Dusun pangkur di kaki Gunung Kawi merupakan sebuah
dusun yang cukup besar dengan penghuninya yang hidup
tenteram. Sawah ladang menghasilkan panen yang baik, hujan
turun tepat pada waktunya dan sudah bertahun-tahun tidak ada
gangguan hama.
Penghuni dusun itu merasa makmur hidup mereka, walaupun
tentu saja kalau diukur dari pandang mata orang kadipaten atau
kerajaan, kehidupan para petani di Dusun Pangkur itu terlalu
sederhana dan miskin.
Gajahporo, seorang pemuda yang berasal dari Dusun
Pangkur, merasa bahagia sekali karena dia berhasil
mempersunting Ken Endok, gadis yang dikenal sebagai
kembangnya Dusun Pangkur. Seperti lazimnya perjodohan jaman
itu, sebelum bersanding menjadi pengantin, Ken Endok belum
pernah bertemu muka dengan suaminya. Tentu saja Gajahporo
sudah seringkali mencuri pandang dengan sembunyi-sembunyi
dan dialah yang tergila-gila pada Ken Endok. Berkat keadaan
bapaknya yang merupakan petani yang memiliki sawah luas dan
belasan ekor kerbau, maka pinangan diterima dan menikahlah
Gajahporo dengan Ken Endok yang cantik jelita.
Ketika Ken Endok menitikkan air mata dan menahan isak
pada saat kedua pengantin dipertemukan, semua orang termasuk
Gajahporo hanya menduga bahwa gadis menangis karena malu,
karena terharu atau mungkin juga karena bahagia, pendeknya,
Lanjutan Cerita Silahkan Download Ebook Dibawah Ini
👇👇👇
📳 Keris Pusaka Nogopasung.pdf