.

Tepat tengah malam, Pendekar Slebor pun tiba di

depan sebuah jurang yang menganga lebar. Bila saja saat

itu bulan tidak bersinar, bisa dipastikan Andika akan

terperosok ke dalamnya.

Dihapusnya keringat yang mengaliri sekujur

tubuhnya. Pernapasannya diatur. Matanya dipicingkan

untuk melihat jurang di depannya.

Hmm.... Sejak awal aku melakukan pencarian pada

Serigala Mata Iblis, baru kali ini menemukan jurang.

Apakah ini Jurang Kematian tempat tinggal Serigala Mata

Iblis seperti petunjuk Eyang Sasongko Murti desisnya,

bertanya-tanya. Kalau memang iya, aku harus bersiap.

Karena tak mustahil sebenarnya hewan keparat itu telah

tiba di Jurang Kematian. Hmm, aku harus mencari jalan

masuk ke dalam,

Berpikir demikian, Andika pun mengalirkan tenaga

dalamnya ke seluruh tubuhnya. Matanya beredar ke

sekeliling yang redup. Lalu perlahan-lahan langkahnya

diatur ke kanan. Matanya mencoba melihat ke dasar

jurang. Namun yang ditangkap hanyalah kegelapan saja.

Kadal buntung! Di mana jalan menuju ke dasar

jurang ini berada rutuk si pemuda, kembali kesal.

Lalu Pendekar Slebor berpindah ke kiri. Dikitarinya

jurang menganga lebar itu di permukaan. Namun matanya

pun tak bisa tembus ke dalam jurang. Andika berpikir,

mengerahkan seluruh otak cerdiknya.

Tak mungkin aku main lompat saja. Bisa saja aku

melompat, namun seberapa dalamnya dasar jurang ini aku

tak tahu. Belum lagi mungkin ada dahan pohon yang

tumbuh di dinding jurang, dan batu-batu terjal yang

runcing. Jalan satu-satunya, mungkin terdapat undakan

batu yang tak beraturan. Dan aku yakin undakan batu itu

berada di sisi jurang.

Andika terdiam kembali sambil memikirkan

kemungkinan itu.

Sepak terjang manusia keparat berjuluk Serigala

Mata Iblis ini memang harus dihentikan. Heran! Mengapa

Eyang Ki Saptacakra malah menebar kutukan padanya

Andika terpaku sebentar.

Sudahlah! Lebih baik aku menentukan letak

undakan yang kuyakini pasti ada.

Namun sebelum melakukan niatnya, tiba-tiba saja

pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu

membuang tubuhnya ke kiri, ketika merasakan angin

berhawa panas diiringi suara bergemuruh yang meluruk ke

arahnya.

Wusss!

Orang sinting! Monyet buduk! maki Andika, yang tak

habis pikir mengapa nasib sial selalu menghantui dirinya.

Duaarr!

Sentakan angin luar biasa kencangnya itu luput

mencacah tubuh si pemuda. Tanah yang dipijaknya tadi

membentuk sebuah lubang, mengeluarkan asap busuk

Dalam keadaan seperti apa pun, Andika tetaplah seorang

pendekar. Kini dia berdiri siaga dengan kedua mata tajam

memandang ke satu arah.

Setan Jurang Kematian! Cepat muncul di

hadapanku. Dan akan kurancah sekujur tubuhnya!

Ha ha ha...!

Sebagai sahutan, terdengar suara tawa keras,

memekakkan telinga Andika. Bila saja pendengarannya tak

segera ditutup dengan tenaga dalam, bisa dipastikan

gendang telinganya akan pecah!

Yang kucari tak ketemu. Dan selagi tak dicari, datang

sendiri mengantar mati! Menyenangkan sekali hidup ini.

Pendekar Slebor akan berkalang tanah. Tenaga 'inti petir'

akan berpindah. Lembah Kutukan hancur. Dan kutukan

akan musnah!

Dari sela-sela tawa keras, terdengar seruan

berkumandang dahsyat

Andika makin melotot, ketika merasakan satu

hembusan angin kuat yang menerbangkan debu-debu ke

wajah. Si pemuda sampai mundur tiga langkah ke

belakang ketika melihat satu sosok tubuh tinggi besar

berjubah panjang warna merah di hadapannya.

Gila! Apakah manusia iniyang berjuluk Serigala Mata

Iblis Cukup lumayan juga tongkrongannya!

***

10


Sosok angkuh dengan sorot mata angker yang

berdiri sejauh dua tombak di depan Pendekar Slebor

memang tak lain dari Serigala Mata Iblis. Tawa iblisnya

berkumandang. Seolah rencana untuk menghancurkan

Lembah Kutukan dengan menguras seluruh tenaga 'inti

petir' milik Pendekar Slebor tinggal di depan mata.

Pemuda berasal dari Lembah Kutukan! Sekarang,

dengar baik-baik! Tempat asalmu akan kuratakan dengan

tanah. Dan seluruh rimba persilatan akan mendengar,

kalau hanya akulah yang mampu menghancurkan Lembah

Kutukan! kata Serigala Mata Iblis, sarat ancaman.

Andika tertawa renyah.

Sudah berapa lama kau menjadi tokoh sesat Kalau

cuma berkepandaian tanggung, mending pulang kampung.

Apa perlu mulutmu kusumpal dengan kotoran kerbau

Brengsek! Besar omong, kau! Berpikirlah dulu sebelum

bertindak! sahut Pendekar Slebor, enteng.

Jangan bersikap bodoh! Tenaga 'inti petir' yang kau

miliki akan membantuku untuk menghancurkan Lembah

Kutukan' Dan perlu kau ketahui Pemuda Bodoh! Kaum

rimba persilatan akan mengutukmu! Karena dengan

tenaga 'inti petir' yang kau miliki dan dipadukan dengan

ilmuku, maka Lembah Kutukan akan hancur!

Hati Andika panas mendengar kata-kata itu. Matanya

yang setajam mata elang memancarkan sinar berbahaya.

Namun bukan Andika kalau hanya omongan begitu saja

langsung diam mengkeret.

Hei, Orang Jelek! Lebih baik pergi jauh dari sini. Atau

eyang buyutku akan mengirimkan kutukannya lagi

padamu! Nanti kalau dikutuk jadi monyet, datang lagi ke

hadapanku, ya. Aku punya pisang banyak, lho!

Setan! bentak Serigala Mata Iblis memperlihatkan

kemarahan di wajahnya. Setelah kuhancurkan Lembah

Kutukan dengan tenaga 'inti petir', manusia setengah dewa

yang bernama Ki Saptacakra pun tak akan mampu berbuat

banyak! Dia tak akan memiliki tempat tinggal lagi!

Wah, wah.... Kau pikir gampang apa untuk

mendapatkan tenaga 'inti petir' Kau harus mencium pantat

kerbau seribu kali, tahu!

Keparat!

Serigala Mata Iblis seketika melepaskan satu

pukulan dengan tangan kanan.

Andika terkesiap, melihat angin yang melunc ur ke

arahnya. Bukan saja menimbulkan suara gemuruh laksana

badai, tapi juga menebarkan hawa panas menyengat.

Secepat kilat Andika mengenyahkan tubuhnya ke

samping seraya bergulingan. Namun Serigala Mata Iblis

masih tetap melancarkan serangannya tanpa bergerak dari

tempatnya. Kali ini lebih beruntun, menimbulkan ledakan

berkali-kali. Pepohonan yang tumbuh di sekitar Jurang

Kematian pun hancur berantakan.

Ayo terus umbar pukulanmu. Aku rela kok tubuhku

jadi sasaran. Syaratnya, harus kena! ejek Andika, sambil

berusaha menghindari serangan-serangan maut Serigala

Mata Iblis.

Kendati mengeluarkan ejekan-ejekan seperti itu,

bukan berarti Andika dalam keadaan aman. Biar

bagaimana, dia terus berpikir untuk membalas.

Aku tak ingin membunuhmu, Pendekar Slebor! Yang

kuminta hanyalah tenaga 'inti petir' yang ada di tubuhmu!

Tetapi, perbuatanmu yang telah melukai serigala

kesayanganku, memaksaku untuk segera membunuhmu.

Tentu saja, setelah mendapatkan tenaga 'inti petir' yang

kau miliki!

O.... Jadi serigala bodoh itu peliharaanmu, ya Pantas

bodohnya sama dengan pemiliknya! Andika terus

mengumbar ejekannya.

Setan alas! Kubunuh kau! bentak Serigala Mata Iblis.

Orang bodoh memang banyak omong! Sejak tadi

saja, kau belum berhasil menjatuhkan tangan padaku!

balas Andika sok hebat. Padahal, jantungnya sudah kebat-

kebit sejak tadi.

Wajah garang Serigala Mata Iblis makin nyata saja.

Kali ini sambil menyerang, tubuhnya berkelebat ke arah

Andika. Agaknya, dia tak mau bertindak ayal lagi.

Gerakannya kadang-kadang menerkam atau

menjambretkan tangan-tangannya bagai seekor serigala.

Berkali-kali Pendekar Slebor berusaha menghindar.

Namun pada satu kesempatan.... Des!

Tubuh pemuda urakan itu terpental ke belakang

disertai muntahan darah. Napasnya terasa sesak dengan

aliran darah menjadi lambat.

Kutu monyet! Panas sekali tubuhku!

Pendekar Slebor segera mengerahkan hawa murni

untuk mengusir panas yang menyerang tubuhnya. Lalu

perlahan-lahan dia bangkit sambil menatap Serigala Mata

Iblis yang berdiri tegak sambil terbahak-bahak.

Kali ini aku yakin sekali, kalau kau memang tak

pantas menjadi pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan.

Ilmu yang kau miliki tak pantas membuatmu menyandang

gelar seperti itu! Bersiaplah, Pendekar Slebor!

Wajah Andika kontan pias. Dan entah mengapa, bulu

kuduknya meremang mendengar kata-kata penuh

ancaman itu. Kembali tenaga 'inti petir' dialirkan ke seluruh

tubuhnya. Dalam waktu yang singkat, Andika berpikir keras

untuk mengalahkan Serigala Mata Iblis. Dari pertarungan

barusan, Andika menarik kesimpulan kalau tak akan

mampu mengalahkannya. Namun, otaknya yang cerdik

masih terus mencari akal.

Tiba pada satu pikiran yang ditemukannya, Pendekar

Slebor pun menyorongkan kaki kanan ke muka. Sementara

kaki kiri ditarik ke samping. Tubuhnya agak membungkuk

dengan kedua tangan siap melancarkan serangan.

Sebelum Serigala Mata Iblis menerjang, Andika

sudah mendahului. Kali ini ajian 'Guntur Selaksa' segera

dilepas. Seketika sinar putih keperakan telah menyelimuti

sekujur tubuhnya. Agaknya, Andika mengeluarkan ajian

'Guntur Selaksa' tingkat pamungkas.

Melihat lawan mengeluarkan ajian, Serigala Mata

Iblis hanya tertawa yang menyakitkan telinga.

Ajian 'Guntur Selaksa' tak berarti apa-apa untukku!

Tanpa mengurangi kemposan tubuhnya yang

melesat deras, Andika mendengus dalam hati. Sialan!

Sudah tentu dia mengenali ajianku ini. Bukankah dulu

entah berapa puluh tahun yang lalu, dia pernah bertarung

dengan Ki Saptacakra Masa bodoh! Peduli setan! Aku

harus memperdayainya! Paling tidak, sekarang memang

harus mengandalkan kecerdikan!

Bukan menghadapinya dengan tenaga kasar!

Sementara kedua tangan Serigala Mata Iblis telah

membuka. Seketika sinar hitam telah menggelungi kedua

tangannya.

Andika yang melihat hal itu tak ambil peduli. Cepat

tangannya dihantamkan.

Pada saat yang sama Serigala Mata Iblis

menggerakkan kedua tangannya.

Des! Des!

Dua buah gerakan yang berbaur sinar putih

keperakan dan sinar hitam bertemu. Plas! Plas!

Dua buah sinar melesat ke atas dan membubung

tinggi, lalu lenyap. Namun saat itu pula, dua buah

hantaman telak mendarat di dada Pendekar Slebor.

Dess! Dess!

Pemuda itu kontan terhuyung ke belakang sambil

menekap dadanya. Mulutnya meringis menahan sakit tak

terkira.

Seperti yang telah diduga, ternyata lawan mampu

mengatasi ajian 'Guntur Selaksa'. Apa yang dirasakan

Pendekar Slebor saat ini memang membuatnya menderita.

Kepalanya pusing tujuh keliling. Tubuhnya terasa lemah.

Matanya berkunang-kunang, namun otak cerdiknya masih

bekerja.

Tinggal menjalankan permainan terakhir..., desis

Andika dalam hati. Tubuhnya yang memang sudah limbung,

semakin dibuat limbung. Dan akhirnya, dia jatuh ambruk

ke tanah.

Melihat Pendekar Slebor sudah tak berdaya, Serigala

Mata Iblis terbahak-bahak keras. Dia masih berdiri tegak

tanpa cedera sedikit pun.

Apa, yang kurencanakan ini memang sudah

menemui titik temunya. Setelah mendapatkan tenaga 'inti

petir', tinggal mendapatkan tulang sumsum milik Bidadari

Tangan Maut yang harus kurebus dan kuminum airnya.

Dari isi tulang sumsum itulah aku bisa mendapatkan

sebuah tenaga dahsyat yang akan kupadukan dengan

tenaga 'inti petir'. Sehingga nanti di Lembah Kutukan,

bukan hanya bisa berlari yang kulakukan, tetapi juga

melangkah dengan santai sambil menghancurkannya... ha

ha ha...! Purnama sudah dekat, rencana bisa dijalankan.

Seluruh niat akan tuntas. Akan kupaksa Bidadari Tangan

Maut mengeluarkan ajian 'Dewa Maut Hempaskan

Gunung'. Dengan ajian yang terangkum pada tangannya

itulah tulang sumsum yang dimilikinya akan menjadi

kekuatan dahsyat bila berhasil kudapatkan. Waktu lalu,

aku memang masih membiarkannya hidup. Karena, wanita

tua keparat itu tidak sempat mengeluarkan ajian 'Dewa

Maut Hempaskan Gunung'. Hmm.... Pada pertarungan

purnama nanti, aku akan bersikap lebih lunak.

Sehingga,,ajian yang kuinginkan itu dikeluarkannya. Hhh!

Ke mana tiga manusia tolol itu pergi Mereka sudah tak

berguna lagi. Akan kubunuh ketiganya bila datang kembali

kesini.

Pendekar Slebor yang berpura-pura pingsan

tersentak mendengarnya. Tulang sumsum milik Bidadari

Tangan Maut Gusti.... Rupanya inilah jawaban, mengapa

Serigala Mata Iblis tidak membunuh Bidadari Tangan Maut.

Rupanya, tulang sumsum Bidadari Tangan Maut yang akan

terangkum ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung' itulah

yang diinginkannya.

'Tak akan kubiarkan manusia keparat ini menelan

bulat-bulat seluruh rencananya. Tak akan kubiarkan...,

desis Andika menahan rasa geram yang berbalur nyeri di

tubuhnya.Diam-diam Pendekar Slebor telah mengalirkan

tenaga dalam yang dipadukan dengan hawa murni guna

menghilangkan rasa sakit.

Dan Pendekar Slebor memaki dalam hati ketika

Serigala Mata Iblis mengangkat tubuhnya dengan cara

menendang.

Hup!

Tahu-tahu tubuh Pendekar Slebor sudah tersampir di

pundak sebelah kiri Serigala Mata Iblis. Lalu tubuhnya

terasa bagai melayang. Saat tubuhnya terasa menurun,

pandangannya dibuka.

Rupanya Serigala Mata Iblis tengah membawanya ke

dasar Jurang Kematian.

***

11


Di tempat yang penuh pepohonan, Bidadari Tangan

Maut dan si Bayangan Setan terus bertarung hingga

puluhan jurus. Keadaan sekitarnya sudah porak-poranda.

Kemurkaan si Bayangan Setan semakin menjadi-jadi,

ketika mengetahui Raja Gelang Besi tewas di tangan

Bidadari Tangan Maut.

Serangan si Bayangan Setan bukan main

dahsyatnya. Setiap kali tubuhnya berkelebat setiap kali

pula terdengar angin menderu-deru.

Keadaan Bidadari Tangan Maut menjadi sulit.

Meskipun luka dalam akibat bertarung dengan Nenek Baju

Emas, dia masih berusaha bertahan. Namun tak urung

beberapa kali terhantam telak pukulan atau tendangan si

Bayangan Setan.

Kesulitan itu makin menjadi, ketika Nenek Baju

Emas mempergunakan kesempatan selagi Bidadari Tangan

Maut sibuk menghindari serangan si Bayangan Setan.

Perempuan tua pesolek itu telah meluruk mengancam

keselamatannya.

Diserang dari dua jurusan memang benar-benar

membuat repot Bidadari Tangan Maut.

“Rasanya aku tak mungkin bertahan lebih lama lagi.

Tubuhku sudah sakit semuanya,” desah Bidadari Tangan

Maut dengan tubuh limbung. Padahal aku masih

penasaran, mengapa Serigala Mata Iblis tidak segera

membunuh waktu itu. Dan justru, mengajakku bertarung

kembali. Ah! Rahasia apa yang ada di balik semua ini Yang

jelas, harus kuketahui. Bila berada lebih lama di sini,

niscaya aku tak akan bisa mengetahui rahasia itu.

Berpikir begitu, tiba-tiba saja Bidadari Tangan Maut

berputar. Tubuhnya seketika mencelat ke belakang.

Begitu berdiri tegak, wajah Bidadari Tangan Maut

semakin tegang. Urat-urat di seluruh tubuhnya

mengencang. Perlahan-lahan kedua tangannya

memancarkan sinar kehitaman. Sorot matanya pun

menyorot tajam. Rupanya dia tengah mengeluarkan ajian

pamungkasnya, 'Dewa Maut Hempaskan Gunung'.

Si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas terpaku

sejenak. Mata mereka tak berkedip memandang Bidadari

Tangan Maut yang berdiri pada jarak tiga tombak.

Aku yakin, wanita tua itu tengah mengeluarkan ajian

pamungkasnya, bisik si Bayangan Setan dalam geraman.

Haram jadah! Aku tak peduli dengan semua itu! Dia

harus mampus! sentak Nenek Baju Emas. Kebenciannya

pada Bidadari Tangan Maut makin menjadi. Sehingga

wajah pesoleknya terlihat menegang.

Matanya bagai melompat keluar saking geramnya.

Si Bayangan Setan memperhatikan, bagaimana

kedua lengan Bidadari Tangan Maut berubah menjadi

hitam. Bibirnya lantas menyeringai.

“Sabar….. Wanita itu sudah tak berdaya sebenarnya.

Dan aku yakin, meskipun dia telah mengeluarkan ajian

pamungkasnya, namun tak memiliki banyak tenaga untuk

menunjang ajiannya. Kita serang bersamaan. Kau bagian

atas, aku bagian bawah, ujar si Bayangan Setan.

Kedua tokoh tua aliran sesat ini mengatur langkah.

Didahului teriakan keras, si Bayangan Setan melesat ke

muka. Lalu, menyusul Nenek Baju Emas yang meluruk

menyerang bagian atas.

Bidadari Tangan Maut menatap jalang. Begitu tubuh

kedua lawannya meluncur, dia pun menerjang pula

Heaaa!

Des! Des!

Benturan pun terjadi. Tampak tubuh si Bayangan

Setan terlontar dua tombak ke belakang. Sementara

Nenek Baju Emas terhuyung dengan dada seakan remuk.

Namun yang dialami Bidadari Tangan Maut pun lebih

dahsyat lagi. Tubuhnya terlempar deras ke belakang, lalu

menghantam sebuah pohon. Saat itu juga, seluruh tulang

iganya bagai patah.

Aku telah kehilangan banyak tenaga. Sehingga, ajian

'Dewa Maut Hempaskan Gunung' sia-sia belaka. Hmm…

Selagi keduanya mengatur napas, aku harus meninggalkan

tempat ini....

Dengan mengerahkan sisa-sisa tenaganya,

perempuan tua ini cepat melenting ke belakang. Seketika

tubuhnya menghilang begitu cepat di sela-sela pepohonan

besar.

Setan alas! Nenek Baju Emas! Ini kesempatan kita

untuk membunuhnya! Dia sudah terluka!

Tanpa buang waktu lagi, si Bayangan Setan pun

berkelebat mengejar. Sedangkan Nenek Baju Emas

menyusul di belakang dengan langkah terhuyung-huyung.

Suasana dalam gua di Jurang Kematian begitu gelap

pekat. Serigala Mata Iblis meletakkan Pendekar Slebor di

atas sebuah altar batu. Tangannya lantas bergerak

beberapa kali.

Wuss! Wuss! Wusss!

Seketika obor-obor yang semula padam, menyala

dan menerangi gua.

Ha ha ha…. Kini tiba saatnya aku mendapatkan

sesuatu yang telah lama kuinginkan..., sorak lelaki seram

itu.

Pendekar Slebor yang masih berlagak pingsan

tersenyum dalam hati.

Kau akan mendapatkan sesuatu yang tak pernah

kau duga, Manusia Keparat, gumamnya dalam hati.

Raja Serigala.... Kau akan mendapatkan sesuatu

yang kau inginkan. Dendammu akibat perbuatan Pendekar

Slebor akan terbayar sudah. Daging-dagingnya akan kau

rencah! Ha ha ha...! kata Serigala Mata Iblis.

Tanpa peduli ocehan Serigala Mata Iblis, Pendekar

Slebor menajamkan pendengarannya untuk menangkap

suara-suara lain. Nihil. Yang ada cuma angin menusuk

tulang yang masuk ke gua itu.

Apakah pemuda yang bernama Sudira itu telah

tewas Kalau benar... jelas aku terlambat..., desah Andika

galau.

Mendadak telinga Pendekar Slebor menangkap

suara langkah yang memasuki gua di dasar Jurang

Kematian.

Serigala Mata Iblis yang mendengar pula, segera

memutar tubuhnya. Kedua matanya memicing melihat

kehadiran kedua kaki tangannya.

Hm.... tenaga mereka sudah tak kubutuhkan lagi,

desis Serigala Mata Iblis.

Wajah Serigala Mata Iblis yang bengis itu memasang

senyum.

Sudahkah kalian menemukan Raja Gelang Besi

sapanya, pura-pura ramah.

Kedua sosok yang tak lain si Bayangan Setan dan

Nenek Baju Emas saling berpandangan, lalu kembali

menatap Serigala Mata Iblis. Setelah gagal menemukan

Bidadari Tangan Maut, keduanya memang memutuskan

untuk kembali ke Jurang Kematian. Ada dua masalah yang

dikhawatirkan. Pertama, bila terlalu lama meninggalkan

Jurang Kematian, justru ajal yang akan diturunkan Serigala

Mata Iblis. Kedua, mereka pun hendak mengabarkan

tentang matinya Raja Gelang Besi di tangan Bidadari

Tangan Maut. Di luar kedua masalah itu, mereka juga

hendak mengabarkan tentang Bidadari Tangan Maut yang

telah terluka parah.

Si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas lantas

bersujud, tanpa mengangkat kepalanya.

Maafkan kami, Ketua.... Kabar buruk kami terima,

Raja Gelang Besi ternyata telah tewas di tangan Bidadari

Tangan Maut, lapor si Bayangan Setan, mewakili

temannya.

Pikir si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas,

mereka akan mendapatkan dampratan. Namun nya-tanya

justru tawa Serigala Mata Iblis yang terdengar. Hati

keduanya jadi bertanya-tanya keheranan. Mengapa jadi

seperti ini

Bagus, bagus sekali! Itulah hukuman yang harus

diterima karena melanggar perintahku. Bagaimana dengan

pemuda yang mirip Pendekar Slebor itu

Si Bayangan Setan merasa seluruh tubuhnya

membeku. Bila ingat kejadian itu, hatinya menjadi marah.

Dan sekarang, bukan main ciut hatinya.

Manusia ini harus kubohongi daripada aku mampus

sekarang juga, gumamnya dalam hati.

Si Bayangan Setan lantas sedikit mengangkat

kepalanya.

Apa yang telah Ketua perintahkan, telah

dilaksanakan. Pemuda itu telah menjadi mayat sekarang.

Mata laki-laki berjubah merah itu menajam. Di mana

mayatnya Sudah... sudah dibuang di tepi hutan. Jangan

dusta!

Suara Serigala Mata Iblis menggelegar keras,

membuat hati si Bayangan Setan menjadi tak menentu.

Digertak seperti itu seluruh nyalinya jadi luntur.

Maka lelaki ini segera menceritakan apa yang

terjadi. Pikirnya, sangat sulit membohongi Serigala Mata

Iblis. Mendengar cerita si Bayangan Setan, Serigala Mata

Iblis malah terbahak-bahak keras hingga perutnya

berguncang.

Eyang P urnama….. Pernah pula kudengar nama

manusia itu. Hhh… Aku tak punya urusan dengannya! Mau

dibawa ke mana, itu urusannya! Pemuda yang berjuluk

Pendekar Slebor berada di tanganku sekarang. Nah! Apa

lagi yang hendak kau sampaikan kepadaku

Si Bayangan Setan melengak sampai terdesak. Lagi-

lagi, dia tak menerima dampratan atau pukulan Serigala

Mata Iblis. Bahkan yang terdengar hanya suara tawa saja.

Lelaki ini memang sempat melihat satu sosok tubuh

terbujur di altar batu di belakang tubuh Serigala Mata Iblis.

Apakah karena Pendekar Slebor tertangkap, membuat

Serigala Mata Iblis tak mengumbar amarahnya

Kami baru saja bertarung melawan Bidadari Tangan

Maut. Dan kami yakin, saat ini Bidadari Tangan Maut telah

terluka parah, lapor si Bayangan Setan lagi, masih diiringi

rasa herannya.

Berita itulah yang ingin kudengar. Di mana dia

sekarang tanya Serigala Mata Iblis.

Sementara, Andika diam-diam mendesah dalam hati.

Rupanya pemuda itu dibawa oleh Eyang Purnama. Ah! Aku

tenang sekarang. Rencana yang kusiapkan akan bisa

kujalankan sekarang. Baiknya, kudengar lagi percakapan

mereka.

Meskipun merasa heran karena Serigala Mata Iblis

tak marah mendengar kata-katanya, namun masih ada

rasa takut di hati si Bayangan Setan.

'Dia berhasil meloloskan diri..., sahutnya, terbata.

Tawa keras Serigala Mata Iblis mengumandang

kembali.

Bagus! Cara kerja kalian memang menakjubkan. Aku

justru akan membunuh kalian jika sampai membunuhnya.

Ada sesuatu yang masih kubutuhkan dari Bidadari Tangan

Maut. Biarkan dia hidup untuk sesaat. Dan aku yakin, dia

akan menerima tantanganku purnama ini, di lereng Bukit

Mambang sebelah timur Jurang Kematian ini. Hmm,

purnama tinggal tiga hari lagi.

Hati si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas benar-

benar tak mengerti, mengapa Serigala Mata Iblis tidak

marah mendengar laporannya. Rasa tegang tadi

punberangsur-angsur menjadi ketenangan.

Kalian telah lama mengabdi kepadaku dan

menjalankan seluruh perintahku. Sudah sepatutnya kalian

kuberi hadiah..., kata Serigala Mata Iblis, seolah

melegakan kedua kaki tangannya.

Tidak perlu, Ketua.... Mendengar Ketua tidak marah

saja, kami sudah senang..., kata si Bayangan Setan.

Ha ha ha.... Sekalipun aku tak pernah memberikan

kalian hadiah. Maka, terimalah hadiah ini sekarang.

Si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas menunggu

nama masing-masing disebutkan dengan kepala tertunduk.

Dan tiba-tiba saja, wajah Serigala Mata Iblis berubah

menjadi bengis. Lalu seketika tangannya mengibas ke

depan.

Wuss! Wuss!

Tak ada teriakan apa pun. Tanpa sadar apa yang

akan dialami, tahu-tahu kepala si Bayangan Setan dan

Nenek Baju Emas telah menggelinding ke sudut gua. Darah

muncrat dari leher yang putus, lalu ambruk bersimbah

Hhh! Manusia-manusia bodoh seperti kalian ini

hanya menyusahkanku saja! Tenaga kalian sudah tak

kubutuhkan lagi! Pendekar Slebor sudah di tanganku. Dan

sebentar lagi, Bidadari Tangan Maut akan kudapatkan!

Peduli setan dengan Eyang Purnama yang telah membawa

pemuda itu! Setelah kudapatkan semuanya, Lembah

Kutukan akan kuhancurkan berikut kutukan Eyang Ki

Saptacakra. Seluruh tokoh rimba persilatan ini pun akan

kumusnahkan. Kec uali, mereka yang mau menjadi

pengikutku!

“Raja Serigala! Bawa tubuh kedua manusia laknat

ini! Mereka menjadi hidangan makan malammu!”

Serigala besar itu mengeluarkan dengkingan

gembira. Lalu dibawanya kedua mayat itu dengan gigi-gigi

tajamnya.

Pendekar Slebor yang mengira-ngira apa yang

terjadi, hampir-hampir tak kuat lagi menahan gejolak

marah di dadanya.

Laknat! Manusia ini tak ubahnya seekor serigala

lapar! Hhh! Untuk saat ini, aku harus bisa menahan

amarah. Apalagi rencanaku yang merupakan harapan satu-

satunya belum kujalankan. Karena bila aku nekat

menghadapinya, justru nyawaku yang akan melayang.

Andika kembali membuat tubuhnya seperti pingsan

dengan cara mematikan urat saraf di otak nya. Hal itu

bukanlah sebuah masalah sulit. Karena sebagai tokoh

kenamaan, bukan hat yang sulit bagi Andika untuk

melakukannya.

Andika kini merasa kedua kakinya dipegang erat

oleh tangan Serigala Mata Iblis. Ketika merasakan hawa

dingin masuk ke tubuhnya melalui kaki, Andika pun

menjalankan rencana yang dipikirkannya.


12


Keringat telah membanjiri seluruh tubuh Serigala

Mata Iblis. Wajahnya telah berubah tegang dengan kening

berkerut. Dan tenaga dalamnya kembali ditambah. Begitu

menemukan titik urat di pusar Pendekar Slebor, dia

berusaha menyedot tenaga 'inti petir'. Namun di kejap lain,

tenaga itu disentaknya kembali.

“Setan! Kenapa jadi begini!” maki lelaki ini tak

mengerti. Karena, yang dirasakan hanyalah hawa dingin

yang masuk kembali ke tubuhnya. Dengan kening berkerut

dipegangnya tubuh Pendekar Slebor. Panas. Tetapi,

mengapa aku tidak merasakan satu sentakan bagai petir

yang berubah jadi seperti gigitan semut begitu masuk ke

tubuhku Yang kurasakan cuma hawa dingin, dis usul hawa

panas saja. Brengsek! Apakah memang s usahnya seperti

ini Tidak mungkin! Aku telah mempelajari sebuah ilmu

dahsyat 'Sedot Bumi' yang bisa memindahkan tenaga

orang lain ke tubuhku. Tak terkecuali tenaga 'inti petir' milik

Pendekar Slebor. Tetapi... persetan! Akan kucoba lagi!

Kembali lelaki tinggi besar berjubah merah itu

mengerahkan tenaga dalamnya yang dipadu ajian 'Sedot

Bumi'. Ajian itu memang telah khusus dipelajarinya untuk

mengambil tenaga 'inti petir' milik Pendekar Slebor.

Namun lagi-lagi lelaki ini harus mengerutkan

keningnya. Lagi-lagi hawa dingin mas uk ke tubuhnya.

Masih tak mengerti dipegangnya kembali tubuh Pendekar

Slebor. Kini dirasakan suhu panas di tubuh pendekar

pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu bertambah

tinggi.

Bangsat! Apakah ilmu 'Sedot Bumi' ini tak mampu

menyedot tenaga 'inti petir'! Tidak mungkin! Pasti ada

kesalahan, dengus Serigala Mata Iblis.

Setelah melakukan berkali-kali namun gagal, tiba-

tiba saja sosok tinggi besar itu berdiri tegak. Wajahnya

begitu tegang. Kepalanya lantas menoleh.

Serigala laknat! Dia coba mengelabuiku dengan

mengatakan kalau pemuda ini Pendekar Slebor! Hhh!

Kurang ajar! Ajian 'Sedot Bumi' tidak mungkin gagal

mendapatkan tenaga 'inti petir'!

Wajah Serigala Mata Iblis merah padam. Napasnya

terdengar berat dan bagai ditarik dari dalam

Setan alas! Sekarang aku yakin... pemuda ini pasti

bukan Pendekar Slebor! Hanya cara berpakaiannya yang

sama. Kalau sebelumnya aku tahu dia melingkupi

tubuhnya saat kuserang, ini pasti bukan tenaga 'inti petir'.

Melainkan sebuah tenaga panas belaka yang sekarang

kurasakan pada tubuhnya.

Rupanya, Serigala Mata Iblis tiba pada kesimpulan

kalau pemuda yang berbaring tak berdaya di hadapannya

bukanlah Pendekar Slebor. Karena saat telapak tangannya

ditempelkan pada kedua kaki Pendekar Slebor, yang akan

terserap masuk ke tubuhnya adalah sebuah tenaga panas

yang rnenyengat serta getaran kuat. Kalau benar itu

Pendekar Slebor, bila tenaga petir berhasil disedotnya

maka tubuhnya akan berubah sedingin es.

Namun yang dialami Serigala Mata Iblis sekarang ini,

justru kebalikannya!

Haram jadah! Raja Serigalaaa! teriaknya kuat-kuat.

Andika yang sedang tersenyum-senyum karena

melihat tingkah Serigala Mata Iblis, hampir saja tersentak.

Suara keras itu menggugurkan batu-batu yang menaungi

gua di Jurang Kematian itu.

Raja Serigala yang asyik menikmati hidangannya

tersedak. Dengkingannya terdengar. Masih dengan mulut

penuh darah, dia melompat ke dalam.

Begitu melihat hewan peliharaannya di hadapannya,

Serigala Mata Iblis murka bukan main. Tanpa banyak

cakap tangan kanannya dikibaskan.

Wusss!

Angin bergemuruh dahsyat langsung meluruk ke

arah Raja Serigala. Tanpa ampun lagi, tubuh hewan kaki

empat itu terpental jauh keluar gua dan ambruk dengan

tubuh hancur.

Percuma sekian tahun kau kupelihara bila ternyata

hanya membuang waktuku saja! maki Serigala Mata Iblis

geram. Lalu tubuhnya berbalik lagi pada Pendekar Slebor.

Hhh! Rupanya kau hanyalah seorang pendekar picisan

yang tak berguna! Lebih baik mampus daripada

memusingkan kepalaku!

Serigala Mata Iblis mengangkat tangan kanannya,

siap dipukulkan pada Pendekar Slebor yang sekarang

disangka sebagai orang lain. Dalam sekali pukul saja,

tubuh Andika pasti akan pecah berantakan.

Andika sendiri yang merasakan hawa kematian siap

menebar ke arahnya, segera bersiaga. Dia akan melompat

begitu merasakan angin meluruk ke arahnya.

Namun sebelum Serigala Mata Iblis siap

menurunkan tangan kematian....

Serigala Mata Iblis! Kematian sudah berada di

tanganmu! Tak perlu tunggu waktu purnama nanti.

Muncullah! Kau akan menghadap malaikat penjaga neraka

dengan segera!

Serigala Mata Iblis menggeram sengit, mendengar

bentakan sayup-sayup.

Bidadari Tangan Maut! Setan alas! Kini saatnya aku

mendapatkan apa yang kuinginkan dari Bidadari Tangan

Maut. Pendekar Slebor urusan belakang!

Hawa marah telah menggelegak dalam dada

Serigala Mata Iblis. Dan kemarahan itu akan dialihkan

pada Bidadari Tangan Maut. Dengan sekali lesat saja,

tubuhnya sudah keluar. Dan dengan cepat, dia berlari

ringan, menaiki undakan untuk tiba di atas Jurang

Kematian.

Tawa keras Serigala Mata Iblis berkumandang

dahsyat begitu melihat satu sosok berdiri dalam jarak tiga

tombak. Sementara Bidadari Tangan Maut memicingkan

matanya. Tubuhnya agakbergetar, karena nyeri dan luka

dalam yang diderita.

Bagaimana tahu-tahu perempuan tua itu sampai

berada di tempat ini

Setelah berpikir untuk melarikan diri dari si

Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas, Bidadari Tangan

Maut pun melesat cepat Baginya yang terpenting bukanlah

kedua orang itu. Melainkan, teka-teki tentang Serigala

Mata Iblis yang tidak membunuhnya. Bahkan

menantangnya bertarung.

Pikiran itu memang tiba-tiba muncul. Dan dia

berpikir, jalan satu-satunya untuk menemukan Serigala

Mata ftlis adalah dengan memperdaya si Bayangan Setan

dan Nenek Baju Emas. Dalam perhitungannya, bila dua

begundal Serigala Mata Iblis tak berhasil menemukan

dirinya, keduanya pasti akan segera kembali kepada

Serigala Mata Iblis. Karena secara tidak langsung, dia

menduga kalau kemunculan keduanya jelas-jelas untuk

mencari Raja Gelang Besi dan mencari Pendekar Slebor.

Apa yang diduga Bidadari Tangan Maut memang

benar. Karena telinganya mendengar kalau si Bayangan

Setan memutuskan untuk kembali kepada Serigala Mata

Iblis. Setelah kedua begundal itu berkelebat, Bidadari

Tangan Maut pun melompat turun. Dan dengan menjaga

jarak, dia berkelebat mengikuti keduanya.

Selamat datang di tempatku ini, Bidadari Tangan

Maut! sambut Serigala Mata Iblis dengan suara keras. Aku

masih berlunak hati memberi kesempatan berlatih. Tetapi,

justru kaulah yang datang mengantarkan nyawa ke sini.

Kematian di tangan Yang Maha Kuasa. Bila belum

ditentukan, maka aku tak akan pernah mati, balas Bidadari

Tangan Maut. Sengaja dia berkata begitu untuk

memancing jawaban Serigala Mata Iblis yang saat itu tidak

membunuhnya.

Terbahak Serigala Mata Iblis mendengarnya.

Kau salah! Kematianmu berada di tanganku. Hhh!

Aku ingin merasakan kehebatan ajian pamungkasmu,

'Dewa Maut Hempaskan Gunung'.

Kau akan segera merasakannya! Lakukan! Kerahkan

seluruhnya, agar kau tahu kalau ajian pamungkasmu itu

tak berarti banyak terhadapku!

Keparat sombong! Tak perlu menunggu purnama.

Karena, nyawamu ada di tanganku!

Kuakui kau akan berhasil melakukannya. Bila waktu

itu kau tidak kubunuh, sekarang saatnya yang tepat!

Rasa pengecutmu sebenarnya masih ada, Manusia

Laknat! Kau masih menunggu hingga purnama untuk

bertarung denganku! sentak Bidadari Tangan Maut

memperlihatkan senyum penuh ejekan.

Kedua mata lelaki yang ingin menghancurkan

Lembah Kutukan ini bagai melontarkan nyala api,

mendengar ejekan Bidadari Tangan Maut. Tubuhnya

bergetar.

Haram jadah! Kulakukan itu karena aku ingin

merasakan kehebatan ajian pamungkasmu! Dan

sementara menunggu, aku tengah mencari Pendekar

Slebor!

Kau tak akan bisa mengalahkan pemuda pewaris

ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu! Bangsat!

Sehabis membentak, Serigala Mata Iblis melompat.

Tangan kanannya melesat. Dan bersamaan dengan itu,

kaki kanannya digerakkan. Maka angin panas segera

mendahului, sebelum tangan dan kakinya melesat.

Mendapati serangan semacam itu, Bidadari Tangan

Maut terkesiap. Tanpa sadar kakinya mundur satu tindak.

Laiu dicobanya menahan serangan dahsyat itu dengan

menggerakkan kaki dan tangan secara bersamaan.

Des! Des! Des!

Aaakh...!

Tiga kali benturan keras terjadi disertai jerit

kesakitan dari mulut Bidadari Tangan Maut. Tubuhnya

raencelat ke belakang, lalu jatuh terduduk dengan mulut

dan hidung mengalirkan darah.

Bukan main kehebatan lelaki laknat ini! Tetapi biar

bagaimanapun hebatnya, aku tak akan pernah mundur

barang setindak pun! desis Bidadari Tangan Maut sambil

coba berdiri. Seluruh tulangnya seketika terasa nyeri.

Sementara Serigala Mata Iblis tak mengalami apa

apa. Bahkan tetap berdiri tegak dengan tawa penuh

kesombongannya.

Mengapa kau tak mengeluarkan ajian 'Dewa Maut

Hempaskan Gunung' Apakah sebenarnya kau memang tak

lagi memiliki kemampuan ejek lelaki itu.

Panas wajah Bidadari Tangan Maut dengan ejekan

yang menyakitkan. Ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung'

memang sebuah ajian dahsyat. Namun sayangnya, bila tak

ditopang tenaga dalam kuat dan keadaan tubuh yang kuat

pula, ajian itu tak akan membawa hasil apa-apa.

Akan tetapi, hawa marah sudah siap meledak di atas

ubun-ubunnya. Maka kaki kanannya cepat diserongkan ke

belakang dengan tubuh agak membungkuk Saat itu pula

sisa-sisa tenaga dalam dialirkan pada kedua tangannya.

Sesaat terlihat tubuhnya bergetar. Sedangkan kedua

tangannya hingga pangkal-nya mendadak berubah menjadi

hitam legam.

Menyadari kalau pancingannya mengena, Serigala

Mata Iblis memperdengarkan tawa keras. Segera ajian

'Sedot Bumi' dikerahkan, dan akan dihantamkan dengan

segera. Bila kedua tangannya berhasil memegang erat

kedua tangan Bidadari Tangan Maut, akan disedotnya

tenaga wanita setengah baya itu. Lalu dengan sekali gerak,

akan didapatkan tangan itu, kemudian disedotnya tulang

sumsumnya. Sedangkan tulang-belulang milik Bidadari

Tangan Maut akan digodoknya dengan ramuan yang telah

disiapkannya. Bila airnya diminum, maka kesaktiannya

akan bertambah.

Meskipun sadar kalau tenaganya yang tak akan

mampu menopang ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung',

Bidadari Tangan Maut tak mau ambil peduli. Baginya

sekarang, hidup atau mati tidak penting. Yang diinginkan

adalah menuntaskan perkara yang dihadapinya.

Dengan satu teriakan keras sekali, tubuh Bidadari

Tangan Maut melompat. Tahu kalau lawan sudah masuk

dalam pancingannya, Serigala Mata Iblis pun lompat

memapaki. Kedua tangannya berbentuk cengkeraman.

Namun.... Wusss...!

Belum lagi bentrokan terjadi, tiba-tiba saja angin

deras meluruk ke arah Serigala Mata Iblis. Lelaki ini segera

membuang tubuhnya sambil memaki tak karuan.

Sementara itu Bidadari Tangan Maut tersentak ke

belakang ketika merasakan hantaman secepat kilat

mengenai dadanya. Cepat keseimbangannya dikuasai agar

tidak jatuh. Tendangan yang dirasakannya tadi tidak begitu

kuat. Namun karena datang secara mendadak, sehingga

tak bisa ditahannya.

Dua pasang mata terbelalak begitu melihat siapa

yang berdiri di hadapan mereka. Sedangkan mata Bidadari

Tangan Maut memperlihatkan sinar gembira. Di lain pihak

Serigala Mata Iblis berubah merah setajam bara.

“Pendekar Slebor!” seru Bidadari Tangan Maut,

membuat Serigala Mata Iblis tersentak.

***

13


Serigala Mata Iblis masih tak percaya dengan

pendengarannya saat Bidadari Tangan Maut menyebutkan

julukan si pemuda yang baru datang. Rasa herannya

membuatnya terpaku sesaat. Bukankah pemuda berbaju

hijau pupus yang sedang cengar-cengir itu tak lain pemuda

yang dibawanya ke gua Jurang Kematian Lalu, mengapa

Bidadari Tangan Maut menyebutnya sebagai Pendekar

Slebor

Sadarlah Serigala Mata Iblis kalau telah ditipu.

Tetapi, bagaimana semua itu bisa terjadi

Heran ya Heran He he he.... Siapa dulu, dong....

“Bukankah sudah kukatakan, kalau tak punya kepandaian

apa-apa jangan suka jual lagak” ejek Andika.

Setan alas! Bagaimana kau bisa melakukan hal itu!

bentak Serigala Mata Iblis.

Andika buka kedua tangannya.

Mudah saja. Aku hanya menutup aliran tenaga 'inti

petir' yang berpusat pada setiap susunan saraf. Sehingga,

tenaga 'inti petir' yang kumiliki lenyap begitu saja. Lalu

setelah kupadukan dengan ajian 'Tapa Geni' yang

kupelajari dari round Siluman Hutan Waringin, tubuhku

terseiimut hawa panas. Perlu kau ketahui, ajian Tapa Geni'

merupakan ajian maut yang tak pernah diketahui

bagaimana sang pemilik menyerang. Karena, serangan itu

bagai tak terlihat, namun membawa hasil. Nah, mudah

bukan O ya.„. Apakah serigala besar milikmu itu tidak

segera di kuburkan

Merah padam seluruh tubuh Serigala Mata Iblis

mengetahui kalau justru telah melepaskan orang yang

telah lama dicarinya.

Orang tua... apakah kau sudah mengetahui,

mengapa lelaki itu tidak membunuhmu kata Pendekar

Slebor, membuat Serigala Mata Iblis makin panas saja.

Bidadari Tangan Maut meringis lalu menggeleng.

Hm.... Perlu kau ketahui... yang diinginkan darimu

bukanlah tubuh atau nyawamu. Melainkan, seluruh tulang

sumsum yang ada padamu bila kau telah mengalirkan

ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung'. Itulah sebabnya,

waktu itu dia tidak membunuhmu. Karena, kau tidak

mengeluarkan ajian pamungkas itu.

Tetapi mengapa tanya Bidadari Tangan Maut

keheranan.

Tulang sumsum milikmu yang terpendam ajian

'Dewa Maut Hempaskan Gunung' akan menjadi sebuah

tenaga dahsyat bagi Serigala Mata Iblis. Sebaiknya, kau

jangan mempergunakan ajian 'Dewa Maut'....

“Heeiiittl Kadal buntung! Monyet pitak!

Andika memaki tak karuan ketika merasakan

kelebatan dahsyat mengandung tenaga dalam tinggi yang

meluruk ke.arahnya. Cekatan tubuhnya dibuang dan

langsung melontarkan kain pusaka bereorak catur yang

telah dipadu dengan ajian 'Guntur Selaksa'.

Bletar!

Suara bagai salakan petir menggema di tempat itu,

yang kini telah diterangi sinar matahari.

Serigala Mata Iblis memaki keras. Dia melompat ke

samping. Dan ketika siap menyerang, Bidadari Tangan

Maut sudah memburu. Menyusul, Pendekar Slebor yang

terus menyerang dengan kain pusakanya.

Serangan susul menyusul yang dahsyat tak

membuat Serigala Mata Iblis menjadi gentar. Justru tenaga

dalamnya ditingkatkan sambil membalas cepat.

Tak terasa, pertarungan sudah berlangsung puluhan

jurus.

Desss...!

Aaakh...!

Dan mendadak tubuh Bidadari Tangan Maut

terlempar ke belakang, ketika satu sentakan kaki

menghantam dadanya.

Andika menjadi murka melihatnya. Tanpa

mempedulikan dirinya sendiri, dia melompat cepat ke arah

Bidadari Tangan Maut Karena dilakukan agak mendadak,


kekuatannya jadi berkurang. Begitu menerima tubuh

Bidadari Tangan Maut, mau tak mau tubuhnya pun

terdorong ke belakang. Cepat keseimbangannya dijaga,

apalagi ketika matanya menangkap kelebatan Serigala

Mata Iblis.

Kalian akan kudapatkan hari ini juga! Dan Lembah

Kutukan hancur berantakan!

Sebisanya Andika mempertahankan kecepatan dan

keseimbangannya. Dia sadar, lawan memang memiliki ilmu

sangat tinggi. Namun tadi, ketika mempergunakan kain

bercorak caturnya yang dialirkan ajian 'Guntur Selaksa',

Andika bisa bernapas sejenak. Sayang keadaan Bidadari

Tangan Maut sudah lemah sekali. Bahkan Andika yakin,

dalam waktu beberapa tarikan napas saja, perempuan itu

sudah kehilangan seluruh tenaganya akibat lelah dan luka

dalam. Harus membutuhkan waktu satu hari satu malam

untuk memulihkan tenaga dalamnya kembali.

Dalam keadaan bebas saja Andika cukup disulitkan

oleh serangan Serigala Mata Iblis. Apalagi sekarang harus

membopong dan menyelamatkan Bidadari Tangan Maut.

Keadaannya benar-benar gawat sekali.

Namun mendadak keanehan yang sukar dimengerti

Andika terjadi. Karena, tubuh garang Serigala Mata Iblis

yang siap menumpahkan seluruh hawa kematian, tiba-tiba

saja terpental deras ke belakang, bagai ada sebuah tenaga

raksasa yang menghantam.

Setan alas! maki Serigala Mata Iblis yang jatuh

terduduk dan berusaha bangun. Saptacakra! Kau menang

lagi kali ini! Tetapi, percayalah! Akan kubunuh pemuda

pewaris ilmu itu. Dan, kuhancurkan Lembah Kutukan!

Sehabis berkata begitu, tubuh Serigala Mata Iblis

terpental kembali ke belakang. Kali ini, darah keluar dari

mulutnya.

Haram jadah! Kutukan Saptacakra memang sulit

kuduga! Jarak tiga puluh ribu tombak ini tak bisa

kutentukan! Biarlah, saat ini aku mengaku kalah. Tetapi

kelak... aku akan muncul kembali!


Ketika merasakan angin deras mengarah padanya

lagi, Serigala Mata Iblis mengambil langkah seribu.

Andika yang masih dalam keadaan tegang, menarik

napas lega. Tubuhnya yang masih membopong Bidadari

Tangan Maut tahu-tahu jatuh terduduk.

Rupanya Eyang Saptacakra yang menyelamatkan

aku. Berat sekali cobaan yang kualami saat ini. Dan aku

yakin, manusia laknat itu akan muncul kembali.... Aku

yakin, kutukan yang dilakukan Eyang Saptacakra bukan

semacam kutukan biasa. Melainkan, karena memang

mampu menyerang dalam jarak ribuan tombak jauhnya.

Ah! Ilmunya memang begitu tinggi. Sebaiknya, aku

membantu Bidadari Tangan Maut memulihkan tenaga.

Setelah itu, aku akan membawanya ke Desa Peterongan

untuk mengabarkan pada gadis yang bernama Nuning

tentang kakaknya yang dibawa Eyang Purnama.... Aku

yakin, pemuda itu pasti aman-aman saja...


                           SELESAI



PENDEKAR SLEBOR

Segera terbit!!!

Serial Pendekar Slebor dalam episode

MALAIKAT BUKIT PASIR






Share:

0 comments:

Posting Komentar

Blog Archive