..👉Catatan Penting Buat Penggemar Cerita Silat Di Blog Ini .. Bahwa Cerita Ini Di Buat Pengarang Nya Sebagian Besar Adalah Fiksi Semata..Ambil Hikmahnya Dan Tinggalkan Buruk Nya.. semoga bermanfaat.. semoga kita semua kelak mendapatkan surga dari Allah SWT.. aamiin...(Hadits tentang tiga perkara yang tidak terputus pahalanya setelah meninggal dunia adalah: Sedekah jariyah, Ilmu yang bermanfaat, Anak sholeh yang mendoakannya. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra ) ..(pertanyaan Malaikat Munkar dan nakir di alam kubur : . Man rabbuka? Atau siapa Tuhanmu? 2. Ma dinuka? Atau apa agamamu? 3. Man nabiyyuka? Atau siapa nabimu? 4. Ma kitabuka? Atau apa kitabmu? 5. Aina qiblatuka? Atau di mana kiblatmu? 6. Man ikhwanuka? Atau siapa saudaramu?)..sabda Rasulullah Saw mengenai keutamaan bulan suci Ramadhan dalam sebuah hadits yang berbunyi: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu..
Tampilkan postingan dengan label MATERI BAHASA INDONESIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MATERI BAHASA INDONESIA. Tampilkan semua postingan

Senin, 06 Januari 2025

RAGAM BAHASA BAKU


 

F. Ragam Bahasa Baku


Bahasa baku adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pedoman yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), Pedoman Pembentukan Istilah, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bahasa yang tidak mengikuti kaldah kaidah bahasa Indonesia disebut bahasa tidak baku.


1. Ciri Bahasa Indonesia Baku


Ciri-ciri ragam bahasa baku, sebagai berikut.


a. Digunakan dalam situasi formal, wacana teknis, dan forum-forum resmi seperti seminar atau rapad


b. Memiliki kemantapan dinamis, artinya kaldah dan aturannya tetap dan tidak dapat berubah.


c. Bersifat kecendekiaan, artirnya wujud dalam kalimat, paragraf, dan santun bahasa yang lain mengungkapkan perialaran yang teratur


d. Memiliki keseragaman kaidah, artinya kebakuan bahasa bukan penyamaan ragam bahasa, melainkan kesamaan kaidah.


e. Dari segi pelatalan, tidak memperlihatkan unsur kedaerahan atau asing.


2. Fungal Bahasa Indonesia Baku


Penggunaan bahasa baku memiliki fungsi, sebagai berikut.


a. Pemersatu, pemakaian bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi satu kesatuan masyarakat bahasa


b. Pemberi kelkhlasan, pemakalan bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya.


c. Pembawaan kewibawaan, pemakalan bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakal bahasa lainnya.


d. Kerangka aduan, bahasa baku menjadi tolok ukur benar atau tidaknya pemakalan bahasa


seseorang atau sekelompok orang.


3. Penggunaan Ragam Bahasa Baku


Ragam bahasa baku dapat digunakan antara lain pada:


a. Persuratan antarinstansi,


b. Lamaran pekerjaan,


c. Karangan ilmiah,


d. Perundang-undangan,


e.Surat keputusan,


f. Nota dinas.


g. Rapat dinas,


h. Pidato resmi,


I. Diskusi, dan


J. Penyampalan pendidikan

Share:

PROPOSAL MENURUT BAHASA INDONESIA



 A. Proposal


Proposal adalah rencana kerja yang disusun secara sistematik dan terperinci untuk suatu kegiatan yang bersifat formal. Proposal dibuat terkalt hal-hal yang diperlukan dalam acara tersebut. Dengan demikian, acara dapat berjalan dengan lancar


B. Tujuan Proposal


Dengan adanya proposal, Anda akan tahu hal-hal apa saja yang harus dikerjakan, berapa biaya yang diperlukan, dan sebagainya. Proposal juga penting kaitannya dengan pengajuan suatu permohonan untuk mendapatkan persetujuan maupun mendapatkan bantuan berupa dana dan sarana ketika melakukan kegiatan. Perencanaan itu disampaikan kepada pihak-pihak yang perlu mengetahui kegiatan tersebut dengan tujuan memperoleh persetujuan, bantuan, atau keterlibatan mereka dalam pelaksanaan kegiatan tersebut


C. Kerangka Proposal


Kerangka proposal memudahkan dalam menyusun proposal sehingga hasilnya sistemalis dan mudah dipahami. Berikut kerangka proposal yang perlu diperhatikan dalam menyusun proposal.


1. Dasar Pemikiran


Dasar pemikiran dalam sebuah proposal berisi pokok-pokok pemikiran akan perlunya melaksanakan kegiatan tertentu.


2. Jenis Kegiatan


Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan harus ada dalam isi proposal


3. Tema Kegiatan


Tena kegiatan dalam sebuah proposal berisi intind kegiatan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.


4. Tujuan Kegiatan


Setiap kegiatan pasti mempunyai tujuan. Tujuan tersebut harus dijelaskan agar ada manfaatnya Penyusun proposal perlu merumuskan tujuan-tujuan sedemikian rupa agar yang akan dicapai dapat diketahui dan dirasakan oleh pembaca proposal


5. Peserta Kegiatan


Peserta kegiatan meliputi peserta atau jumlah anggota yang mengikuti kegiatan tersebut.


6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan harus jelas dalam sebuah proposal agar proposal tersebut dapat diterima oleh pembaca. Kapan waktu kegiatan tersebut dan tempat pelaksanaan kegiatan itu harus ditulis dengan jelas.



7. Susunan Kepanitiaan


Susunan kepanitiaan diperlukan agar mudah untuk diseleksi kualifikasi bobot orang-orang yang duduk sebagai panitia pelaksana dalam kegiatan yang direncanakan. Hal itu untuk menjamin kelancaran jalannya suatu kegiatan


8. Anggaran Blaya


Anggaran biaya dalam suatu proposal harus ada, tetapi penyusunanrıya harus logis dan realistis, serta harus memperhatikan keseimbangan antara pengeluaran dan penghasilan. Hal ini dilakukan agar proposal dapat diterima oleh donatur


9. Acara Kegiatan


Acara kegiatan adalah jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan Acara kegiatan harus ditulis dengan jelas dan terperinci agar pada waktu kegiatan nanti tidak terjadi hal-hal yang menyimpang dari acara yang sudah ditentukan.


10. Penutup


Bagian ini merupakan bagian akhir yang berfungsi menekankan bahwa proposal diajukan dengan sungguh-sungguh. Dalam bagian ini, hendaknya tergambar sikap optimis dari pembuat proposal.


D. Ciri Bahasa Proposal


Bahasa yang digunakan dalam proposal harus menggunakan kalimat yang bersih, akurat, tidak ambigu, dan menggunakan kalimat efektif sehingga pembaca akan mudah memahami proposal tersebut. Bahasa yang digunakan dalam proposal mencerminkan isi proposal tersebut. Bahasa proposal harus bersih dan akurat maksudnya harus benar, tidak mengada-ada, dan mengungkapkan fakta. Misalnya, dalam pengajuan dana harus sesuai dengan dana yang diputihkan tanpa adanya manipulasi dana. Bahasa proposal tidak ambigu maksudnya bahasa yang digunakan tidak menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. Bahasa proposal juga menggunakan kalimat efektif maksudnya kalimat yang disusun menurut pola struktur yang benar dan sesuai dengan situasi yang menyertainya.

Share:

MATERI UNGKAPAN

Gambar Hanya Pemanis

 3. Ungkapan


Ungkapan adalah sebuah frasa idiomatik yang terbentuk dari gabungan kata yang maknanya bukan ditafsirkan berdasarkan kata-kata pembentuknya, tetapi telah membentuk makna baru. Contoh Ungkapan, yalltu perang dingin, kabar angin, kambing hitam, dan naik daun


4. Peribahasa


Peribahasa atau pepatah adalah ayat atau kalompok kata yang mempunyai susunan yang setiap kata mengandung aturan dasar dalam berperilaku Jika peribahasa berupa ungkapan yang sangat baik, maka disebut dengan istilah aforisme


Contoh habis manis sepah dibuang, bergantung pada akar lapuk, seperti anak ayam kehilangan Induk, bagal telur di ujung tanduk, dan sebаgаI nya.


5. Majas


Majas adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk menimbulkan kesan imajinati atau menciptakan efek efek tertentu bagi pembaca atau pendengarnya, Majas terdiri dari berikut


a. Majas Perbandingan


1) Asosiasi atau perumpamaan, yaitu perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda tetapi sengaja dianggap sema. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan seumpama, seperti, dan laksana. Contoh: Senyumnya laksana mentari menyinari bumi


2) Metafora, yaitu perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. Contoh: Raja siang mengiringi pemakaman itu.


3) Personifikasi, yaitu majas yang membandingkan benda-benda mati seolah memiliki sifat dan perilaku layaknya manusia. Contoh: Mentari menyapa dengan senyuman.


Alegori, yaitu majas perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh. Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing. yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.


5) Simbolik, yaitu majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau lambang. Contoh: la terkenal sebagai buaya darat.


6) Motonimia, yaitu majas yang menggunakan ciri atau label dari sebuah benda untuk menggantikan benda tersebut. Contoh: Ayah pulang dari luar negeri naik garuda (maksudnya naik pesawat garuda).


7) Sinekdok pars pro toto, yaitu majas yang menyebutkan sebagian untuk keseluruhan. Contoh: Sudah lama ia tidak kelihatan batang hidungnya


6) Sinekdok totem pro parte, yaitu majas yang menyebutkan keseluruhan untuk sebagian. Contoh: SMP Merdeka memenangkan pertandingan sepak bola


b. Majas Pertentangan


1) Antitesis, yaitu majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya. Contoh Tua muda, besar kecil, semua bahagia menyambut perayaan tahun baru 

2) Paradoks, yaitu majas yang mengandung pertentangan antara punya penyataan dan fakta yang ada.

 Contoh: Aku merasakan kesepian di tengah keramalan kota.


3) Hiperbola, yaitu majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kernyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian. Contoh: Rintihannya terdengar hingga keseluruh penjuru dunia. 


4) Litotes, yaitu majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari kenyataannya dengan

mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk merendahkan diri. Contoh: Sudilah kiranya Saudara mampir ke gubuk saya yang tidak seberapa inil (kenyataannya ia mengajak ke rumahnya yang mewah


c. Majas Sindiran


1) Ironi, yaitu majas yang menyatakan hal yang bertentangan dengan maksud menyindir Contoh: Ini baru anak hebat, tiap hari datang terlambat.


2) Sinisme, yaitu majas yang menyatakan sindiran secara langsung. Contoh: Lama-lama aku bisa gila melihat tingkah lakumu itu.


3) Sarkasme, yaitu majas yang menyatakan sindiran yang paling kasar. Contoh: Mampus kamu, dasar manusia tidak tahu diri!


d. Majas Penegasan


1) Pleonasme, yaitu majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suatu kata. Contoh: Peristiwa itu kusaksikan dengan mata dan kepalaku sendiri


2) Repetisi, yaitu majas perulangan kata-kata sebagai penegasan. Contoh: Dialah yang kutunggu. dialah yang kunanti, dialah yang kuharap


3) Paralelisme, yaitu majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi. Majas paralelisme dibedakan menjadi dua jenis, sebagai berikut.


Anafora apabila frasa atau kata yang diulang terletak di awal kalimat. Contoh: Aku manusia, rindu rasa


Epifora apabila frasa atau kata yang diulang terletak di akhir kalimat. Contoh: Kalau kau mau, aku akan datang


4) Tautologi, yaitu majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata dalam sebuah kalimat dengan maksud menegaskan. Kadang perulangan itu menggunakan kata bersinonim. Contoh. Seharusnya dalam kehidupan bertetangga kita hidup rukun, akur, dan bersaudara.


5) Klimaks, yaitu majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama menurun Contoh: Semua orang dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut larut dalam pesta rakyat ini


6) Antiklimaks, yaitu majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama menurun. Contoh: Toko itu menyediakan kebutuhan orang tua, remaja, anak-anak, dan balita


7) Retorik, yaitu majas yang berupa kalimat tanya namun tidak memerlukan jawaban. Contoh. Apakah prestasi macam ini yang selama ini kamu bangga-banggakan?!

Share:

KATA PENGHUBUNG


 Kata Penghubung


Kata penghubung (konjungsi) adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa, kalimat, atau


paragraf. Berdasarkan kondisi dari bagian-bagian yang dihubungkannya, kata penghubung dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok.


1. Konjungsi koordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa yang memiliki kedudukan setara. Contohnya dan, atau, tetapl


2. Konjungsi subordinat, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki hubungan bertingkat. Penggunaan konjungsi subordinatif menghasilkan kalimat majemuk bertingkat. Contohnya sesudah, jika, agar, seakan-akan, dengan, bahwa, karena, ketika.


3. Konjungsi korelatif, yaitu konjungsi yang mengubungkan dua kata, frasa, atau klausa, dan hubungan kedua unsur itu memiliki derajad yang sama. Penggunaan konjungsi korelatif menghasilkan kalimat korelatif, Kalimat korelatif umumnya berupa kalimat majemuk. Contohnya tidak hanya... tetapi juga.... baik. maupun jangankan pun apakah

..atau

Share:

Menyimak Puisi


 

C. Menyimak Pulsi


Puisi merupakan bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Mendengarkan puisi merupakan salah satu kegiatan apresiasi selain membaca puisi dengan penuh penghayatan, menulis puisi dan mendeklamasikannya, serta menulis resensi puisi


Puisi yang berkembang saat ini tidak lagi mematuhi persyaratan puisi seperti keterikatan terhadap rima dan balt. Puisi memiliki beberapa unsur. Unsur tampak pada puisi, meliputi diksi, penggunaan ungkapan, penggunaan majas, dan penggunaan peribahasa. Unsur tipografi pada puisi, meliputi pola susunan puisi seperti larik atau balt. Unsur batin pada puisi, meliputi tema, perasaan, rasa, suasana, serta amanat.


1. Tema


Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu kepada penyair. Pembaca harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema sebuah puisi. Oleh karena itu, tema bersifat khusus (dari sudut pandang penyair), objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas (bukan makna klas yang diambil dari konotasinya).


2. Nada dan Suasana


Nada mengungkapkan sikap pernyalt terhadap pembaca. Berdasarkan sikap tersebut terciptalah suasana puisl. Ada puisi yang bermada sinis, protes, menggurul, memberontak, main-main serius (sungguh-sungguh), patriotik, belas kasih (memelas), takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor (bergurau), mencemooh, karismatik, khusyuk, dan sebagainya.


3. Perasaan


Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Perasaan penyair dapat ditangkap jika puisi tersebut dibaca keras-keras dalam pembacaan puisi atau deklamasi. Membaca puisi atau mendengarkan pembacaan puisi dengan suara keras akan lebih membantu pembaca atau pendengar mengetahui perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. Perasan yang menjiwal puisi dapat merupakan perasaan gembira, sedih terharu, tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut dan menyesal.


4. Amanat


Amanat, pesan, atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca atau pendengar setelah mermibaca atau mendegar pembacaan puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca atau pendengar. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh terhadap amanat puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca atau pendengar terhadap suatu hal


D. Makna Konotatif dalam Puisi dan Prosa Fiksi


Selain mengandung nilal estetika atau keindahan serta bentuk pilihan kata dan tata kalimat yang mengandung pengertian padat, puisi juga merupakan media pengungkapan ekspresi secara tidak langsung. Pengungkapan ekspresi tidak langsung ini terbukti dengan dominannya penggunaan kata yang bermakna konotasi atau kiasan. Di dalam puisi, penyair menggunakan idiom, pepatah malas atau peribahasa dalam mengungkapkan sesuatu secara implisit


Dalam prosa fiksi, pengarang juga sering memanfaatkan ungkapan, peribahasa, atau majas untuk membangun cerita Semua itu digunakan untuk menciptakan efek tertentu dalam sebuah cerita Dengan kata lain, ungkapan peribahasa, dan majas digunakan untuk menimbulkan kesan imajinatif pada penyimak atau pembacanya


1. Idiom (Ungkapan)


Idiom atau ungkapan adalah katta atau kelompok kata yang mempunyai makna khusus dan makna tersebut sudah disepakati oleh masyarakat pengguna bahasa tersebut


Contoh ungkapan dalam puist


Dengan puisi aku menangis


Jarum waktu bila kejam meringis


Dalam puisi tersebut makna kias tendapat pada kata meringis yang dapat diartikan menangis


2. Peribahasa


Peribahasa adalah kalimat atau kelompok kata yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan maksud tertentu


Contoh peribahasa dalam puisi Walaupun kau telah tiada Namamu tetap harum dan Membekas di hati masyarakat Seperti kata pepatah Hanmau mati menginggalkan belang Gajah mati meninggalkan gading


(dikutip dari: Edim Hartati)


3. Majas


Majas (figurative of speech atau figurative language) adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk memperoleh efek tertentu dari suatu benda atau hal dengan cara membandingkannya dengan benda atau hal yang lebih umum


Dilihat dari sudut pandang bahasa, majas dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang digunakan, yaitu gaya bahasa, pilihan kata, nada yang terkandung dalam wacana, struktur kallimat, dan langsung tidaknya makna.


Dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa Keraf Gorys membagi majas atau gaya bahasa menjadi beberapa macam sudut pandang, yaitu gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan nada, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Pada kegiatan belajar kall ini, Anda hanya akan mempelajari gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna


a. Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat


Struktur kalimat adalah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada kalimat bersifat periodik (bagian terpenting atau gagasan yang mendapat penekanan pada akhir kalimat). kalimat bersifat kendur (bagian kalimat yang ditempatkan pada awal kalimat), dan kalimat berimbang (kalimat mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat). Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat tersebut, diperoleh beberapa gaya bahasa, seperti gaya bahasa paralelisme, antitesis, dan repetisi dari kalimat yang berimbang.


b. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna


Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu acuan yang dipakal masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Dan jenis gaya bahasa ini dibagi atas dua kelompok, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.


Gaya bahasa retoris terdiri atas aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis, apostrof, asindeton. polisindeton, kiasmus, elepsis, eufemisme, litotes, histeron proteron, pleonasme, perifrasis, prolepsis, erotesis, silepsis, koreksio, hiperbola, paradoks, dan oksimoron, Gaya bahasa kiasan terdiri atas simile, metafora, alegori, parabel, tabel, personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire, inuedo, antifrasis, dan paronomasita.

Share:

Minggu, 05 Januari 2025

MENYIMAK MAKNA PROSA


 
matjenuh khairil

B. Menyimak Prosa


Prosa adalah suatu tulisan yang bersifat bebas atau tidak terikat oleh aturan-aturan penulisan karya sastra atau karya tulis lainnya seperti rima, irama, diksi, dan lain-lain. Berdasarkan perkembangannya, prosa dibagi menjadi dua macam, yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama adalah sebuah karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari kebudayaan asing. Contohnya hikayat, tambo, dongeng, dan kisah. Sedangkan prosa baru adalah bentuk prosa yang muncul setelah mendapat pengaruh dari kebudayaan asing. Contohnya roman, novel, cerpen, hikayat, reserisi, dan esal Berdasarkan isinya, prosa dibagi menjadi prosa fiksi dan nonfiksi.


1. Prosa Fiksi


Prosa fiksi adalah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya. Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan fakta. Prosa fiksi disebut juga karangan narasi sugestif imajinatif Prosa fiksi dibedakan menjadi berikut


a. Cerpen adalah cerita rekaan yang pendek dan berfokus pada satu konflik sehingga tidak mengakibatkan perubahan nasib pada pelaku utama. Alur cerita sederhana dan hanya memaparkan penyelesaikan konflik yang diungkapkan.


b. Novel adalah centa rekaan yang lebih panjang daripada cerpen dan menyajikan konflik lebih luas, penggambaran latar lebih detail, serta gambaran watak tokoh lebih detail sehingga dapat mengakibatkan perubahan nasib pada pelaku utama. Bersamaan dengan perjalanan waktu, terjadi perubahan-perubahan sehingga konflik terselesaikan.


c. Dongeng adalah cerita rekaan yang mengisahkan tentang hal-hal yang tidak masuk akal atau tidak mungkin terjadi. d. Roman adalah cerita rekaan yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati dengan


latar aclat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetall dan alur bercabang-cabang Dalam prosa fiksi terdapat unsur-unsur pembangun yang disebut unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur Intrinsik adalah unsur pembangun yang berada di dalam karya sastra itu sendiri, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun yang berada di luar karya sastra namun masih berpengaruh terhadap karya sastra tersebut.


a. Unsur Intrinsik


1) Tema:


Tema menyangkut ide cerita dan keseluruhan isi cerita yang tersirat dalam cerpen. Tema blasanya diangkat dari isu-isu yang sedang hangat dibicarakan di lingkungan sekitar pengarang atau kejadian yang dialami oleh pengarang sendiri


2) Alur


Alur adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam cerpen. Alur dibagi menjadi 3 (tiga), sebagai berikut.


a) Alur maju menggambarkan peristiwa dari masa lampau ke masa sekarang


Alur mundur menggambarkan peristiwa dari masa sekarang ke masa lampau.


b) c) Alur campuran menggambarkan peristiwa dari masa sekarang ke masa lampau kembali lagi ke masa sekarang.


Sementara itu, alur dibagi ke dalam lima tahapan. Berikut tahapan alur,


a) Pengantar.


Pada tahap pengantar, pengarang memperkenalkan tokoh, penokohan, dan latar cerita. b) Konflik


Pada tahap konflik, pengarang mulai menampakkan permasalahan yang menjadi pokok persoalan cerita


c) Klimaks


Pada tahap klimaks atau ketegangan memuncak, pengarang mulai menunjukkan permasalahan yang terjadi dalam cerita sudah semakin naik.


d) Antiklimaks.


Pada tahap antiklimaks atau ketegangan menurun, pengarang menunjukkan bahwa ketegangan sudah mulai mereda.


e) Solusi.


Pada tahap solusi atau penyelesaian, pengarang mengakhiri cerita dengan suatu pemecahan masalah. Dalam cerpen, terkadang penulis tidak mengungkapkan pemecahan masalah secara gamblang


Tokoh dan Perwatakan


Tokoh adalah pelaku yang terlibat dalam cerpen. Pengarang menggambarkan ciri-ciri fisik pelaku dalam cerita. Sementara itu, perwatakan adalah sifat-sifat yang melekat dalam diri tokoh sehingga membentuk karakter tokoh yang membangun cerita. Menurut jenisnya, tokoh dibedakan sebagai berikut.


a) Tokoh protagonis atau tokoh yang berwatak baik sehingga mendapat simpati masyarakat dan menjadi pusat cerita


b) Tokoh antagonis atau tokoh yang berwatak buruk sehingga selalu berkontlik dengan tokoh protagonis.


c) Tokoh trilagonis atau tokoh penengah yang selalu menengahi konflik tokoh protagonis dan tokoh antagonis.


Perwatakan tokoh dapat diamati melalui narasi pengarang terhadap karakteristik dan gambaran lingkungan kehidupan tokoh, perilaku tokoh, ucapan-ucapan tokoh, penggambaran fisik tokoh, jalan pikiran tokoh, dan pembicaraan tokoh lain tentang tokoh utama.


1) Latar (Setting)


Latar adalah tempat, waktu, suasana, kondisi sosial, dan peristiwa yang digambarkan pengarang dalam cerpen. Latar merupakan salah satu unsur penting dalam cerita yang memengaruhi unsur- unsur lain, seperti tema dan penokohan.


5) Sudut Pandang (Point of View)


Sudut pandang adalah sarana pengarang dalam menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan peristiwa cerita. Sudut pandang dibagi menjadi dua macam, sebagai berikut.


a) Sudut Pandang Orang Pertama


Pengarang menyampaikan cerita melalui tokoh "aku" atau "saya" Teknik ini dikenal pula dengan teknik sudut pandang "aku". Teknik penceritaan semacam ini seolah seseorang sedang mengajak berbicara pada orang lain.


b) Sudut Pandang Orang Ketiga


Pengarang menyampaikan cerita melalui tokoh "dia", "la", atau nama orang. Teknik ini biasa digunakan dalam penuturan pengalaman seseorang sebagai pihak ketiga.


) Gaya Bahasa


Gaya bahasa menyangkut cara khas pengarang dalam mengungkapkan ekspresi berceritanya dalam cerpen yang ia tulis. Gaya tersebut menyangkut bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakannya dalam sebuah karya sastra.


Amanat


Amanat adalah bagian akhir yang merupakan pesan dari cerita yang dibaca. Dalam hal ini, pengarang menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari cerpen yang dibaca. Amanat menyangkut bagaimana pembaca memahami dan meresapi karya sastra yang dibaca.


b. Unsur Ekstrinsik


1) Latar Belakang Penciptaan


Latar belakang penciptaan merupakan tujuan dan situasi pengarang untuk membuat suatu karya sastra juga sangat memengaruhi karya sastra yang dihasilkan.


2) Sejarah atau Latar Belakang


Sejarah atau latar belakang merupakan karakter karya yang berbeda-beda dari pengarang sesuai latar belakang sosial, ekonomi, dan agama pengarang tersebut. Latar belakang pengarang berbeda satu sama lain. Pengarang yang berasal dari tanah Jawa tentu gaya bertutur atau pilihan tema ceritanya akan berbeda dengan tema atau gaya bertutur pengarang yang berasal dari tanah Melayu.


3) Kondisi Masyarakat


Perbedaan karakter karya yang tercipta yang dikarenakan atau sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar sang pengarang atau penulis karya sastra tersebut.


4) Unsur Psikologi


Unsur psikologi merupakan perbedaan karakter karya sastra dikarenakan sesuai dengan kondisi kejiwaan pengarang karya sastra tersebut, seperti senang, sedih, dan sebagainya.

Share:

Mengapresiasi Karya Sastra

matjenuh khairil

 

A. Mengapresiasi Karya Sastra


1. Pengertian Apresiasi


Menurut KBBI, apresiasi memiliki makna penilaian terhadap suatu karya sastra. Mengapresiasi suatu karya sastra berarti memberikan perillalan atas layak atau tidaknya karya sastra tersebut setelah dibaca, didengar, atau ditonton. Penilaian yang dimaksud berupa kritik ataupun saran secara objektit Apresiasi terhadap karya sastra merupakan suatu langkah untuk mengenal, memahami, dan menghayati suatu karya sastra yang berakhir dengan timbulnya rasa menikmati karya sastra tersebut.


Mengapresiasi karya sastra berdampak pada nilai personal dan nilai pendidikan. Dilihat dari nilai personalnya, mengapresiasi karya sastra dapat memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberi pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan pandangan ke arah persoalan kamanusiaan, dan meyajikan pengalaman yang bersifat emosional. Sementara itu, dilihat dari nilai pendidikan, mengapresiasi karya sastra dapat membantu perkembangan bahasa, meningkatkan kallancaran membaca, meningkatkan keterampilan menulis, dan mengembangkan kepekaan terhadap sastra


Menurut Wardani (1981), ada 6 tujuan mengapresiasi suatu karya sastra. Tujuan tersebut sebagai berikut


a. Melatih keempat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis


b. Menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dan sebagainya.


c. Membantu mengembangkan pribadi


d. Membantu pembentukan watak


e. Memberi kanyamanan.


1. Meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru.


Jenis-Jenis Apresiasi


Apresiasi sastra merupakan salah satu bentuk reaksi kinetik dan reaksi verbal seorang pembaca terhadap karya sastra yang didengar atau dibacanya.


a. Apresiasi Kinetik


Apresiasi kinetik adalah sikap memberikan minat pada sebuah karya tertentu yang pada akhirnya mendorong seseorang untuk melakukan langkah aktif untuk mengapresiasi sebuah karya. Contoh apresiasi kinetik, sebagai berikut.


1) Membeli karya sastra yang kita sukal


2) Membaca dan mendengarkan karya sastra yang kita sukai


3) Mengidolakan salah satu penulis karya sastra yang kita sukal


4) Mengidolakan salah satu tokoh dari karya sastra yang kita sukal dengan menirukan tingkah laku tokoh tersebut dalam keseharian kita.


5) Memiliki keinginan untuk membuat karya sastra seperti karya sastra yang kita sukal tersebut


b. Apresiasi Verbal


Apresiasi verbal adalah memberikan penafsiran, penilalan, dan penghargaan yang berbentuk tanggapan, penjelasan, komentar, kritik, dan saran, serta pujian baik secara lisan maupun tulisan. Contoh apresiasi verbal, sebagai berikut


1) Memberi tanggapan terhadap karya yang kita baca atau dengar atau tonton.


2) Memberi penilaian.


3) Memberi komentar berupa kritik ataupun pujian.


4) Menuliskan resensi sebuah karya sastra


3. Langkah-Langkah Mengapresiasi Karya Sastra


a. Mengenal dan Menikmati


Dalam mengapresiasi karya sastra, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenal dan menikmati karya sastra. Mengenal dan menikmati karya sastra ditunjukkan dengan tindakan berupa membaca, melihat atau menonton, dan mendengarkan suatu karya sastra. Apresiator menafsirkan karya sastra berdasarkan sifat-sifat dari karya sastra tersebut.


b. Menghargal


Selanjutnya, apresiator menghargai karya sastra tersebut. Dalam menghargai karya sastra, apresiator dapat merasakan manfaat dan kegunaan karya sastra, seperti memberi kesenangan, hiburan, kepuasan, memperluas pandangan hidup, dan memperluas ilmu pengetahuan.


c. Memahami


Langkah ketiga, apresiator melakukan tindakan meneliti serta menganalisa unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang membangun karya sastra. Dengan menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra, maka apresiator dapat memahami isi dari karya sastra tersebut


d. Menghayati


Langkah keempat, apreslator membuat interpretasi atau penafsiran terhadap karya sastra. Dengan demikian, akan timbul sikap penghargaan yang mendalam terhadap karya sastra pada diri apresiator. Oleh karena itu, apresiator dapat memberikan penilaian dan penghargaan terhadap karya sastra berdasarkan tingkat kualitasnya. Apresiator dapat memberikan penghargaan akan nilai-nilai yang disampaikan sastrawan dalam karya sastra yang disimak


e. Mengaplikasikan atau Menerapkan


Langkah terakhir, apresiator mewujudkan nilai-nilai yang diperoleh dalam karya sastra dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari. Dengan demikian, apresiator telah dapat melaksanakan nilai-nilai yang disampaikan penulis dalam perwujudan nyata tingkah laku di kehidupan sehari- hari.

Share: