..👉Catatan Penting Buat Penggemar Cerita Silat Di Blog Ini .. Bahwa Cerita Ini Di Buat Pengarang Nya Sebagian Besar Adalah Fiksi Semata..Ambil Hikmahnya Dan Tinggalkan Buruk Nya.. semoga bermanfaat.. semoga kita semua kelak mendapatkan surga dari Allah SWT.. aamiin...(Hadits tentang tiga perkara yang tidak terputus pahalanya setelah meninggal dunia adalah: Sedekah jariyah, Ilmu yang bermanfaat, Anak sholeh yang mendoakannya. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra ) ..(pertanyaan Malaikat Munkar dan nakir di alam kubur : . Man rabbuka? Atau siapa Tuhanmu? 2. Ma dinuka? Atau apa agamamu? 3. Man nabiyyuka? Atau siapa nabimu? 4. Ma kitabuka? Atau apa kitabmu? 5. Aina qiblatuka? Atau di mana kiblatmu? 6. Man ikhwanuka? Atau siapa saudaramu?)..sabda Rasulullah Saw mengenai keutamaan bulan suci Ramadhan dalam sebuah hadits yang berbunyi: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu..

Sabtu, 22 Juni 2024

WIRO SABLENG EPISODE NERAKA LEMBAH TENGKORAK

 

Neraka Lembah Tengkorak


BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 SATU 

Hujan lebat dan kabut tebal menutupi keseluruhan Gunung Merapi 

mulai dari puncak hingga ke kaki. Dinginnya udara tiada terkirakan. Dari 

malam tadi hujan mencurah lebat dan sampai dinihari itu masih juga terus 

turun. Suaranya menderu menegakkan bulu roma. Halilintar bergelegaran. 

Kilat sabung menyabung. Dunia laksana hendak kiamat layaknya. 

Untuk kesekian puluh kalinya kilat menyambar dan untuk kesekian 

puluh kalinya pada suasana di kaki sebelah Timur Gunung Merapi menjadi 

terang benderang beberapa detik lamanya. Dalam keterangan yang singkat 

itu maka kelihatanlah satu pemandangan yang mengerikan tetapi juga sangat 

aneh. 

Pada sebelah Timur kaki Gunung Merapi itu terdapat sebuah lembah 

tak bertuan yang tak pernah dijejaki kaki manusia. Tapi disaat hujan deras 

kabut tebal dan udara dingin luar biasa itu, di tengah-tengah lembah 

kelihatanlah empat sosok tubuh manusia! Keempatnya berdiri dengan tidak 

bergerak-gerak seakan-akan tiada mau perduli dengan buruknya cuaca saat 

itu. Bahkan mungkin juga tidak merasakan sama sekali suasana disaat itu. 

Keempatnya menghadap ke satu arah yaitu mulut sebuah goa yang 

terletak sekitar sepuluh tombak di hadapan mereka. Meski kabut tebal dan 

hujan lebat, namun mata mereka yang berpemandangan tajam dapat melihat 

mulut goa itu dengan jelas. 

Keempat manusia ini nyatanya adalah gadis-gadis berparas jelita 

rupawan. Yang pertama mengenakan pakaian ringkas warna merah darah.

Yang kedua biru, yang ketiga hitam pekat dan yang terakhir berpakaian 

putih. 

Di seluruh permukaan lembah berhamparan tulang belulang dan 

tengkorak-tengkorak kepala manusia yang memutih laksana salju! Keempat 

gadis-gadis itu sendiri berdiri di atas tumpukan tulang belulang dan 

tumpukan tengkorak-tengkorak kepala manusia. 

Dan sikap mereka berdiri itu juga sama sekali tidak acuh dan tak 

ambil perduli. Sepasang mata mereka masing-masing terus saja memandangi 

mulut goa tanpa berkedip! 

Tiba-tiba dari mulut goa selarik sinar hijau menyambar ke arah 

keempat gadis itu. Kemudian menyusul puluhan kalajengking hijau beracun 

dengan japit-japit terbuka menyerang keempatnya. Satu jengkal lagi 

binatang-binatang pembawa maut itu mencapai sasarannya tiba-tiba dengan 

serentak keempat gadis menghembus ke muka. Puluhan kalajenking hijau 

mental dan jatuh bergelepakan di antara tulang belulang serta tengkorak-

tengkorak manusia! 

Pada saat sinar hijau dari mulut goa lenyap maka secepat kilat 

keempat gadis itu memasang sebuah kedok tipis ke muka masing-masing! 

Dan kini berubahlah muka yang cantik rupawan itu menjadi muka tengkorak 

yang ngeri menegakkan bulu roma! 

Dan dari mulut goa melesatlah sesosok bayangan hijau! Keempat 

gadis muka tengkorak serentak menjura dan serentak pula berseru: "Guru!" 

Manusia yang ke luar dari goa ini nyatanya adalah juga seorang gadis 

bermuka tengkorak dan berpakaian ringkas hijau. Dia berdiri di atas 

setumpuk tulang belulang manusia. Sesudah menyapu keempat paras dan 

sosok tubuh di hadapannya maka perempuan berpakaian hijau ini 

menengadah ke langit dan tertawa mengekeh panjang sekali!"Sepuluh tahun mendidik kalian! Sepuluh tahun memendam cita-cita. 

Nyatanya kalian tidak mengecewakan!" Si Muka Tengkorak berpakaian 

hijau kembali mengekeh lama-lama. Lalu melanjutkan 

"Hari ini adalah merupakan ambang pintu ke arah mencapai cita-cita 

bersama! Hari ini kita berpisah! berpisah untuk kelak membangun cita-cita 

yaitu cita-cita besar mendirikan Partai Lembah Tengkorak yang bakal dan 

musti menguasai dunia persilatan! Sekarang kalian pergilah! Tapi apa kalian 

ingat semua pesanku. ..?" 

"Tentu guru!" jawab keempat gadis muka tengkorak berbarengan. 

"Bagus! Laksanakan tugas kalian dengan baik! Nah pergilah ... !" 

"Guru ..." berkata gadis berpakaian merah. 

"Ada sesuatu yang kau hendak tanyakan Kala Merah?!" 

"Murid dan saudara-saudara seperguruan sebelum pergi menghatur-

kan terima kasih kepada guru yang telah mendidik kami selama sepuluh 

tahun, Sepuluh tahun bersama guru, satu kalipun kami belum pernah melihat 

paras guru! Sudilah, sebelum kami pergi, guru suka memperlihatkan paras 

guru yang asli ...." 

Manusia muka tengkorak berpakaian hijau tertawa gelak-gelak. 

"Belum saatnya, muridku. Belum saatnya! Kelak di satu ketika kau 

akan melihatnya juga. Sekarang ayo pergi, cepat!" Keempat gadis itu 

menjura hormat. Sekali mereka berkelebat maka lenyaplah keempatnya dari 

pemandangan, lenyap dengan diiringi suara kekehan memanjang dari guru 

mereka, Dewi Kala Hijau!. 

Dua bulan kemudian maka dunia persilatan dibikin gegerlah oleh 

munculnya empat dara ganas bermuka tengkorak yang teramat saki! Dengan 

hanya bersenjatakan ilmu "Kala Hijau" keempatnya telah memusnahkan dua 

partai persilatan yang dianggap kuat dan membunuh hampir selusin tokohtokoh persilatan dari kalangan putih! Bahkan tokoh-tokoh silat golongan 

hitam pun merasa gentar dengan munculnya empat gadis iblis ini! Selama 

beberapa bulan sejak munculnya keempat murid Dewi Kala Hijau itu maka 

dunia persilatan diselimuti ketegangan. 

Jika empat dara ganas itu sanggup memusnahkan dua partai persilatan 

kuat dan membunuh selusin tokoh silat lihay maka sukar dijajaki kehebatan 

dan sampai dimana ketinggian ilmu keempat manusia itu! 

* * * 

Pada suatu hari di tanggal 1 bulan 2 terlihatlah satu pemandangan 

baru di tepi Telaga Wangi yang terletak di sebelah Selatan Gunung Ungaran. 

Di tepi telaga saat itu ada sebuah panggung besar yang diberi bergaba-gaba 

aneka wama. 

Di depan panggung berderet-deret puluhan buah kursi yang diduduki 

oleh tamu-tamu yang kesemuanya adalah tokoh-tokoh dunia persilatan yang 

tak dapat disangsikan lagi kelihayannya. 

Hari itu adalah menjadi satu hari penting dalam catatan lembaran 

dunia persilatan karena saat dan di tempat itulah akan diresmikan berdirinya 

satu partai baru di dunia persilatan yang telah mengambil nama Partai 

Telaga Wangi. 

Partai yang baru muncul ini banyak mendapat perhatian dan sorotan 

partai-partai serta tokoh-tokoh persilatan lainnya karena Ketua Partai Telaga 

Wangi ini adalah seorang tokoh silat termashur di Jawa Tengah yang 

memegang gelar sebagai Dewa Pedang. Dewa Pedang atau yang nama 

aslinya Brajaguna adalah tokoh silat aliran putih dan mempunyai kelihayanmengagumkan dalam permainan pedang sehingga tak percuma dunia 

persilatan meletakkan gelar "Dewa Pedang" kepadanya! 

Beberapa saat kemudian terdengarlah suara tiupan terompet. Puluhan 

pasang mata dari para tamu yang hadir dilayangkan ke atas panggung. 

Ketua Partai Telaga Wangi memunculkan diri diiringi oleh isteri, tiga orang 

anak laki-lakinya dan keseluruhan anak-anak murid Partai yang membawa 

panji-panji serta lambang partai yaitu sebuah bendera yang disulam dengan 

gambar sebuah pedang serta bunga mawar putih. 

Dewa Pedang seorang Iaki-laki separuh baya bertampang gagah. 

Sikapnya tenang, langkahnya enteng sedang pedangnya tergantung di 

pinggang kiri. Keseluruhan sikap dan gerak geriknya membayangkan 

wibawa yang besar. 

Isteri Dewa Pedang yang berpakaian ringkas dan bemama Suwita 

adalah juga seorang yang berpengetahuan silat tinggi. Meskipun tidak 

selihay suaminya tapi dalam ilmu pedang perempuan ini tidak bisa dianggap 

remeh. Pada parasnya yang cantik jelita itu kelihatan bayangan kejantanan, 

keras hati dan berani. 

Di belakang menyusul tiga pemuda berparas keren. Ketiganya adalah 

anak-anak Dewa Pedang yang dengan sendirinya tentu pula memiliki 

kepandaian silat yang tinggi. Anak yang tertua bemama Indrajaya, yang 

tengah Jayengrana dan yang bungsu yang menjadi kesayangan Dewa Pedang 

dan isteri ialah Brajasastra. 

Dewa Pedang dan isteri serta ketiga putera mereka duduk di belakang 

panggung di kursi yang sudah disediakan. Sedangkan anggota Partai berdiri 

berderet di belakang mereka. Sementara suara terompet masih terus 

menggema maka sepasang mata Ketua Partai Telaga Wangi menyapu ke 

arah puluhan tamu.

Brajaguna seorang yang berpemandangan tajam. Sekali saja matanya 

menyapu ke arah para hadirin maka segeralah dia dapat menyimpulkan 

bahwa para tamunya itu terbagi dalam tiga golongan. 

Pertama ialah golongan atau aliran putih yang berhati polos dan 

menjadi sahabat-sahabat terbaik dari Partai yang hendak didirikannya. 

Golongan kedua yakni tokoh-tokoh silat yang dulunya pernah menjadi 

musuhnya dan tentu saja kehadiran mereka dalam peresmian berdirinya 

Partai Telaga Wangi saat itu diragukan itikat baiknya. 

Golongan yang ketiga ialah tokoh-tokoh silat baru tapi yang sudah 

agak dapat nama dalam kalangan persilatan namun tak dapat dipastikan 

digolongan mana mereka berdiri sebenamya. 

Suara terompet berhenti. 

Begitu suara tiupan terompet berhenti maka Ketua Partai baru diikuti 

oleh keseluruhan anggota partai yang ada di atas panggung mendongak ke 

atas. Tangan kiri lurus-lurus ke bawah sedang tangan kanan dimelintangkan 

di dada. Maka serentak dengan itu mereka pun berseru dengan suara gegap 

gempita. 

Hari satu bulan doa 

Peristiwa besar dan penting di tepi telaga 

Partai baru membuka lembaran sejarah 

Partai Telaga Wangi ialah namanya! 

Keempat baris kalimat itu diserukan sampai tiga kali berturut-turut. 

Sesudah itu maka bangkitlah Ketua Partai dari kursinya dan melangkah ke 

muka panggung. Dengan muka berseri-seri Dewa Pedang memandang pada 

para hadirin lalu menjura memberi hormat.

"Saudara-saudara sekalian yang kami muliakan. Pertama sekali saya 

selaku Ketua dari Partai yang baru muncul ini, atas nama keseluruhan 

anggota Partai mengucapkan banyak terima kasih dan rasa hormat yang 

setinggi-tingginya karena saudara-saudara sekalian telah sudi meringankan 

langkah untuk datang ke mari." 

Suara Ketua Partai Telaga Wangi ini keras dan lantang penuh wibawa 

dan nadanya teratur demikian rupa enak didengar sehingga seluruh mata 

yang hadir ditujukan kepadanya. Setelah menyapu sekilas paras tamunya 

dengan sepasang matanya yang tajam maka Dewa Pedang pun meneruskan 

bicaranya. 

"Dalam pasang surutnya dunia persilatan dewasa ini, kami bersama 

telah memberanikan diri untuk mendirikan sebuah partai baru yang kami 

namakan Partai Telaga Wangi. Sesuai dengan namanya maka kami benar-

benar berusaha dan menginginkan agar kelak Partai kami ini menjadi harum 

dalam merintis segala sesuatu yang baik di dunia persilatan. Kami percaya 

bahwa hanya dengan usaha yang betul-betul, dengan segala kesungguhan 

hati dan ditambah pula dengan bantuan saudara-saudara sekalian disini 

terutama dari saudara-saudara golongan putih, maka pastilah dunia 

persilatan akan diliputi ketentraman dan perdamaian abadi ...." 

Sesudah mengakhiri pidatonya itu maka Ketua Partai Telaga Wangi 

memperkenalkan istri dan ketiga puteranya pada para hadirin. Empat 

anggota partai yang menduduki jabatan penting juga diperkenalkan. 

Keempatnya ialah Jambakrogo, Pengurus Partai untuk daerah Utara, 

Klabangsongo, Pengurus Partai daerah Selatan lalu Rah Gundala Pengurus 

Partai daerah Barat dan yang keempat Suralangi, Pengurus Partai Daerah 

Timur.Dewa Pedang mengakhiri perkenalan tokoh-tokoh Partai Talaga 

Wangi itu dengan kata-kata penutup 

"Akhirul kalam, sekedar untuk pelepas dahaga dan penangsal perut 

saudara-saudara sekalian, maka kami persilahkan saudara-saudara untuk 

menikmati minuman serta hidangan selayaknya. Disamping itu jika ada 

kekurangan atau kekhilafan dalam bentuk apapun sudi kiranya saudara-

saudara memberi maaf." 

Dewa Pedang menjura lalu memutar tubuh Namun sudut matanya 

menangkap acungan tangan seorang tamu yang duduk di sebelah Timur 

panggung 

"Ketua Partai Telaga Wangi! Sebagai Partai baru aku Si Bayangan 

Setan ingin menjajaki sampai dimana kehebatan kalian! Jangan-jangan 

Partaimu ini hanya bagus nama saja tapi tak ada isi! Jangan-jangan Partaimu 

yang memakai nama Telaga Wangi hanya merupakan Telaga Busuk yang 

tak mampu menghadapi pasang surut dunia persilatan! Sebagai Ketua Partai 

apakah kau bisa sedikit memberikan bukti di hadapan para hadirin bahwa 

Partaimu adalah satu Partai yang memang patut diberojotkan ... ?!" 

Semua kepala para hadirin yang ada segera dipalingkan ke arah 

Timur. Dewa Pedang sendiri juga memandang ke jurusan itu. Yang telah 

buka suara tadi ternyata adalah seorang tokoh silat berjubah hitam berbadan 

tinggi langsing, berkepala lonjong dan kedua pipinya sangat cekung. Dialah 

tokoh yang digelari Si Bayangan Setan. Dan dari gelamya ini saja sudah 

dapat diketahui bahwa dia adalah tokoh dari kalangan hitam. 

Dewa Pedang yang tajam pemandangan diam-diam sudah maklum 

bahwa maksud kedatangan serta ucapan Si Bayangan Setan tadi adalah satu 

tantangan atau penghinaan atau sekurang-kurangnya menganggap remeh 

Partainya dan dirinya selaku Ketua!Namun dengan tenang dan bijaksana Dewa Pedang buka mulut 

hendak menjawab. Tapi dari panggung sebelah Barat tiba-tiba terdengar 

seseorang berseru. Suaranya keras menggeledek! 

“Bayangan Setan! Apakah kau buta atau masih belum membuka mata 

lebih lebar sehingga kau berbicara begitu terhadap Partai Telaga Wangi? 

Jika kau kenal julukan Ketuanya tak bakal kau anggap remeh!" 

Kini semua kepala serentak diputar ke panggung sebelah Barat. 

Namun tak seorangpun, termasuk Dewa Pedang yang mengetahui siapa 

adanya manusia yang telah bicara tadi. Ini memberi kenyataan bahwa siapa 

pun adanya orang itu maka dia pastilah memiliki tenaga dalam yang tinggi 

dan ilmu memindahkan suara yang lihai. 

Meskipun orang itu berada di sebelah Selatan atau Utara namun 

suaranya bisa dipindahkan sehingga kedengarannya dari arah Barat atau 

Timur!. Karena tak mengetahui siapa yang bicara maka Si Bayangan Setan 

dengan penasaran berseru. 

"Nama Dewa Pedang memang cukup dikenal karena permainan 

pedangnya yang yah boleh juga! Tapi aku bertanya dan bicara tadi bukan 

ditujukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk keseluruhan Partai Telaga 

Wangi! Atau mungkin semua anggota Partai baru ini sekaligus memiliki 

gelar sebagai Dewa Pedang;:.?!" 

Terdengar suara mengekeh yang mengandung ejekan. Lagi-lagi suara 

ini datangnya dari jurusan Baraf dan lagi-lagi tak satu orang pun yang tahu 

siapa yang mengeluarkan suara tertawa itu. 

"Kau terlalu sembrono dalam bicara Bayangan Setan. Apa kau tak 

tahu bahwa ucapanmu itu menghina langsung nama Ketua serta seluruh 

anggota Partai Telaga Wangi? Tak satu tokoh silat dan Partai persilatan pun

yang bisa menelan kata-katamu itu! Entah Dewa Pedang dan Partai 

barunya!" 

Diam-diam Ketua Paitai Telaga Wangi segera maklum bahwa di 

antara para hadirin ada yang mulai memasukkan jarum-jarum perangsang 

untuk menghangat dan mengacaukan suasana. 

Dengan sikap tenang dan bijaksana dia menjawab. Waktu bicara ini 

dia sama sekali tidak menghadap kepada Si Bayangan Setan secara langsung 

namun memandang ke tengah-tengah hadirin. Sekaligus ini merupakan satu 

balasan yang cukup menyakiti Si Bayangan Setan meskipun datangnya 

secara halus. 

“Saudara-saudara sekalian! Tadi kami sudah menyatakan bahwa 

maksud dari didirikannya Partai Telaga Wangi ini ialah untuk berusaha 

menenterakan dan mendamaikan dunia persilatan. Sebagai Partai baru kami 

memang belum punya nama. Tetapi justru bukan namalah yang ingin.dikejar 

oleh Partai kami. Apa perlu nama hebat kalau kehebatan itu artinya hanya 

untuk merusak belaka ... ?!" 

Untuk kedua kalinya maka Si Bayangan Setan merasa disakitkan 

hatinya oleh kata-kata Dewa Pedang itu. Dia berprasangka bahwa 

gelarnyalah (Si Bayangan Setan) yang dimaksudkan oleh Ketua Partai 

Telaga Wangi sebagai sesuatu nama yang hanya untuk merusak! Mulut Si 

Bayangan Setan komat kamit. Dan dia angkat bicara kembali. 

"Dunia sejuta arah, ucapan seribu kalimat lidah bersilat kata namun 

dunia persilatan tetap dunia persilatan yang tiada mengenal adanya Satu 

Partai baru tanpa diketahui partai yang macam mana kelasnya! Apakah kelas 

keroco saja, atau bunglon, atau kadal, atau kunyuk? Setiap Partai baru wajib 

menghadapi batu ujian!""Betul ... betul ... betul!" menyambung suara yang dari panggung 

sebelah Barat. 

"Partai baru musti diuji. Tapi apakah kau sanggup melakukan ujian 

itu, Bayangan Setan? Jangan kau hanya bicara besar saja tak tahu isinya 

cuma gemblong!" Marahlah Si Bayangan Setan mendengar kata-kata itu. 

"Siapa takut melakukan ujian?!" katanya membentak, sekali tubuhnya 

berkelebat maka melesatlah ia ke atas panggung! Sedikit pun gerakannya ini 

tiada menimbulkan suara! Salah seorang tokoh silat dari aliran putih yang 

ada di antara para tamu berbisik pada seorang kawan di sebelahnya. 

"Bayangan Setan memang dikenal kehebatannya. Tapi kalau untuk 

menghadapi Dewa Pedang dia akan sia-sia saja. .. !" kawan yang diajak 

bicara mengangguk-anggukkan kepalanya. 

"Mari kita saksikan saja," katanya sambil memandang kembali ke atas 

panggung Sementara itu dalam suasana yang hangat itu. mulai terdengar 

suitan-suitan dan sorak sorai sebagian Yang hadir untuk memberi semangat 

pada Si Bayangan Setan. Dan Si Bayangan Setan menjadi pongah. Sambil 

memandang kepada para tamu dia. berkata: 

"Kalian semua silahkan buka mata lebar-lebar. Hari ini aku Si 

Bayangan Setan akan menguji satu Partai baru!” 

Tiga Putera Ketua Partai Telaga Wangi menggertakkan geraham dan 

mengepalkan tinju. Bahkan putera tertua yaitu Indrajaya segera berdiri dari 

kursinya!. 

* * *


BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 DUA 

Melihat bangkit berdirinya putera Ketua Partai Telaga Wangi ini 

maka sorak dari suara-suara membakar semangat berbagai rupa semakin 

santar kedengaran di kalangan para hadirin, Dewa Pedang menyipitkan mata 

kepada lndrajaya putera tertua yang melihat isyarat ini segera hentikan 

gerakannya. Kemudian dengan segala kegeraman yang ada terpaksa duduk 

ke kursinya kembali. 

"Ha ha ha!" terdengar suara tertawa bergelak Si Bayangan Setan. 

"Apakah aku datang ke panggung ini hanya untuk dianggurkan saja?" 

ujarnya mengejek. Dengan tenang Ketua Partai Telaga Wangi memutar 

kepalanya ke ujung paling kanan di mana berdiri seorang pemuda 

berpakaian ringkas berbadan tegap dan berkumis kecil. Dia adalah Candra 

Masa seorang murid atau anggota Partai tingkat muda yang paling pandai. 

Tahu bahwa Si Bayangan Setan adalah seorang tokoh yang lihai dan 

banyak pengalaman maka Dewa Pedang sengaja anggukkan kepala memberi 

isyarat pada Candra Masa. Melihat anggukan ini, Candra Masa segera 

melangkah ke muka. Dia menjura terlebih dahulu di hadapan Dewa Pedang 

lalu memutar tubuh menghadapi Si Bayangan Setan. 

”Bayangan Setan, atas izin Ketua kami, kuharap kau yang tua sudi 

memberi sedikit pelajaran pada yang lebih muda...." 

Si Bayangan Setan memandang dengan kerenyit kulit kening pada 

Candra Masa lalu tertawa gelak-gelak sampai ke luar air mata"Ketua Partai Telaga Wangi" katanya pada Dewa Pedang sambil 

mengucak-ucak matanya. 

"Kau ini mau main badut-badutan atau apa sampai menyuruh bocah 

yang masih bau air tetek ini menghadapi aku?!" Semua pihak Partai Telaga 

Wangi gusar sekali menerima penghinaan dan perendahan begini rupa, 

terlebih-lebih Candra Masa. Kedua rahangnya kelihatan bertonjolan. 

Sebaliknya sang Ketua sendiri dengan tenang dan suara sabar menjawab; 

"Bayangan Setan justru. Karena dia bau air teteklah maka kusuruh 

menghadapi kau! Bukankah maksudmu hendak menguji Partai kami? Dan 

bukankah yang lebih pandai itu biasanya menguji yang lebih bodoh? Nah 

silahkan dimulai ” 

Ucapan yang sabar serta tenang tapi berwibawa itu sekaligus 

merupakan satu tempelak bagi Si Bayangan Setan. Mukanya merah sedang 

para hadirin kedengaran lagi bersorak-sorak membakar semangat! 

"Kalau memang tak ada muridmu yang lebih pandai dari yang satu ini 

tak apalah ... !" kata Si Bayangan Setan pula. Kemudian dengan congkaknya 

dia menambahkan. 

"Untuknya kuberi kesempatan bertahan sampai tiga jurus! Kalau 

dalam tiga jurus tubuhnya tidak terpelanting ke luar panggung jangan 

panggil aku Si Bayangan Setan dan aku akan mengaku kalah padanya!" Si 

Bayangan Setan tepukkan kedua telapak tangannya. 

"Ayo, mulailah!" katanya. 

"Ah, aku yang muda mana berani mulai lebih dahulu. Menurut aturan 

yang lebih tua dan yang mengujilah yang musti maju lebih dahulu ...." jawab 

Candra masa. Si Bayangan Setan menyeringai buruk. 

"Baik, bila kau punya senjata keluarkanlah!" Candra Masa tersenyum."Selama lawan bertangan kosong, aku murid Partai Telaga Wangi 

tetap akan menghadapinya juga dengan tangan kosong!" 

"Kalau begitu terimalah jurus pertama ini?" kata Si Bayangan Setan 

gusar. Sekali tubuhnya berkelebat maka diapun lenyap dan kini yang 

kelihatan hanyalah sesosok bayangan hitam menyambar laksana kilat ke 

arah Candra Masa sedang angin bersiuran turut menyerangnya dengan pesat! 

Dengan maksud hendak memamerkan kehebatannya dan hasrah 

hendak merubuhkan lawan dalam satu jurus saja, maka dijurus pertama itu 

Si Bayangan Setan sudah mengeluarkan ilmu silatnya yang hebat yaitu 

ciptaannya sendiri yang bemama: "Bayangan Hitam Menjulang Langit"! 

Candra Masa terkejut melihat lenyapnya tubuh lawan dan kini hanya 

bayangan hitam serta angin pesat menyambar ke arahnya! 

Namun dalam terkejutnya murid yang sudah terdidik ini tetap berlaku 

tenang dan tidak kehilangan akal. Dengan cepat dijatuhkannya dirinya ke 

lantai. Begitu tubuh lawan dilihatnya lewat di atasnya, pemuda ini segera 

lancarkan pukulan tangan kosong! 

Tapi pada detik itu pula Si Bayangan Setan bergerak memutar dan 

laksana badai kaki kanannya menyambar kearah tangan yang memukul.! 

Walau bagaimanapun kehebatannya tangan tak akan menang melawan 

kaki! Sambil tarik pulang tangannya Candra Masa bergulingan di lantai. 

Tendangan lawan menghantam angin kosong! Jurus pertama yang cukup 

mendebarkan berlalu sudah! 

Dan dari panggung arah sebelah Barat terdengar suara tertawa 

manusia yang tadi: 

"Ah .... Bayangan Setan.. nyatanya namamu kosong belaka! Bocah 

yang katamu masih bau air tetek itu tak sanggup kau hadapi!” Hati Si 

Bayangan Setan laksana dibakar“Pemuda . . .! " Suaranya bergetar tanda amarah. 

“Giliran kau sekarang untuk memulai ... !" Candra Masa tersenyum 

jumawa. 

"Terima kasih katanya. Tangan kanannya diacungkan ke muka seperti 

sikap seseorang yang tengah memegang pedang. 

”Lihat perut!" teriak Candra Masa tiba-tiba dan pada kejapan itu pula 

tubuhnya melesat ke muka. Tangan menyambar ke perut Si Bayangan Setan. 

Tanpa banyak cerita si Bayangan Setansegera menyongsong serangan 

lawan ini dengan pukulan tangan kanan karena dia tahu bahwa tenaga 

dalamnya jauh lebih tinggi dari si pemuda! .. . . 

Sedetik lagi kedua lengan meieka akan beradu maka pada saat itu pula 

terdengar kembali seruan Candra Masa. 

"Lihat dada!" Dan laksana pedang lengan kanan anak murid Partai 

Telaga Wangi itu menusuk ke arah dada Si Bayangan Setan! 

Geram serta penasaran sekali maka Bayangan Setan menggerakkan 

kedua tangannya sekaligus dalam ilmu pukulan yang disebut "Menabas 

Gunung Mengepit Sungai". 

Dengan ilmu silat ini Si Bayangan Setan bermaksud menjapit lengan 

kanan lawan kemudian mematahkannya! 

Tapi lagi-lagi Si Bayangan Setan tertipu karena begitu dia merasa 

ilmu silatnya tadi akan berhasil mencelakai lawan tiba-tiba Candra Masa 

berseru keras. 

"Awas leher!" Dan laksana pedang lengan kanannya berkiblat 

menyaput dan menderu ke batang leher Si Bayangan Setan. 

"Heyyah!" Si Bayangan Setan membentak nyaring sehingga lantai 

panggung yang terbuat dari papan menjadi bergetar sedang tubuhnya sendiri 

lenyap dari pemandangan. Dengan ilmu meringankan tubuh. Candra Masameskipun kalah pengalaman masih dapat melayani lawan dalam jurus kedua 

yang hampir tamat dan mencapai puncaknya itu. 

"Jaga kepala!" seru murid Partai Telaga Wangi itu. Sewaktu lengan 

lawan menebas ke arah leher Si Bayangan Setan berhasil mengelakkan dan 

kini begitu terdengar seruan lawan maka tak ayal lagi dia segera merunduk 

cepat dan laksana kilat menyodokkan ke muka dua jotosan sekaligus. Satu 

menyerang dada satu menyerang ulu hati! 

Namun cara mengelak dan menyerang yang dilancarkan oleh Si 

Bayangan Setan ini terlalu kesusu dan sembrono sekali. Lengan lawan yang 

,memang disangkanya hendak menetak kepalanya tiba-tiba dengan 

kecepatan yang luar biasa berputar ke bawah dan naik lagi ke atas di antara 

kedua lengannya dan..... 

"Buk!" 

Tubuh Si Bayangan Setan terjajar ke belakang. Tangan kanannya 

mengusap-usap dada yang kena terpukul. Sorak sorai para hadirin tiada 

terlukiskan. Banyak di antara mereka yang benar-benar mengagumi 

kegesitan dan kecepatan serta kehebatan permainan silat Candra Masa. 

Meski muda belia dan baru muncul di dunia persilatan namun telah 

berhasil melayani nama besar Si Bayangan Setan, bahkan mengalahkannya 

dalam dua jurus pertandingan! 

Candra Masa menjura kepada para hadirin. Dan karena merasa bahwa 

pertandingan tersebut sudah selesai dimana dia berhasil memukul lawan 

dalam jurus kedua tadi maka Candra Masa memutar tubuh dan siap-siap 

untuk menjura ke hadapan guru atau Ketua Partai Telaga Wangi untuk 

kemudian kembali ke tempatnya. Namun di saat itu pula terdengar Sentakan 

Si Bayangan Setan."Orang muda, tunggu dulu! Aku masih belum kalah!" Pihak Partai 

Telaga Wangi lebih-lebih Candra masa sendiri jadi terkejut dan heran. 

Demikian pula para hadirin. 

"Bayangan Setan, apakah maksudmu. ..? " tanya Candra Masa pula. 

"Aku belum kalah! Aku sama sekali tidak mengaku kalah!" Candra 

Masa hendak menyahuti namun dari deretan hadirin sebelah Barat lagi-lagi 

terdengar suara manusia yang tak dikenal tadi. 

"Bayangan Setan, apakah kau betul-betul punya hati setan dan 

bermuka tembok? Sudah kena Digebuk dalam dua jurus masih mau 

menantang? Sesuai dengan janjimu mustinya kau sudah minggat dari atas 

panggung dan tak perlu memakai gelar Si Bayannan Setan lagi!" 

"Keparat bangsat rendah!" hardik Si Bayangan Setan sambil memutar 

badannya ke arah Barat. Pandangan matanya liar dan memancarkan amarah 

yang meluap. 

"Jika punya nyali harap unjukkan diri dan naik ke atas panggung!" 

Jawaban dari panggung sebelah Barat adalah suara tertawa mengekeh yang 

membuat. Semakin meluapnya amarah Si Bayangan Setan. 

"Pemuda yang katamu masih bau air tetek itu saja belum sanggup kau 

hadapi, apalagi mau menantang aku!" Si Bayangan Setan benar-benar 

kehilangan muka diejek demikian rupa di hadapan sekian banyak tokoh-

tokoh persilatan. 

"Bocah bau air tetek ini masih mending dari kau yang tak punya nyali 

untuk naik ke atas panggung!" Kemudian dengan cepat Si Bayangan Setan 

memutar tubuh menghadapi Candra Masa kembali. Tangan kanannya 

bergerak ke balik jubah dan sesaat kemudian dia sudah memegang sebuah 

senjata berbentuk pendayung yang terbuat dari besi hitam legam!"Orang muda harap keluarkan kau punya senjata dan mari hadapi lagi 

aku barang satu dua jurus!" kata Si Bayangan Setan pula. 

Melihat gelagat yang tidak baik ini sedang dipihak hadirin ada yang 

terus bersorak membakar semangat Si Bayangan Setan dan ada pula yang 

memaki manusia ini maka Ketua Partai Telaga Wangi segera berkata: 

"Saudara Bayangan Setan, kuharap kau sudah menuruti segala aturan 

yang kau buat sendiri tadi dan mohon supaya meninggalkan panggung. 

Bukankah maksudmu untuk menguji terhadap Partaiku sudah kesampaian... 

Dan kami berterima kasih atas kesediaanmu untuk mau melakukan ujian itu 

tadi “. 

"Jika aku bisa buat aturan, aku bisa pula melanggamya!" jawab Si 

Bayangan Setan dengan suara keras lantang. 

"Betul!" ujar Dewa Pedang dengan suara mengandung kesabaran. 

Diusahakannya agar dalam suasana panas ini tidak sampai terjadi kerincuhan 

dan kekeruhan. 

"Tapi karena saat ini kau berada di tempat kami maka kau juga wajib 

mengikuti segala aturan kami, sekurang-kurangnya kau harus menghormat 

kepada aturan kalangan persilatan ...." 

"Aku datang ke sini bukan untuk mengikuti dan menghormat kepada 

segala macam aturan apapun! Kalau muridmu tidak punya nyali, kau sendiri 

pun maju akan lebih baik Kelamlah paras keseluruhan anggota Partai Telaga 

Wangi, lebih-lebih ketiga putera Dewa Pedang serta Suwita isteri Dewa 

Pedang mendengar ucapan Si Bayangan Setan yang mengandung 

penghinaan itu. Namun Dewa Pedang sendiri anehnya masih tetap bisa 

berlaku tenang-tenang duduk di kursinya. 

"Ketua!" seru Candra Masa pula."Harap kau memberi izin padaku untuk menghadapi lagi manusia 

yang tidak tahu aturan dan tak tahu peradatan serta tak tahu diri ini!" 

"Baik Candra, tapi kali ini hati-hatilah ...." jawab Ketua Partai Telaga 

Wangi pula. 

Mendengar ini maka tak menunggu lebih lama Candra Masa segera 

cabut pedangnya yang terbuat dari perak mumi sehingga sinar matahari 

membuat senjata itu berkilauan! 

* * *


BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 TIGA 

Begitu melihat lawan memegang senjata maka Si Bayangan Setan 

dengan penuh bemafsu segera melancarkan serangan ganas diiringi bentakan 

dahsyat: 

"Terima jurus kematianmu ini orang muda!" Besi hitam yang 

berbentuk pendayung itu menderu ke arah Candra Masa dengan dahsyatnya. 

Si pemuda dengan gesit melompat ke samping dan dari samping kemudian 

dengan cepat mengirimkan serangan pedang. 

Maka kelihatanlah sinar hitam dari senjata Si Bayangan Setan saling 

gulung bergulung dengan sinar putih pedang Candra Masa! 

Hampir berakhir jurus yang sangat hebat itu tiba-tiba terdengarlah 

jeritan Candra Masa. Pedangnya mental tapi lekas disambat kembali dengan 

tangan kiri. Pemuda ini kemudian melompat mundur ke belakang. Lengan 

kanannya kelihatan terkulai dan mengucurkan darah. Senjata lawan telah 

mematahkan tulang lengan itu! 

"Bayangan Setan!" seru Dewa Pedang. "Pertandingan ini diadakan 

bukan untuk saling mencelakai satu sama lain ... tapi hanya untuk menguji 

tingkat kepandaian dalam ilmu silat ...." Si Bayangan Setan mendengus dan 

tertawa buruk. 

"Kalau pihakmu kalah, kau banyak bicara. Silahkan suruh maju 

anggotamu yang lain!" Semantara itu Candra Masa setelah menjura terlebih 

dahulu kepada Ketua Partainya segera kembali ke tempat dan beberapaanggota Partai turun memberi bantuan mengobati tangan Candra Masa yang 

patah. 

Dari samping kanan tiba-tiba melompat sesosok tubuh. Ternyata dia 

adalah Suralangi, Pengurus Partai Telaga Wangi daerah Selatan. Sambil 

menjura di hadapan Dewa Pedang berkatalah laki-laki berbadan pendek tapi 

tegap kekar ini: 

"Ketua, mohon izinmu untuk menghadapi manusia ini!" Dewa Pedang 

menjawabcdengan anggukkan kepala. Suralangi cabut pedangnya dan 

melangkah ke hadapan Si Bayangan Setan. 

"Harap kau sudi memberi sedikit pelajaran padaku," kata Pengurus 

Partai Daerah Selatan ini. Bayangan Setan menyeringai. 

"Silahkan kau memulai lebih dahulu," katanya. Maka tidak sungkan-

sungkan lagi Suralangi segera kiblatkan pedang peraknya. Dengan 

mengeluarkan jurus terhebat dari ilmu pedang ciptaan Dewa Pedang yang 

dinamai "Seribu Pedang Mengamuk" maka Suralangi dalam sekejapan mata 

sudah mengurung lawan dengan sambaran-sambaran pedang yang dahsyat! 

Jubah hitam Si Bayangan Setan sampai berkibar-kibar oleh siuran 

angin pedang Diam-diam Si Bayangan Setan terkejut juga melihat 

permainan pedang lawan. Segera diputamya senjatanya dengan sebat. 

Beberapa kali senjata kedua orang itu saling beradu keras dan nyaring serta 

memercikkan bunga api. Lima jurus berlalu dengan cepat. Sampai sekian 

lama keduanya kelihatan seimbang. Lima jurus lagi berlalu di bawah 

penyaksian puluhan pasang mata para hadirin. 

"Suralangi, lekas disudahi saja!" terdengar seruan Ketua Partai Telaga 

Wangi. Mendengar ini maka Suralangi dengan gesitnya bergerak ke samping 

satu langkah. Ketika lawan memburu dengan sambaran besi hitam berbentuk 

pendayung maka Suralangi kembali ke posisinya semula dan dari sinimenggempur dengan jurus yang dinamai "Ular Sanca ke Luar Sarang 

Mematuk Gunung". 

"Buk!" 

Besi hitam di tangan Si Bayangan Setan mental ke udara. Dari mulut 

manusia berjubah hitam ini keluar keluhan kesakitan Ketika diperhatikannya 

ternyata tulang belakang telapak tangannya remuk!. 

Suralangi telah mempergunakan hulu pedangnya untuk menghantam 

belakang telapak tangan Si Bayangan Setan! 

Sementara Si Bayangan Setan masih merintih kesakitan maka 

Suralangi menyarungkan pedang dan berkata: 

"Terima kasih, kau telah memberi banyak pelajaran padaku, Bayangan 

Setan!" Kali ini Si Bayangan Setan benar-benar kehilangan muka. Di bawah 

sorak sorai para hadirin dia membungkuk mengambil senjata besi hitamnya 

dan melompat meninggalkan panggung, menghilang di jurusan Timur. 

Suralangi menjura di hadapan Ketua Partainya lalu melangkah 

kembali ke tempatnya namun disaat inilah satu sosok tubuh melesat ke atas 

panggung dari kelompok hadrrin sebelah Barat. 

Ternyata manusia ini adalah seorang nenek-nenek bongkok bermuka 

keriput cekung, bermata besar dan lebar seperti jengkol. Tubuhnya yang 

bongkok itu ditutupi oleh sehelai kain merah sedang pada pinggangnya 

tergantung sebuah kelewang yang juga berwama merah. 

"Saudara," menegur si nenek terhadap Suralangi. 

"Kepandaianmu memang patut dipuji. Jurus Ular Sanca Ke Luar 

Sarang Mematuk Gunung tadi patut dikagumi. Aku percaya tentu kau masih 

banyak mempunyai simpanan jurus-jurus silat Partaimu yang hebat! 

Bersedialah memperlihatkannya kepadaku ... ?!" Kaget sekali Suralangi 

melaat kemunculan nenek-nenek ini. Dan tebih kaget lagi karena si nenekmengetahui betul nama jurus permainan pedang yang telah dikeluarkannya 

ketika mempecundangi Si Bayangan Setan tadi! Suralangi melirik ke sebelah 

kanan di mana Ketua Partai Telaga Wangi duduk. Dan dilihatnya Dewa 

Pedang merangkapkan kedua tangan di muka dada, sedang kulit kening 

mengerenyit. 

Munculnya nenek-nenek berkain merah ini yang bukan lain adalah 

Nenek Kelewang Merah juga mengejutkan Dewa Pedang, lima tahun 

berselang dia pernah bentrokan dengan perempuan tua ini ketika Nenek 

Kelewang Merah berusaha membantu satu gerombolan jahat yang mengacau 

di Kotaraja Demak. Karena pihaknya lebih kuat dan banyak maka Nenek 

Kelewang Merah dan kawan-kawannya berhasil dikalahkan oleh Dewa 

Pedang dan rekan-rekannya. Itu terjadi lima tahun yang lalu. 

Jika Nenek Kelewang Merah di saat ini muncul kembali, pastilah ada 

sangkut pautnya dengan peristiwa lama itu! Menurut pertimbangan Dewa 

Pedang. Suralangi akan sukar untuk menghadapi perempuan tua ini kalau tak 

mau dikatakan akan dapat dikalahkan. 

Namun untuk menyuruhnya mundur tidak pula mungkin karena ini 

akan membuat lunturnya nama Partai.Ketika melihat Ketuanya 

menganggukkan kepala maka Suralangi maju selangkah. 

"Terima kasih, rupanya masih ada di antara para hadirin yang ingin 

menguji terhadap Partai kami. Tapi sebelumnya bolehkah aku mengenal 

nama dan gelarmu, Nenek?" Perempuan tua itu tertawa terkempot-kempot. 

"Namaku tidak penting. Orang-orang memanggil aku Nenek 

Kelewang Merah!" Dugaan Suralangi bahwa perempuan ini adalah Nenek 

Kelewang Merah ternyata tidak meleset. Tergetar juga hatinya begitu 

mengetahui siapa lawan yang dihadapinya."Nah, kuharap kita tak perlu banyak tutur kata lagi, silahkan mulai." 

ujar Nenek Kelewang Merah pula, lalu mengambil kelewangnya. 

"Keluarkan semua ilmu simpananmu yang hebat-hebat! Terhadapku 

yang tua tak usah sungkan-sungkan" Seperti berhadapan dengan Si 

Bayangan Setan Tadi maka pada jurus permulaan suralangi segera meng-

gempur lawannya dengan ilmu pedang " Seribu Pedang Mengamuk"! 

"Ah, kalau cuma Jurus Seribu Pedang Mengamuk, ini namanya bukan 

ilmu,simpanan!" mengejek Nenek Kelewang Merah. Kelihatannya memang 

dia acuh tak acuh saja terhadap sinar senjata lawan yang membungkusnya 

dengan ketat. 

"Ayo! Keluarkan jurus Partaimu yang paling lihai, kalau tidak aku tak 

tanggung jawab!" Penasaran sekali maka Suralangi percepat putaran 

pedangnya sehingga senjata itu benar-benar laksana ribuan banyaknya! 

"Manusia tolol! Disuruh keluarkan ilmu simpanan malah meneruskan 

jurus gila ini!" 

"Wut ... wut ... wut ... !" 

Nenek Ke!ewang Merah kiblatkan kelewangnya tiga kali berturut-

turut. Tiga larik sinar merah menderu membentuk silang enam. Angin yang 

diterbitkan senjata ini deras sekali dan hebatnya, sinar putih dari pedang 

Suralangi yang mengurungnya dengan serta merta menjadi tertindih lalu 

buyar! Suralangi terkejut sekali! Dewa Pedang menghela nafas dalam. 

"Nyatanya manusia ini jauh lebih hebat dari lima tahun yang silam ..." 

Ketua Partai Telaga Wangi membathin. Kemudian dengan ilmu menyusup-

kan suara dia memberi peringatan: 

"Hati-hati Sura, manusia ini lihai sekali. Gempur dia dengan jurus-

jurus terhebat!" Di hadapannya Nenek Kelewang Merah berdiri terbongkok-

bongkok dan menyeringai."Apa kau masih belum mau perlihatkan ilmu simpananmu? Jangan 

menyesal kalau terlambat ... !" 

"Nenek Kelewang Merah ... lihat pedang!" seru Suralangi. Pedang 

perak mumi itu berkelebat deras, memapas sekaligus keenam bagian tubuh si 

nenek. Namun dengan gesitnya Nenek Kelewang Merah berhasil 

menghindarkan serangan ganas itu dan malahan berbalik melancarkan 

serangan balasan yang betul-betul menyirapkan darah! 

"Trang!" ; 

Suralangi terpaksa pergunakan pedangnya untuk menangkis sambaran 

kelewang lawan ke arah leher yang tak mungkin untuk dielakkan lagi! 

Tangannya terasa pedas dan pegal ngilu sedang mata pedangnya kelihatan 

gompal dihantam senjata lawan! 

Menyaksikan hal ini maka tak ayal lagi Suralangi segera putar 

pedangnya, demikian rupa dan lancarkan tiga serangan ilmu pedang yang 

terlihai dari ilmu pedang Partai Telaga Wangi. Ketiganya ialah jurus 

"Garuda Menukik Minum Air Telaga" disusul oleh jurus "Naga Sakti 

Sabatkan Ekor" dan diakhiri dengan jurus "Halilintar Membelah Bumi". 

Pedang perak itu yang kelihatan hanya merupakan sinar putih belaka 

menyambar ke arah kepala Nenek Kelewang Merah, membalik memapas 

pinggang kemudian naik lagi ke atas dan menetak dari atas ke bawah! Jika 

jurus ini berhasil maka kalau tidak kepala Nenek Kelewang Merah terbabat 

putus, mungkin akan kutung pinggangnya, atau mungkin juga akan terbetah 

kepalanya sampai ke dada! Namun Nenek Kelewang Merah tidak cidera. 

Tangannya bergerak. Sinar merah dari kelewang menggebubu. Tiga 

jurus terhebat tadi dengan serta merta buyar! Si nenek tertawa melengking 

dan mengejek."Kiranya Partai Telaga Wangi hanya memiliki jurus-jurus butut!" 

Geram sekali Suralangi susul serangannya yang tadi buyar dengan dua 

serangan berantai serta pukulan tangan kiri dan tendangan kaki kanan! Si 

nenek putar kelewangnya dua kali dan lagi-lagi serangan Suralangi dibikin, 

lumpuh! 

"Sekarang terima jurusku ini! Jurus yang kunamakan Naga Sakti 

Keluar dari Laut" Ucapannya itu ditutup dengan mengiblatkan kelewangnya 

sebat sekali, betul-betul Iaksana seekor naga yang keluar dari dalam laut, 

karena meskipun sebat tapi sambaran kelewang itu berliku-liku sukar diduga 

bagian mana sebenarnya yang menjadi sasarannya! 

"Sura, cepat keluar dari kalangan! Serang lawan dari samping!" 

memperingatkan Dewa Pedang dengan ilmu menyusupkan suara. Suralangi 

segera melompat ke belakang dan bergeser ke samping namun gerakannya 

selanjutnya tak mampu dilakukannya. Kelewang lawan menderu menyambar 

ke mukanya! Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri adalah 

mempergunakan pedang untuk menangkis! Dan laksana sebuah pisau tajam 

memutus wortel, demikianlah kelewang merah si nenek membabat putus 

pedang perak Suralangi tepat di batas muka hulunyal Dan gerakan Nenek 

Kelewang Merah tidak sampai di situ saja. Tubuhnya melesat kemuka. 

“Sura, awas!" teriak beberapa orang anggota Partai Telaga Wangi. 

Namun terlambat, kaki kanan Nenek Kelewang Merah lebih dahulu 

menghantam dada Suralangi. Tak ampun lagi Suralangi tubuhnya mencelat 

mental, terus masuk ke dalam telaga! 

* * *

BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 EMPAT 

Telaga yang aimya tadi bening kini kelihatan merah oleh darah. Dua 

orang anggota Partai segera menghambur masuk ke dalam telaga dan 

membawa Suralangi ke tepian. Sampai di tepi telaga Suralangi muntah darah 

lalu roboh pingsan! Ketua Partai Telaga Wangi menghela nafas dan 

rangkapkan kedua tangannya di muka dada. 

"Nenek Kelewang Merah," kata Dewa Pedang. 

"llmu silatmu bagus dan patut dipuji. Tapi ketahuilah maksud menguji 

bukan berarti mencelakai ... !" Nenek Kelewang Merah tertawa mengikik. 

"Sekarang kau bisa bicara begitu Brajaguna." kata si nenek pula 

dengan menyebut nama asli Dewa Pedang. 

"Apa kau juga membuka mulut sewaktu anggota Partaimu tadi 

mencelakai Si Bayangan Setan...?!" 

"Bukan anggota Partaiku yang mencelakainya, Nenek Kelewang 

Merah, tapi Si Bayangan Setan sendiri yang mencari celaka!" menyahuti 

Dewa Pedang. Si nenek tertawa lagi mengikik lebih panjang dari tadi. Suara 

tertawanya ini menusuk-nusuk gendang-gendang telinga. Maklumlah semua 

orang bagaimana tingginya tenaga dalam si nenek. Ketika dia berhenti 

tertawa maka ia pun berkata: 

"Pintar bicaramu masih seperti dulu saja, Brajaguna. Tapi kalau ilmu 

silatmu tingkatnya juga seperti dulu, kurasa belum saatnya kau memangku 

jabatan Ketua dan mendirikan Partai baru di dunia persilatan!" Marahlah 

sekalian orang dari Partai Telaga Wangi atas penghinaan ini. Dari samping

melesat sesosok tubuh dan berdiri enam langkah di hadapan Nenek 

Kelewang Merah. 

Ternyata dia adalah Indrajaya, putera tertua dari Dewa Pedang 

sendiri! 

"Nenek Kelewang Merah, aku tak dapat menerima penghinaanmu 

tadi!" kata Indrajaya. Si nenek kernyitkan kening. Matanya yang lebih besar 

macam jengkol disipitkannya sedikit. Lalu dengan senyum-senyum dia, 

berkata: 

"Melihat kepada tampangmu, pastilah kau anaknya si Dewa Pedang! 

Ah ... nyalimu memang besar anak muda, sebesar bapakmu dulu! Tapi 

lucunya bapaknya yang dihina kenapa anaknya yang maju?!" 

"Kuharap kau bisa menjaga mulut dan tahu di mana berada orang 

tua!" bentak Indrajaya. Nenek Kelewang Merah masih senyum-senyum 

seperti tadi. 

"Soal mulutku soalku sendiri orang muda. Mulutku mau bicara dan 

keluarkan apa saja siapa mau perduli?!" Jengkel sekali lndrajaya maju satu 

langkah. 

"Memang sekalipun kau berak dari mulut tak ada yang mau perduli!" 

tukas lndrajaya sehingga semua yang hadir tertawa terbahak-bahak. 

Kelamlah muka si nenek. 

"Tujuh puluh tahun hidup baru hari ini aku Nenek Kelewang Merah 

menerima hinaan dari seorang bocak setan alas!" Mulut perempuan tua itu 

komat kamit -sebentar lalu: 

"Semustinya sudah kupecahkan kepalanya tapi melihat tampangmu 

begitu gagah aku masih punya rasa belas kasihan! Cepat berlutut dan minta 

ampun!" lndrajaya mendengus."Jangan anggap remeh semua orang nenek tua! Terima dulu bekas 

tanganku pada mukamu yang kriput itu baru aku sudi berlutut!" 

"Keparat betul!" bentak Nenek Kelewang Merah, 

"Dikasih ampun minta dikeremus! Apa kau punya selusin tangan 

enam kepala berani menantang aku?! Bapakmu juga belum tentu menang 

melawanku!" Mendidih darah lndrajaya mendengar lagi-lagi nama bapaknya 

dihina si nenek. 

"Lihat pedang!" bentak Indrajaya. Si nenek bongkok di samping 

tertawa mencemooh juga agak heran karena ancaman yang dilakukan oleh 

pemuda itu di saat sama sekali tangannya masih belum memegang pedang 

namun sekejapan mata kemudian terkejutlah Nenek Kelewang Merah ini 

ketika melihat selarik sinar putih yang menyilaukan berkiblat membabat dari 

kanan ke kiri persis di depan hidungnya! 

Nenek Kelewang Merah berseru tertahan dan melompat dua langkah 

ke belakang. Ketika melihat ke muka ternyata si pemuda sudah memegang 

sebilah pedang dari perak mumi! diam-diam hati perempan tua ini menjadi 

tergetar juga. Jurus apakah yang telah dikeluarkan oleh si pemuda hingga 

demikian hebatnya? Kalau anaknya sudah begini tinggi kepandaiannva, 

tentu Dewa Pedang sendiri lebih lihai lagi! 

Sementara itu di antara para hadirin mulai terdengar kerasak kerisik 

yang menyatakan rasa kagum terhadap serangan kilat yang dilancarkan oleh 

lndrajaya tadi. Untuk tidak keliwat kehilangan muka maka dengan nada 

masih menganggap rendah lawan, si nenek berkata: 

"Orang muda, kalau kau bermaksud hendak mencoba kepandaianku, 

sebaiknya kau ajak dua saudaramu yang lain. Bapak sama ibumu kalau mau 

juga boleh!""Kalau kau tak punya nyali menghadapiku sendirian, angkat kain 

burukmu tinggi-tinggi dan larilah dari sini!" balas mengejek Indrajaya. 

"Penghinaanmu sudah liwat takaran, bocah setan!" teriak Nenek 

Kelewang Merah. Tangan kanannya bergerak. 

"Wutt!" 

Selarik sinar merah melanda ke kepala Indrajaya! Hebat dan cepat 

tiada terkirakan. lnilah jurus yang dinamakan perempuan tua itu dengan 

"Kelewang Melanglang Jagat"! 

Beberapa lawan tangguh dan utama telah menemui kematiannya 

dalam jurus yang hebat ini. Dan di saat itu Nenek Kelewang Merah sudah 

membayangkan bahwa kelewangnya kali ini pun akan memapas licin kepala 

si pemuda yang kurang ajar dan telah berani menantangnya! 

Namun si nenek jadi terkesiap dan berubah parasnya ketika 

menyaksikan bahwa serangan kelewangnya hanya mengenai udara kosong 

bahkan lndrajaya sendiri lenyap dari pandangannya. 

"Ah.. gelarmu sebagai Nenek Kelewang Merah nyatanya hanya 

kosong belaka!" Mendengar suara lndrajaya di belakangnya si nenek segera 

membalik dan .... 

"Wut ... wut!" 

Dua kali lagi kelewangnya mengelebatkan angin deras dan sinar 

merah yang dahsyat. Namun lagi-lagi dia hanya menyerang tempat kosong. 

"Apa kau bertempur sendirian melawan tempat kosong, orang tua?!" 

terdengar lagi suara mengejek lndrajaya dari samping belakang! Sekali lagi 

Si nenek putar dengan cepat tubuhnya yang bongkok dan lancarkan tiga kali 

serangan berantai, bahkan kali ini juga disertai pukulan tangan kosong dari 

tangan kirinya.Namun hasilnya tetap seperti tadi! Suara riuh rendah semakin bising. 

Banyak para tamu yang hadir mengagumi ketinggian ilmu meringankan 

tubuh Indrajaya. 

"Pemuda setan! Apa kau cuma berani menghindar dan lari mengelit 

begitu saja!" bentak Nenek Kelewang Merah dengan geram. 

"Siapa bilang aku tak berani melabrakmu, perempuan sombong!"sahut 

Indrajaya. Sesaat kemudian maka larikan-larikan sinar putih menyilaukan 

yang tiada terkirakan banyaknya telah menggempur dan membungkus tubuh 

sang nenek. 

Tanpa membuang waktu Nenek Kelewang Merah putar kelewangnya 

laksana kitiran. Maka sinar putih dan merah kini saling bergumut berpalun-

palun. Deru angin tiada terkirakan derasnya sedang tubuh kedua manusia 

yang bertempur itu lenyap menjadi bayang-bayang Cepat sekali sepuluh 

jurus sudah lewat. 

Permainan ilmu pedang "Seribu Pedang Mengamuk" yang 

sebelumnya telah dikeluarkan oleh Suralangi kini dimainkan oleh lndrajaya 

hebatnya bukan main. Sebagai anak sulung dari Ketua Partai Telaga Wangi, 

lndrajaya meskipun belum sempuma betul tapi boleh dikatakan tiga 

perempat ilmu Dewa Pedang telah diwarisinya! 

Selewat jurus kedua belas maka kelihatanlah bagaimana si nenek 

menjadi terdesak hebat. Beberapa ilmu simpanannya yang lihai-lihai telah 

dikeluarkannya untuk menghancurkan serangan dan kurungan pedang lawan 

namun sia-sia belaka! Maka perempuan tua ini jadi keluarkan keringat 

dingin! Lebih-lebih ketika dia dibikin kepepet ke panggung sebelah Utara! 

"Apa mulut besarmu kini sudah jadi bisu, perempuan tua?!" ejek 

lndrajaya. Nenek Kelewang Merah menyahuti dengan satu bentakan keras. 

Kelewangnya menderu dahsyat. Indrajaya tak tinggal diam. Tubuhnyaberkelebat lenyap. Hanya sinar putih yang kelihatan bergulung-gulung 

melabrak dan menindih sinar merah dari kelewang si nenek tua! Tiba-tiba. 

"Tjrasss!" 

Nenek Kelewang Merah berseru keras. Rambutnya yang kelabu dan 

disanggul kuncir di atas kepala terbabat putus disambar pedang perak 

Indrajaya! 

Sebelum dia punya kesempatan untuk melompat mundur tahu-tahu 

sudah terdengar pula jeritannya. Daging lengannya tergores panjang sedalam 

seperempat senti disambar ujung pedang Indrajaya. Darah berlelehan! 

Senjata perempuan tua itu terlepas dan jatuh di panggung! Gemparlah 

para hadirin menyaksikan hal ini! Perempuan tua berumur tujuh puluh tahun 

yang dikenal di dunia persilatan dengan julukan Nenek Kelewang Merah 

hari itu telah dipecundangi oleh seorang pemuda belia! 

Dengan muka merah laksana saga karena malu dengan terbongkok-

bongkok Nenek Kelewang Merah mengambil kelewangnya lalu dengan 

geramnya berkata pada lndrajaya: 

"Apa yang terjadi hari ini tidak bakal kulupakan! Kelak aku datang 

kembali untuk mengorek kau punya jantung dari balik tulang dadamu!" 

Habis berkata demikian, diiringi oleh sorak sorai mereka yang hadir 

maka tanpa menoleh lagi sinenek tua itu segera meninggalkan tempat 

tersebut. Belum lagi habis sorak sorai para hadirin tahu-tahu seorang resi 

berpakaian ungu sudah melesat naik ke atas panggung! Munculnya resi ini 

dengan serta merta menghentikan segala kehiruk pikukan. Semua mata 

ditujukan kepadanya. 

Sikapnya yang tenang dan mimik air mukanya yang polos 

menyatakan bahwa dia mempunyai wibawa serta berilmu tinggi. Pada 

punggung dan dada jubahnya yang berwama ungu itu kelihatan gambartombak bermata tiga yang disulam dengan benang emas! Melihat jubah dan 

sulaman tombak emas kepala tiga itu maka segenap yang hadir serta tuan. 

rumah segera mengenali siapa adanya resi tersebut. 

Di dunia persilatan dia dikenal dengan julukan Tiga Tombak Emas 

Trisula dan berdiam di Pulau Wuwutan di Pantai Selatan Jawa Tengah. 

Bersama dua orang resi lainnya dia membentuk satu perkumpulan silat yang 

akan melakukan tugas apa saja dan dari manapun datangnya asal dibayar 

dengan uang atau barang-barang berharga. 

Dikabarkan komplotan Tiga Tombak Emas Trisula dulunya juga turut 

menjadi kaki tangan pengkhianat yang hendak meruntuhkan Demak. 

Mengapa sampai salah satu anggota perkumpulan Tiga Tombak Emas 

Trisula itu bisa sampai di tempatnya belum dapat dijajak oleh Ketua Partai 

Telaga Wangi karena memang dia merasa tak pernah memberikan undangan 

pada mereka. 

Apakah manusia ini Cuma datang sendirian atau bersama dua 

rekannya lainnya ? 

Mungkin pula kedatangannya atas bayaran seseorang atau satu 

perkumpulan lain dengan tugas membuat kekacauan pada saat peresmian 

pendirian Partai Telaga Wangi? 

Resi itu setelah memandang ke seluruh anggota Partai, melirik sekilas 

pada lndrajaya kemudian menganggukkan kepalanya pada Dewa Pedang. 

"Aku adalah Godapati, salah seorang yang termuda dari Tiga Tombak 

Emas Trisula. Meski tak diundang telah memberanikan diri untuk datang ke 

mari ...." 

"Ah ...." Dewa Pedang balas mengangguk."Sudah barang tentu ini satu kehormatan bagi kami menerima 

kunjungan seorang tokoh silat macam saudara ... ." Godapati batuk-batuk 

beberapa kali lalu berkata pula 

”sudah lama aku mendengar nama besar Dewa Pedang. Ketika 

mendengar kabar yang dibawa oleh angin bahwa Dewa Pedang hendak 

membangun satu Partai baru dalam dunia persilatan maka itu mendorong 

aku untuk datang dan menyaksikannya sendiri ...." 

”Terima kasih ... terima kasih ...." kata Dewa Pedang. 

Jika Ketua Partai Telaga Wangi memberi izin, aku berkehendak sekali 

untuk melihat dari dekat kehebatan permainan pedang Ketua Partai ...." 

Dewa Pedang tertawa jumawa. . 

Putera kedua dari sang Ketua tiba-tiba berdiri. Ayah perkenankan aku 

mewakilimu dalam memenuhi kehendak tamu kita ini ....” Dewa Pedang 

merenung sejenak lalu menganggukkan kepalanya. Namun dengan ilmu 

menyusupkan suara dia berkata pada anaknya 

“ Hati-hati Jayengrana, dia lihai sekali, senjatanya sebuah tombak 

emas bermata tiga. Ingat baik-baik jangan sampai pedangmu beradu atau 

bertempelan dengan senjatanya!”. Godapati meneliti Jayengrana dengan 

matanya yang tajam. Kemudian pemuda itu melangkah ke hadapannya. 

"Tombak Emas Trisula," kata Jayengrana, 

"Atas izin ayahku selaku Ketua Partai Telaga Wangi kuharap kau tak 

keberatan kalau niatmu terhadap ayahku, aku yang mewakilinya." 

Jika saja tidak menyaksikan sendiri kelihayan lndrajaya tadi maka 

pastilah Godapati akan menganggap remeh terhadap si pemuda. Tapi untuk 

menjaga nama besar dirinya dan nama gagah perkumpulannya maka 

Godapati berkata:"Ah, dari jauh datang hendak bertemu dan bertutur ilmu dengan Dewa 

Pedang, sampai di sini hanya diberi kesempatan untuk berhadapan dengan 

puteranya ...." Godapati berpaling pada Ketua Partai Telaga Wangi dan 

berkata: 

"Dewa Pedang, kuharap kau jangan arah bila terhadap puteramu nanti 

aku kesalahan tangan...!" Meski tahu bahwa tutur kata yang sopan itu adalah 

dibuat-buat saja namun Dewa Pedang tersenyum dan mengangguk ramah. 

Maka dari balik jubah ungunya, Resi Godapati segera mengeluarkan 

sebuah tombak yang terbuat dari emas dan bermata tiga! 

"Sebagai tamu, apakah kau keberatan bila aku yang mulai menyerang 

lebih dahulu, orang muda?" 

"Silahkan Tombak Emas Trisula ...." jawab Jayengrana. Dengan 

mengeluarkan bentakan yang teramat dahsyat Resi Godapati menyerang. 

Senjatanya berkelebat dan menimbulkan tiga larik sinar kuning emas namun 

anehnya senjata yang berbentuk tombak kepala tiga itu bergerak agak 

lamban. 

Melihat ini Jayengrana segera hendak menabas senjata lawan dengan 

pedangnya namun ketika dia ingat pesan ayahnya bahwa sekali-kali jangan 

sampai beradu senjata atau menempelkan pedang dengan senjata lawan 

maka pemuda itu mengurungkan niatnya! Seandainya Jayengrana 

meneruskan niatnya tadi hendak memapas senjata lawan maka dalam jurus 

pertama itu pastilah Resi Godapati akan menjepit badan pedangnya antara 

salah satu legukan dua mata tombak, kemudian akan mematahkan pedang 

itu! 

Godapati sendiri merasa heran mengapa si bemuda tak meneruskan 

niatnya dan dia membathin mungkin sekali Jayengrana mengetahui rahasia 

kehebatan senjatanya! Maka tanpa menunggu lebih lama dia segeramenyerang kembali Jayengrana berkelebat dan bergerak gesit! Kegesitan 

inilah yang banyak menolongnya dari serangan senjata lawan yang hebat itu. 

Ketika Godapati mempercepat gerakannya maka Jayengrana juga 

mempercepat kelebatannya sehingga kedua orang itu hanya merupakan 

bayang-bayang saja kini dan dalam waktu yang singkat keduanya sudah 

bertempur lima belasan jurus! 

Para tamu yang hadir dan pihak tuan rumah sendiri menyaksikan 

pertempuran itu dengan mata hampir tak berkedip! 

Sudah beberapa kali Jayengrana mengeluarkan jurus-jurus terlihai dari 

permainan pedang Partai Telaga Wangi namun sampai begitu jauh tak 

berhasil membuat kemajuan! 

Resi Godapati sendiri tidak pula mampu melakukan sesuatu dari pada 

seperti keadaannya disaat itu! Sukar baginya untuk menerobos pertahanan 

lawan. 

Berkali-kali dia berusaha untuk menjepit pedang Jayengrana, tapi si 

pemuda senantiasa menjauhkan pedangnya dari ujung tombak kepala tiga 

itu. 

Ketika pertempuran sudah berjalan dua puluh lima jurus, Resi 

Godapati mulai menjadi penasaran. Di samping itu telinganya mulai 

mendengar ejekan-ejekan para tamu di sekitar panggung yang membuat dia 

jadi kehilangan muka. 

"He ... he .... Jika tiga jurus lagi kau tak mampu mengalahkan pemuda 

itu sebaiknya kembali saja ke Pulau Wuwutan dan tak usah munculkan diri 

lagi di dunia persilatan!" terdengar suara mengejek dari panggung sebelah 

Barat. Suara ini adalah suara manusia yang tadi pertama kali juga telah 

mengejek Si Bayangan Setan.Godapati kertakkan rahangnya. Tangan kirinya dengan cepat masuk 

lalu ke luar lagi dari saku jubah. 

"Awas jarum!'. seru Resi Godapati. Jayengrana membentak keras dan 

melompat ke udara setinggi lima tombak. Puluhan jarum emas yang menjadi 

senjata rahasia Resi Godapati lewat di bawahnya. Dan pada detik itu pula 

laksana seekor burung garuda menyambar mangsanya maka menukiklah 

Jayengrana. Pedangnya menyambar deras ke arah leher lawan. Resi 

Godapati cepat menangkis dengan senjatanya. 

Disamping Jayengrana tak mau bentrokan senjata maka dengan cepat 

dan tak terduga sama sekali pemuda itu gerakkan pedang membuat satu 

tusukan kilat ke arah dada! Demikianlah cepatnya sehingga Godapati tak 

punya kesempatan untuk penangkis kembali. 

Terpaksa Resi lihai itu memaki dalam hati dan cepat-cepat melompat 

ke belakang. Pada lompatan ke belakang ini sang Resi membuat lagi satu 

gerakan yang hebat luar biasa. Tubuhnya jungkir balik di udara. Tombak 

Emas Trisula di tangannya menyapu dari samping dan tahu-tahu salah satu 

legukannya telah berhasil menjapit pedang perak di tangan Jayengrana! 

Begitu berhasil menjapit segera Godapati memutar tombaknya! 

Di lain pihak karena tidak ingin senjatanya menjadi patah dua, 

Jayengrana terpaksa dengan cepat melepaskan pedangnya! Namun dia tak 

mau terima kalah begitu saja. Begitu pedangnya dirampas lawan. cepat 

laksana kilat pemuda itu jatuhkan diri ke lantai dan .... 

"Bret!" Sekali Jayengrana gerakkan tangannya maka robeklah jubah 

ungu Resi Godapati! Penasaran sekali karena jubah kebesarannya dirusak 

lawan, Resi Godapati hantamkan tombaknya ke tubuh Jayengrana. Yang 

diserang menggulingkan dirinya dengan cepat dan sekejapan mata kemudiantombak kepala tiga itu menancap di lantai papan panggung sampai 

setengahnya! 

Para tamu yang hadir bersorak gegap gempita melihat pertempuran 

yang hebat seru itu. Jayengrana berdiri dengan cepat sementara Resi 

Godapati mencabut senjatanya yang amblas ke dalam lantai lalu 

menyimpannya kembali ke balik jubah ungunya! 

Dia memandang pada Ketua Partai Telaga Wangi. menganggukkan 

kepala lalu berkata: "Dewa Pedang, ternyata puteramu telah sanggup 

menyuguhkan satu permainan yang berharga kepadaku! memang tidak 

percuma kalau kau berhasrat mendirikan satu partai besar dengan anggota-

anggota yang berkepandaian tinggi macam anakmu!". Dewa Pedang tertawa 

cerah. Siapa yang akan menyangka kalau seorang tokoh silat golongan hitam 

Godapati mau bicara dan bersikap jujur seperti itu? 

“Terima kasih, Resi Godapati. Jikalau penyambutan kami terhadapmu 

kurang baik mohon dimaafkan” kata Dewa Pedang pula. Secara nyata 

memang puteranya telah dikalahkan oleh resi kosen itu meskipun 

Jayengrana tidak begitu kehilangan muka karena dia juga berhasil merobek 

jubah lawannya. 

Sekali lagi Resi Godapati menganggukkan kepalanya. Dia memutar 

tubuh hendak meninggalkan sanggung namun langkahnya tertahan ketika di 

lembah di mana telaga itu terletak tiba-tiba sekali terdengar suara 

mengumandang yang dahsyat dan menggidikkan. Lalu tahu-tahu sebuah 

benda jatuh menggelinding di hadapan kaki Dewa Pedang. 

Ketika Dewa Pedang dan semua anggota partai serta para hadirin 

memandang ke benda yang menggelinding itu maka terkejut dan gemparlah 

semuanya karena benda itu bukan lain daripada kepala manusia! 

* * *


BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 LIMA 

Kepala manusia itu berambut gondrong awut-awutan. Mukanya 

berkerinyut, kening sangat lebar, kedua mata membeliak besar, mulut 

menganga. Pada lehernya yang bekas terbabat putus kelihatan darah yang 

telah membeku coklat kehitaman. 

Sungguh satu pemandangan yang mengerikan untuk disaksikan. 

Melihat kepada keadaan muka dan kepala itu serta baunya yang busuk sekali 

nyatalah bahwa manusia pemilik kepala itu telah menemui ajalnya beberapa 

hari yang lewat. 

Mungkin satu minggu bahkan mungkin pula lebih dari itu! 

Dewa Pedang sendiri yang menyaksikan kepala manusia itu jadi 

mengerenyitkan kening. Dia rasa-rasa kenal atau pernah melihat manusia 

tersebut. Pada detik dia coba mengingat-ingat maka pada saat itu pula 

sesosok tubuh manusia berkelebat dan berdiri di atas panggung sambil 

tertawa tiada hentinya. 

Manusia yang datang ini adalah seorang kakek- kakek tua renta 

berbadan kurus kering Tulang-tulang tangan serta kakinya kecil sekali 

sedang tulang dada dan keseluruhan tulang-tulang iganya kelihatan dengan 

jelas. Mukanya sangat cekung, mata sipit. Keanehan manusia ini selain 

hanya mengenakan cawat saja untuk menutupi tubuhnya maka rambutnya 

yang panjang putih dijalin satu ke belakang macam perempuan!Melihat kedatangan manusia ini, untuk kesekian kalinya keadaan di 

tempat itu menjadi gempar! Karena siapakah yang tak kenal dengan seorang 

tokoh silat yang bergelar "Si Cawat Gila"?! 

Tokoh ini bukan saja termasyhur karena ketinggian ilmunya tapi juga 

karena otaknya yang miring. Buktinya begitu datang dia telah 

menggemparkan suasana dengan sebutir kepala manusia!. Sampai selama 

satu kali sepeminum teh Si Cawat Gila masih juga berdiri di panggung itu 

dengan tertawa panjang gelak-gelak! 

Dewa Pedang selaku tuan rumah dan sebagai seorang tokoh silat yang 

telah memaklumi manusia bagaimana adanya tamu yang ada di atas 

panggung itu tetap duduk di tempatnya dan menunggu sampai Si Cawat Gila 

menghentikan tertawanya. Ketika Si Cawat Gila mulai reda tertawanya 

maka bertanyalah Dewa Pedang: 

"Kakek Cawat Gila, gerangan apakah yang telah membawamu datang 

ke sini dengan cara begini rupa ..?" Si Cawat Gila sekaligus menghentikan 

tertawanya. Dikucak-kucaknya kedua matanya lalu memandang lekat-lekat 

pada Dewa Pedang setelah itu memandang berkeliling pada para hadirin 

yang ada. Pandangannya begitu angker menggetarkan! 

Kemudian tokoh silat berotak miring ini memanggut-manggutkan 

kepalanya beberapa kali, mendongak sebentar kelangit lalu berkata: 

"Ah ... jadi betul rupanya aku telah sampai di kaki Gunung Merapi. 

Betul rupanya aku telah sampai di tepi telaga tempat peresmian berdirinya 

Partai Telaga Wangi ...." Orang tua ini memandang lurus-lurus pada Dewa 

Pedang lalu dengan seenaknya tudingkan jari telunjuknya tepat-tepat ke 

hidung Ketua Partai Telaga Wangi itu dan berkata setengah membentak: 

"Kau ya manusianya yang bernama Brajaguna bergelar Dewa 

Pedang?!"“Ya" menjawab Dewa Pedang. Dan Si Cawat Gila tertawa lagi gelak-

gelak. 

"Tampangmu macam manusia biasa, bahkan mirip kunyuk! Kenapa 

pakai gelar Dewa segala? Apa kau keturunan atau titisan Dewa, huh?!" 

Mendengar ejek penghinaan ini maka melompatlah ke muka dua orang 

Pengurus Partai yaitu Klabangsongo den Rah Gundala! 

”Kerempeng tua bangka! Kuharap cepat minta maaf atas mulutmu 

yang bicara seenaknya itu!" membentak Rah Gundala. Suaranya parau 

garang. Manusia ini berbadan gemuk pendek dan berkepala sulah. 

"Monyet gundul yang tak tahu tingginya gunung dalamnya laut, kau 

minggirlah! Aku tak cari urusan denganmu!" Habis berkata begini Si Cawat 

Gila lambaikan tangan kanannya. 

"Wuut!" 

Gelombang angin laksana badai melanda tubuh Rah Gundala! 

Demikian hebatnya sehingga Rah Gundala mental dari panggung, jatuh di 

antara para hadirin dan muntah darah lalu pingsan! 

"lblis tua keparat!" maki Klabangsongo. Pengurus Partai dari Selatan 

segera cabut pedangnya dan melancarkan serangan dahsyatl Namun dengan 

mudah Si Cawat Gila mengelak ke samping. 

Sekali tangan kanannya dihantamkan ke muka maka seperti Rah 

Gundala tadi, Klabangsongo pun mencelat ke luar panggung, tenggelam ke 

dalam telaga. Untuk kedua kalinya air telaga itu kelihatan merah oleh darah 

yang keluar dari mulut Klabangsongo! Dua orang anggota Partai segera pula 

terjun untuk menolong Klabangsongo. 

"Orang tua, lihat pedang!" Tiba-tiba terdengar seruan dan selarik sinar 

putih menderu di muka hidung Si Cawat Gila!Si Cawat Gila terkejut dan buru-buru melompat ke belakang. Yang 

menyerangnya ternyata adalah Jayengrana! Tentu saja Si Cawat Gila terkejut 

diserang demikian rupa. Namun ketika melihat siapa penyerangnya maka dia 

terlebih dahulu tertawa gelak-gelak. 

"Bagus ... bagus! Anaknya juga ingin mencari mampus! Bagus! 

Datang mencari biangnya, anak-anaknya unjukkan diri! Ha ... ha ... ha .... 

Jika masih ada anak-anaknya Dewa Pedang yang lain segeralah maju, biar 

kubikin kojor sekaligus!” Geram sekali Jayengrana kembali menyerbu 

dengan pedangnya sementara semua orang yang hadir menyaksikan dengan 

menahan nafas penuh tegang! Jika dua tokoh Partai Telaga Wangi dapat 

dirobohkan oleh Si Cawat Gila, sungguh sukar diduga sampai di mana 

ketinggian ilmu manusia aneh itu! 

Semua mata memandang tak berkedip ke atas panggung sedang hati 

masing-masing bertanya-tanya gerangan apakah yang membuat Si Cawat 

Gila munculkan diri di situ dan turun tangan sedemikian ganasnya! Sinar 

putih dari pedang Jayengrana bergulung-gulung mengurung Si Cawat Gila 

dari delapan penjuru! Suaranya menderu sedang tubuh Jayengrana hanya 

tinggal bayangannya saja yang kelihatan. Lima jurus berlalu cepat. Si Cawat 

Gila hanya sekali dua saja menggeserkan kaki mengelakkan serangan itu! 

Bahkan dengan masih tertawa-tawa dia bertanya: 

"Ayo, mana itu anak-anak tahi-tahinya Dewa Pedang? Apa cuma yang 

seorang ini saja?!" 

"Tak usah jual bacot di sini, Cawat Gila! Terima ini!" membentak 

Jayengrana. Pedang peraknya berkiblat membuat tiga rantaian ilmu pedang 

Partai Telaga Wangi yang sangat ampuh yaitu "Tujuh Naga Menyambar 

Rembulan" disusul dengan "Naga Sakti Sabatkan Ekor" lalu "Ular Sanca 

Keluar Sarang Mematuk Gunung"."Jurus-jurus tak berguna? Buat apa dikeluarkan!" ejek Si Cawat Gila, 

lalu digesernya kaki-kakinya yang kurus kering itu, tubuh miring ke kiri, 

miring lagi ke kanan kemudian laksana harimau mendekam dan 

menyambarkan kuku-kuku kakinya, maka seperti itulah kedua tangan Si 

Cawat Gila menyambar ke depan dan tahu-tahu pedang Jayengrana sudah 

kena dirampas! Belum lagi habis terkejutnya pemuda ini tangan yang lain 

dari si orang tua sudah menghantam kepala Jayengrana! Pemuda Ini 

terpelanting delapan tombak di luar panggung, kepalanya hancur nyawanya 

lepas! Maka gemparlah keadaan di atas dan di bawah panggung ! 

"Orang tua dajal!" terdengar bentakan perempuan. 

"Kau harus bayar kematian anakku dengan nyawa anjingmu!" Sinar 

putih bertabur ke arah kepala, pinggang dan kaki Si Cawat Gila. Dikejapan 

lainnya dari kiri kanan berkelebat pula dua sosok tubuh manusia. Salah 

seorang dari padanya membentak: 

"Nyawamu harus lepas di sini juga bangsat kerempeng! Tubuhmu 

musti lumat oleh pedangku" Perempuan yang membentak tadi bukan lain 

dari pada Suwita, isteri Dewa Pedang yang menjadi kalap melihat kematian 

anaknya. Sedang dua orang berikutnya ialah Indrajaya dan Bradjasastra, 

putera sulung dan putera bungsu Dewa Pedang! 

Kurang dari sekejapan mata maka tubuh Si Cawat Gila sudah 

terbungkus rapat oleh larikan-larikan dahsyat sinar ketiga pedang lawannya. 

Serangan-serangan ini hebatnya bukan olah-olah. Indrajaya dan Bradjasastra 

meski belum sempurna betul tapi sudah menguasai setiap ilmu silat yang 

diwariskan bapaknya sedang Suwita sendiri di samping ilmu silat yang 

didapatnya dari Dewa Pedang, dia adalah seorang murid dari tokoh sakti di 

Pulau Klabat yang nama tokoh itu mengandung rahasia besar dan sukar 

dipecahkan oleh kalangan persilatan!Menurut dugaan para hadirin yang bermata tajam dan luas 

pengalaman, paling lambat dalam dua jurus akan tamatlah riwayatnya Si 

Cawat Gila itu!. Tapi keliru Di luar dugaan malah terdengarlah kekehan Si 

Cawat Gila tiada hentinya sedang tubuh nya sendiri lenyap! 

“Ha ... ha ... ha .... Apa inikah peraturan Partai Telaga Wangi dalam 

dunia persilatan?! Mengeroyok tiga lawan satu?! Sungguh keji dan 

memalukanl” terdengar suara lantang Si Cawat Gila! 

"Untuk manusia anjing sedeng macammu tak usah pakai aturan 

persilatan segala!" balas membentak Indrajaya. Pedangnya diputar makin 

cepat dalam jurus-jurus yang benar-benar mematikan! 

Dewa Pedang adalah seorang tokoh silat berjiwa kesatria dan 

memegang teguh adat serta aturan persilatan. Meski hatinya sendiri panas 

serta geram bukan main melihat kematian puteranya namun perasaannya itu 

bisa ditekannya sehingga dia tidak menjadi kalap seperti tiga orang lainnya 

itu. Dewa Pedang berdiri dari kursinya. Tangan kiri menekan ujung gagang 

pedang yang tergantung di sisi kirinya. 

"Suwita, Indra, Braja! Kalian bertiga mundurlah!" perintah Dewa 

Pedang. Suaranya keras dan penuh wibawa. 

Namun kali ini agaknya kewibawaan itu tidak mempengaruhi diri 

ketiga orang yang tengah menyerang ganas Si Cawat Gila. Bahkan lndrajaya 

menyahuti: 

"Ayah, jangan banyak bicara tak karuan! Bangsat tua ini membunuh 

adikku! Apa aku sebagai kakaknya akan lepas tangan begitu saja?!" 

"Kataku kalian mundur!" teriak Dewa Pedang lebih keras dari tadi. 

"Kanda.. .." kata Suwita. Tapi ucapannya itu dipotong oleh Dewa 

Pedang:"Walau bagaimanapun kita harus pegang teguh aturan persilatan! 

Mundurlah!" Dengan hati gemas penuh dendam membara namun dibentak 

dan diperintah sampai tiga kali begitu rupa, Suwita dan anak-anaknya 

akhirnya keluar juga dari kalangan pertempuran. Si Cawat Gila kelihatan 

berdiri di tengah-tengah panggung sambil tertawa-tawa. 

"Bagus kau perintahkan demikian Dewa Pedang. Seperempat jurus 

saja terlambat, ketiganya sudah jadi bangkai!" 

"Cawat Gila, antara kita tiada permusuhan! Karenanya aku tak melihat 

adanya alasan mengapa sampai kau membunuh puteraku!" Si Cawat Gila 

hentikan tertawanya. Matanya yang sipit dibesarkan sedikit, dikedip-

kedipkannya lalu tertawa lagi mengakak! 

"Kau katakan tak ada permusuhan? Huh ... apa otakmu sudah 

sinting?! Kau bilang tak ada alasan, huh! Apa kau sudah lupa apa yang kau 

lakukan sekitar satu minggu yang lalu di Kertoragen?! Sialan betul! Kau 

telah membunuh, menebas batang leher Si Kuku lblis! Itu kepalanya kubawa 

sebagai bukti!" Terkejutlah Dewa Pedang. Matanya melirik pada kepala 

manusia yang terhampar di lantai punggung dekat kakinya. 

Selewat satu minggu yang lalu Dewa Pedang memang pernah 

membunuh seorang kepala rampok yang berjulukan Si Kuku Iblis. Hal ini 

terjadi di satu rimba belantara yaitu ketika Si Kuku lblis dan lima anak 

buahnya hendak merampok sebuah kereta barang yang lewat dalam hutan! 

Sewaktu kepala itu tadi dilemparkan oleh Si Cawat Gila di 

hadapannya memang dia rasa-rasa kenal dengan paras itu, namun karena 

keadaannya yang sangat rusak serta berselimutan darah maka sukar lagi 

Dewa Pedang untuk mengenali siapa adanya kepala manusia itu!Mendengar ucapan Si Cawat Gila, Dewa Pedang segera maklum 

bahwa antara Si Kuku lblis dengan si Cawat Gila pasti ada hubungan apa-

apa. Maka menjawablah Ketua Partai Telagra Wangi itu 

"Apa yang dikerjakan oleh Si Kuku lblis yaitu kejahatannya yang 

telah membunuhnya, Cawat Gila. Bukan aku! Setiap manusia macam dia 

akan menerima ganjaran seperti itu!" 

"He ... he ... he! Kau pandai bicara! Tapi apakah kau sudah tahu jalan 

ke neraka?! Kalau belum aku Si Cawat Gila akan tunjukkan jalannya!" 

Manusia sakti kurus kering itu maju dua iangkah. Tangan kanannya 

diangkat tinggi-tinggi ke atas! 

"Terima jurus kematianmu ini, Dewa Pedang! He ... he...!" 

"Cawat Gila!" seru Dewa Pedang sambil alirkan tenaga dalamnya ke 

tangan kanan. 

"Apa hubunganmu dengan Si Kuku Iblis?!" 

"Oh, kau tanya itu?! Tak susah untuk menjawabnya, Si Kuku lblis 

adalah adikku! Sekarang kau tahu bagaimana aku inginkan kau punya 

nyawa, bahkan nyawa keluarga serta anggota-anggota Partaimu!" Dewa 

Pedang bahkan hampir semua dari tamu yana hadir barulah hari itu 

mengetahui bahwa Si Kuku Iblis adalah adik Si Cawat Gila. 

"Cawat Gila," kata Dewa pedang, 

"Siapa pun adanya Si Kuku lblis itu bukan soal! Yang penting ialah 

bahwa dia telah melakukan kejahatan. Dan kebenaran tidak sudi melihat dia 

malang melintang menyebar kejahatan itu ...." 

"Ah di sini bukan tempat dan waktunya untuk bicara bahasa tinggi 

begitu rupa! Bicaralah nanti pada setan-setan neraka ... !" Sudut mata Si 

Cawat Gila menangkap seseorang melangkah ke arah di mana dia berdiri 

berhadap-hadapan dengan Dewa Pedang. Ketika dia menoleh sedikit kesamping ternyata orang ini adalah Resi Godapati atau Tiga Tombak Emas 

Trisula yang sejak tadi masih berdiri di atas panggung itu! Suasana hening 

menegangkan. 

"Cawat Gila, dengan memperhatikan sedikit suasana serta tempat di 

mana kita berada, serta memandang muka para tokoh-tokoh persilatan yang 

hadir di sini, kuharap kau jangan meneruskan maksud-maksud yang 

terkandung di hatimu...!" 

"Eh, kunyuk jubah ungu! Apakah kau bicara mengigau atau memang 

otakmu sudah miring...?!" tukas Si Cawat Gila. Diajak bicara baik-baik tapi 

dijawab sedemikian rupa maka panaslah hati Resi Godapati. 

"Otakku mungkin sudah miring, tapi belum lagi semiringmu!" 

jawabnya. 

"Hem .... Ini lagi contohnya manusia yang tidak tahu tingginya 

gunung dalamnya laut. Kalau sudah bosan hidup bilang saja, biar lekas-lekas 

kukirim roh busukmu ke neraka!" 

"Bicaramu terlalu besar, Cawat Gila!" 

"Nyalimu juga keliwat besar Godapati!" 

"Kau masih belum punya enam kepala selusin tangan, Cawat Gila...!" 

"Oh ... apakah kau punya nyawa rangkap?!" menukasi Si Cawat Gila. 

"Aku memang tak punya nyawa rangkap. Tapi untuk menghadapimu, 

sampai seribu jurus pun akan kujalani!" 

"Bagus sekali! Tapi biar kutanya dulu, apakah dalam hal ini kau 

membela Dewa Pedang?" 

"Aku tak membela siapa-siapa!" 

"Lantas kenapa jual mulut?! Jangan coba menunjukkan kebesaran 

budi serta kebaikanmu dimuka orang banyak! Semua orang tahu, 

perkumpulan yang bagaimana adanya perkumpulan yang kau dirikan diPulau Wuwutan! Semua orang di sini tahu bahwa kau adalah resi sesat bau 

tengik yang melakukan apa saja asal disumpal pantatnya dengan uang dan 

mulutnya dengan harta!" Habis berkata begitu Si Cawat Gila tertawa 

terkekeh-kekeh. 

"Tak ada jalan lain," kata Resi Godapati sambil mengeluarkan 

senjatanya yaitu tombak berkepala tiga yang terbuat dari emas. 

"Rupanya kau betul-betul ingin cepat-cepat menghadap hantu 

neraka…. !" Si Cawat Gila tertawa bergelak. Tiba-tiba dia melengking 

nyaring. Kedua tangannya dipukulkan ke muka. Angin laksana topan 

menggebubu! Resi Godapati melompat enam tombak dan ayunkan tombak 

kepala tiganya ke arah lawan lalu susul dengan tendangan kaki kiri kanan. 

Hebatnya sebelum tombak dan dua tendangan mencapai sasaran yang 

diarah, tahu-tahu ketiga serangan tersebut sudah berubah arah ke bagian 

tubuh yang lain dari Si Cawat Gila! Geram dan kaget juga Si Cawat Gila 

melihat serangan lawan ini. Tubuhnya yang kurus kering itu berkelebat 

ganas, kedua tangan sambar menyambar menimbulkan angin deras. 

Di lain pihak Resi Godapati tiada henti mengirimkan serangan tombak 

emasnya yang sekaligus juga merupakan senjata pembenteng tubuhnya! 

Setelah lima jurus berlalu dan dia masih belum dapat membuat suatu 

apa terhadap lawannya maka marahlah Si Cawat Gila. 

“Manusia sontoloyo! Terima ini!" bentak Cawat Gila Tubuhnya 

lenyap. Dua tangan dan dua kakinya bergerak tak kelihatan. 

Kemudian terdengarlah jeritan Resi Godapati. Tombak emasnya 

kelihatan mental ke udara sedang tubuhnya sendiri terlempar ke bawah 

panggung. Resi ini coba duduk bersila untuk mengalirkan tenaga dalam dan 

mengobati luka hebatnya. Namun tulang dadanya sudah hancur. iga-iganya

telah patah. Hanya sesaat tubuhnya duduk bersila, sesudah itu Godapati 

rebah ke tanah tanpa nyawa! Semua yang hadir sama terkatup mulutnya. 

Suasana sehening di pekuburan. Si Cawat Gila tertawa membahak. 

Kemudian diputarnya tubuhnya menghadapi Dewa Pedang yang berdiri 

sembilan tombak di depannya. Dia menyeringai dan berkata: 

"Kematianmu lebih buruk dari Resi keparat itu, Dewa Pedang!" 

Perkataannya itu langsung saja ditutup dengan satu serangan dahsyat! Ta-

ngan kanan mencengkeram ke muka sedang tendangan kaki kiri menyeruak 

ke bawah selangkangan! 

Dewa Pedang yang memang sudah hampir hilang kesabarannya serta 

dendam terhadap kematian puteranya kini tidak tinggal diam. Tubuhnya 

merunduk, kedua tangan dipukulkan ke muka. Inilah satu pukulan jarak jauh 

yang hebat yang hendak dilepaskan nya! 

Ketika kedua tangan Dewa Pedang kelihatan bergerak ke muka maka 

Si Cawat Gila merasakan tubuhnya yang melesat di udara itu menerima 

tekanan yang hebat! Tubuhnya terhuyung-huyung dan serangannya buyar. 

Kaget sekali dia jadinya. Tak salah kalau adiknya Si Kuku lblis menemui 

ajal di tangan Ketua Partai Telaga Wangi yang nyatanya memiliki ilmu 

pukulan tangan kosong demikian lihainya! 

Didahului dengan bentakan menggeledek maka kelihatanlah tubuh Si 

Cawat Gila menukik ke bawah laksana seorang perenang yang tengah 

menyelam dan tahu-tahu kedua tinjunya sudah menjotos ke perut dan dada 

Dewa Pedang! Dewa Pedang dengan beringas sambuti tinju lawan dengan 

tinju pula. 

"Bukk!" 

"Bukk!"Dua tinju yang mengandung tenaga dalam yang sangat tinggi sama-

sama beradu dan mengeluarkan suara keras. Akibatnya juga hebat. Tubuh 

Dewa Pedang terbanting ke belakang! Kalau saja ilmu meringankan 

tubuhnya tidak sempurna pastilah dia akan terus jatuh duduk atau 

terjerongkang di lantai panggung. 

Sebaliknya Si Cawat Gila sendiri kelihatan terpelanting ke belakang 

sampai satu tombak! Untuk kedua kalinya tokoh silat berotak miring ini jadi 

terkejut. 

Yang sudah-sudah bila seorang lawan berani menyambuti dua jotos-

annya. kalau tidak hancur kedua tangannya pasti akan-terluka tubuhnya di 

sebelah dalam. Tapi di saat itu dilihatnya Dewa Pedang masih berdiri dan 

dalam keadaan segar bugar. Hanya kedua tangannya saja yang kelihatan 

kemerah-merahan!. Mulut Si Cawat Gila berkemak kemik. 

"Rupanya kau memang ada isi juga huh...!" ujarnya menyeringai buas. 

Kedua tangannya saling digosok-gosok satu sama lain. Dan sesaat kemudian 

kedua tangan itu terkepal membentuk tinju dan berwarna biru!, 

Dewa Pedang maklum kalau lawan hendak mengeluarkan ilmu 

pukulannya yang dahsyat Karenanya segera dia bersiap-siap! Para penonton 

keseluruhannya menahan nafas melihat pertempuran yang bukan main 

hebatnya ini. 

Cawat Gila mengangkat kedua tangannya keatas, sejajar dan sama 

tingginya dengan kepalanya yang bermuka cekung itu. Tampangnya kelihat-

an semakin angker. 

"Selama aku memiliki llmu Pukulan Siluman Biru tak satu manusia 

pun yang sanggup menahannya! Telah dua ratus empat puluh tokoh-tokoh 

silat yang mampus di tanganku, kau adalah korban yang ke dua ratus empat 

puluh, Dewa Pedang!" Mendengar nama pukulan yang bakal dilancarkanoleh lawannya maka Dewa Pedang lipat gandakan tenaga dalamnya. Dan 

disaat itulah Si Cawat Gila dengan suara tertawa melengking-lengking 

menyerbu ke muka! Dua larik sinar biru melesat dan menukik ke bawah ke 

arah kepala Dewa Pedang. 

Ketua Partai Telaga Wangi ini cepat berkelit dan balas mengirimkan 

sodokan siku ke arah tulang iga lawan namun dengan lipatkan lututnya Si 

Cawat Gila berhasil membuyarkan sodokan siku Dewa Pedang sedang kedua 

tinjunya kiri dan kanan masih terus menderu deras ke batok kepala Dewa 

Pedang! 

Dewa Pedang ragu-ragu untuk menangkis pukulan lawan, karenanya 

dengan cepat membuang diri ke samping. Dua pukulan Si Cawat Gila lewat 

menderu di sisinya. 

"Braaak ... braak!" 

Lantai panggung yang terbuat dari papan tebal patah dan pecah kena 

dihantam angin Pukulan Siluman Biru yang dilancarkan oleh Si Cawat Gila 

Semua orang meleletkan lidah. Dapatlah dibayangkan bagaimana hebatnya 

ilmu pukulan itu. Dewa Pedang sendiri terkejutnya bukan main. 

Dua tokoh silat yang duduk di antara jejeran para tamu saling 

berbisik. 

”Naga-naganya Ketua Partai Telaga Wangi tak bakal sanggup 

menghadapi lawannya sampai dua puluh jurus ...." 

"Sukar di jajaki memang tingginya ilmu Si Cawat Gila! Tapi Dewa 

Pedang sendiri agaknya belum mengeluarkan ilmu-ilmu simpanannya. 

Meski umur muda tapi jangan terlalu memandang remeh Dewa Pedang ...." 

balas membisik tokoh silat lainnya. 

Pada saat itu di atas panggung terjadi pertempuran sangat seru antara 

Si Cawat Gila dan Dewa Pedang. Sinar biru dan sinar putih gulungbergulung. Agaknya Dewa Pedang pun sudah mengeluarkan ilmu pukulan 

yang diandalkannya! 

Di saat pertempuran berjalan seru-serunya itu, di saat semua mata 

hampir tak berkedip memandang ke atas panggung maka terdengarlah 

pekikan-pekikan dahsyat itu. Dan didetik itu pula mata semuanya 

menangkap bayangan empat sosok tubuh manusia! 

"Hentikan pertempuran!" membentak salah seorang dari keempat 

pendatang itu. Suaranya menggetarkan lembah! Menyirapkan dada setiap 

yang hadir! Kemudian kelihatanlah empat sosok tubuh gadis berbadan 

ramping bagus berdiri di atas panggung. 

Ketika diperhatikan parasnya maka gemparlah suasana mereka yang 

hadir! Bagaimana tidak! Keempat gadis berbadan langsing bagus dan 

berkulit kuning mulus itu memiliki paras-paras yang mengerikan. Paras 

tengkorak! 

* * *

BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 ENAM 

Dewa Pedang dan Si Cawat Gila juga dibuat terkeiut oleh suara 

pekikan serta suara membentak memerintah yang menggetarkan lembah itu. 

Keduanya sama-sama bersurut mundur dan memandang ke samping kanan! 

Ternyata empat gadis bermuka Tengkorak berdiri di atas panggung. Paras 

yang menggidikkan itu jelas membayangkan maut. 

“Setan kesasar! Apa urusanmu, apa pangkatmu menyuruh kami 

menghentikan pertempuran, huh?!" kertak Si Cawat Gila pada gadis muka 

tengkorak yang berdiri paling muka dan berpakaian merah ringkas. 

"Monyet ceking kerempeng! Mulutmu terlalu murah menghina! 

Nyawamu tak aku lepaskan ... !" Dan ucapan si muka tengkorak baju merah 

terpotong oleh suara tertawa membahak dari Si Cawat Gila. 

"Berani menghina berani mampus!" katanya. 

"Hem. .. rupanya kau.juga kelewat tekebur, monyet ceking!" Si Cawat 

Gila tertawa lagi gelak-gelak. 

"Jika saja kau tahu berhadapan dengan siapa saat ini, pastilah kau 

akan lari terbirit-birit!" 

"Kentut!" maki si pakaian merah marah sekali. Tangan kirinya 

bergerak mengebutkan lengan bajunya. 

"WUTTT!" 

Angin laksana badai menggebu ke arah Si Cawat Gila. Mula-mula Si 

Cawat Gila menganggap enteng dan tertawa-tawa saja menerima pukulan 

itu. Dengan acuh tak acuh dilambaikannya tangan kirinya untuk meleburserangan lawan. Namun alangkah terkejutnya dia! Lambaian tangannya tak 

sanggup memusnahkan serangan lawan. Sebaliknya sambaran angin lawan 

itu membuat tubuhnya tergontai-gontai! Dan jika detik itu dia tidak cepat-

cepat melompat ke samping, pastilah tubuhnya akan mencelat ke luar 

panggung! 

Si Cawat Gila keluarkan keringat dingin. Parasnya mengkerut. Tenaga 

dalam si muka tengkorak hebatnya bukan main, pikir laki-laki tua 

kerempeng itu. 

"Muka tengkorak, kau siapakah?!" tanya Si Cawat Gila dengan 

membentak garang. Yang ditanya tertawa mengekeh: 

"Kami adalah iblis-iblis pencabut sukmat! Kau dengar itu ... ?! 

Sekarang terimalah kematianmu!" 

"Manusia buruk hina dina! Jangan mimpi di siang bolong!" tukas Si 

Cawat Gila. Kedua tangannya digosok-gosok dan dengan serta merta 

menjadi biru! 

"lblis betina, in! makan pencarianmu!" teriaknya. Si Cawat Gila 

lancarkan Pukulan Siluman Biru yang dahsyat! 

Gadis berpakaian merah memekik nyaring. Tubuhnya melompat enam 

tombak dan ketika menukik lagi maka dari tangan kanannya melesat selarik 

sinar hijau yang disusul dengan menyambarnya tiga ekor binatang kala 

hijau! . 

"Kala Hijau!" seru Si Cawat Gila terkejut. Hatinya tergetar. Dewa 

Pedang dan seluruh manusia yang hadir di situ juga kaget bukan main. 

Beberapa tokoh silat yang menyadari bahwa ilmu kepandaiannya masih 

belum sempurna menjadi pucat paras mereka. Sejak dua bulan belakangan 

ini ”Kala Hijau" telah muncul di dunia persilatan! Kini muncul di hadapan 

mereka tentu saja semuanya menjadi cemas serta tegang.Cawat Gila memukul ke muka. Sinar biru Pukulan Siluman Biru 

menderu. Tapi sudah kasib tiada guna. Salah seekor dari kala hijau telah 

lebih dahulu menancap dan amblas ke dalam kepalanya. Menyusul kedua 

dan ketiga! Cawat Gila memekik penuh keseraman. Sebelum tubuhnya 

rebah Cawat Gila masih berusaha melancarkan serangan "Cengkeraman 

Naga Atas Langit". Tapi percuma. Tubuhnya terbanting ke lantai panggung, 

kelojotan seketika :alu diam kaku tak bergerak lagi! 

Seruan terkejut dan kegemparan sepe.rti mau merobohkan langit di 

atas lembah sekitar telaga itu! Namun suasana segera menghening ketika si 

muka tengkorak pakaian merah membentak buas: 

"Manusia-manusia hina dina! Diam semua!" Meskipun semua yang 

hadir berdiam diri dan menahan nafas melihat munculnya empat gadis muka 

tengkorak, namun banyak di antara tokoh-tokoh silat yang punya nama besar 

merasa sangat direndahkan dan dihina. 

Apalagi mereka dari golongan putih yang memang sudah tak 

bersenang hati mendengar kemunculan dan kekejaman yang dilakukan oleh 

keempat manusia itu sejak dua bulan belakangan ini! 

Salah seorang dari mereka ialah Brahmana Wingajara yang bergelar 

"Sepasang Tangan Putih", seorang tokoh silat yang memiliki lengan dan 

tangan berwarna putih sekali dan justru pada kedua tangan yang putih inilah 

terletak kehebatannya. Tanpa menunggu lebih lama sang Brahmana 

melompat ke atas panggung. 

"Babi botak gendut!" bentak si muka tengkorak berpakaian merah. 

Wingajara memang berbadan gemuk buncit, berkepala botak dgn pendek 

kontet. Apakah kau juga ingin cepat-cepat mampus berani naik ke atas 

panggung ini?!" Brahmana Wingajara tertawa tawar. Jawabnya.

Panggung ini bukan kau yang bikin, bukan pula milikmu! Tuan 

rumah sendiri tidak melarang aku naik ke sini, manusia muka setan!" 

Sebenarnya sebagai Brahmana, Wingajara jarang dan hampir tak pernah 

memaki orang atau bicara kasar. Tapi saat itu, karena dihina demikian rupa, 

apalagi di hadapan puluhan tokoh-tokoh silat, kalaplah Brahmana Wingajara 

sehingga terlepas semprotannya! 

Si pakaian merah tertawa mengikik. "Lantas apa maumu datang ke 

sini?!" 

Brahmana Wingajara tak menjawab melainkan berpaling pada para 

hadirin dan berkata: "Saudara-saudara sekalian, dari apa yang pernah kalian 

dengar sejak dua bulan belakangan ini! Dari apa yang kita semua saksikan 

pada hari ini, maka sudah dapat kita bayangkan bersama apa yang bakal 

menimpa dunia persilatan di masa mendatang, terutama bagi kita golongan 

putih jika gadis-gadis muka tengkorak setan dajal berhati iblis ini dibiarkan 

hidup lebih lama ...." 

"Tutup mulutmu Brahma tahi kucing! Terima ini!" Si muka tengkorak 

berpakaian merah menendang ke muka. Angin tendangan ini bukan main 

dahsyatnya. Sambil berkelit Wingajara pukulkan kedua tangannya ke muka. 

Asap putih panas menderu menyambar si baju merah! Gadis muka 

tengkorak ini tersurut mundur lalu dari samping lancarkan serangan ganas! 

Sinar hijau menderu, tiga kala hijau melesat dan terdengarlah jerit kematian 

Brahmana Wingajara. Dua dari kala hijau menancap di keningnya Yang 

ketiga amblas masuk ke dalam mata sebelah kiri! 

Sekali lagi suasana diselimuti kengerian dan kegemparan. Dan sekali 

lagi si merah membentak garang: "Manusia-manusia keparat, diam semua!"Para hadirin terpaku kecut di kursi masing-masing. Melihat naga-naga 

yang kurang baik rni beberapa di antara mereka berdiri dari kursi. Cepat-

cepat muka tengkorak pakaian merah berseru 

"Tak satu orang pun diizinkan meninggalkan tempat ini! Siapa yang 

berani melakukannya berarti mampus!" Menyaksikan pembunuhan yang 

bertentangan dengan hati nurani serta jiwa satrianya ditambah lagi dendam 

kesumatnya terhadap Si Cawat Gila belum lenyap meski manusia itu sudah 

menjadi bangkai kini, maka Ketua Partai Telaga Wangi maju selangkah ke 

arah si muka tengkorak.

”Telah dua bulan kudengar kehebatan nama kalian dalam kejahatan 

dunia persilatan. Sebagai orang-orang dunia persilatan aku menghormati 

kalian, tapi sebagai golongan hitam jahat yang berhati iblis, aku tidak sudi 

melihat kalian! Karena itu aku harap segera meninggalkan tempat ini! Aku 

tak ingin melihat kejahatan dan pembunuhan lebih banyak!" 

Si baju merah berpaling pada tiga kawan-kawannya. Keempatnya 

kemudian tertawa gelak-gelak. 

"Ketua Partai Telaga Wangi, kau tak ingin melihat pembunuhan lebih 

banyak katamu. ..? Tapi apa kau tahu bahwa kau juga bakai mampus di 

tangan kami, kecuali ...." 

"Kecuali apa ... ?!" potong Dewa Pedang. 

"Kecuali jika kau dan seluruh anggota Partaimu mau berlutut dan 

masuk ke dalam Partai yang bakal kami dirikan yaitu Partai Lembah 

Tengkorak!" Dewa pedang mendengus dan menjawab: 

"Manusia-manusia macam aku sampai mati sekali pun tiada sudi 

berlutut terhadap kalian! Apalagi masuk Partai durjana kalian! Kalau mau 

cari anggota Partai, carilah ke liang neraka! Di sana pasti banyak manusia-

manusia bertampang macam kalian dan bersedia masuk Partai kalian!"Keempat gadis muka tengkorak itu tertawa gelak-gelak. 

"Ketua Partai Telaga Wangi," kata muka tengkorak yang berpakaian 

hitam, 

"Kau andalkan apakah berani bicara demikian?!" 

"Mungkin dia punya nyawa rangkap!" kata yang berbaju biru. 

"Betul, satu nyawa manusia, satu lagi nyawa anjing!" menimpali si 

baju merah. Dan keempat manusia itu kemudian tertawa lagi gelak-gelak! 

Dihina demikian, Dewa Pedang masih bisa menahan luapan amarahnya. 

Namun tidak demikian dengan isterinya. 

"Perempuan setan! Bicaramu terlalu menghina dan terlalu tekabur! 

Jaga kepalamu!" Satu sambaran pedang menderu di muka hidung si baju 

merah, membuat gadis muka tengkorak ini terkejut dan tersusur lima tindak! 

"Akh perempuan cantik ... kau tentu isteri Ketua Partai Telaga 

Wangi." kata si muka tengkorak baju merah. 

"Terhadapku tak usah bersikap garang! Bagusnya ajak lakimu dan 

anggota-anggota Partai untuk masuk ke dalam Partai kami dan kalian semua 

pasti selamat dari kematian" 

"Batang lehermu yang harus diselamatkan lebih dahulu, perempuan 

durjana!" teriak Suwita. Pedang peraknya menyambar ganas ke arah si baju 

merah. Yang diserang menyambuti dengan suara tertawa mengikik. 

"Perempuan tak tahu diri!" maki si baju merah seraya mengelak ke 

samping dan berseru pada kawannya: 

"Kala Biru cepat selesaikan perempuan tolol ini!" Gadis muka 

tengkorak yang berpakaian biru melompat ke muka menghadang Suwita. 

Namun dari belakang isteri Dewa Pedang melompat pula seseorang 

menghadapi Kala Biru. Orang ini bukan lain daripada lndrajaya putera tertua 

Dewa Pedang!"Aku lawanmu, gadis muka setan hati iblis!" bentak Indrajaya. Bola 

mata Kala Biru berputar dan berkilat melihat kegagahan paras pemuda yang 

berdiri di hadapannya. Diam-diam hatinya tertarik. Kala Merah yaitu gadis 

muka tengkorak yang berpakaian merah, mengetahui hal ini dan cepat 

membentak. 

"Kala Biru, lekas laksanakan apa yang aku bilang! Pemuda itu harus 

mampus dalam satu jurus!" Dalam malang melintang di dunia persilatan 

guna mencapai rencana yang ditugaskan gurunya yaitu hendak mendirikan 

Partai Lembah Tengkorak maka Kala Merah yang memang lebih tinggi 

setingkat ilmunya dari tiga kawan-kawannya yang lain, bertindak sebagai 

pimpinan. Kala Biru mengeluh dalam hati. 

Hatinya iba juga melihat pemuda segagah lndrajaya harus menemui 

kematian di tangannya. Tapi bila dia ingat bentakan Kala Merah serta ingat 

pesan orang yang tidak sudi memasuki Partainya atau coba membangkang, 

maka rasa iba itu dengan serta merta menjadi lenyap. 

Dengan memekik keras Kala Biru menyerang Indrajaya. Si pemuda 

kiblatkan pedangnya menyambuti serangan itu. Tapi Kala Biru bukanlah 

tandingan Indrajaya. Sebelumnya sudah disaksikan oleh semua mata 

bagaimana Kala Merah yang ilmunya satu tingkat saja lebih tinggi berhasil 

merubuhkan Si Cawat Gila serta Brahmana Wingajara dalam satu jurus 

maka dapatlah diramalkan bahwa lndrajaya betul-betul akan menemui 

ajalnya dalam satu jurus pula! 

Demikianlah, meski dalam setengah jurus pertama itu Indrajaya dapat 

mengurung serta menekan lawan dengan permainan pedangnya yang cepat 

dan sebat, namun ketika Kala Biru mengangkat tangan kanannya tinggi-

tinggi ke atas dan memukulkannya ke depan, ketika kala-kala hijau 

menghambur ke arah kepala pemuda itu, maka lndrajaya menjadi gugupDalam kegugupannya ini dicobanya merambas tiga ekor kalajengking 

yang menyerangnya dengan tebasan pedang, namun terlambat sudah! Dua 

ekor kala hijau menancap di keningnya. Yang ketiga di pipi kiri! lndrajaya 

meraung keras. Tubuhnya rebah ke lantai papan. Sebelum meregang, 

nyawanya pemuda ini masih sanggup melemparkan pedang ke arah Kala 

Biru tapi dengan satu lambaian tangan kiri saja maka pedang itupun mental! 

Dendam kesumat yang bergejolak serta amarah murka yang 

membakar hati akibat kematian puteranya Jayengrana belum lagi putus, kini 

puteranya yang tertua menemui ajalnya pula dengan cara yang mengenaskan 

begitu rupa maka kalaplah Dewa Pedang. 

"Sreeet!" 

Ketua Partai Telaga Wangi itu mencabut pedangnya. Sinar putih 

pedang bertabur menyilaukan mata. 

"Jangan harap kau bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup, Kala 

Biru!" bentak Dewa Pedang. Di belakang Dewa Pedang, Suwita, 

Bradjasastra dan Pengurus Partai Klabangsongo melompat ke muka, tanpa 

banyak cerita mereka segera menerjang tiga gadis muka tengkorak lainnya 

yaitu Kala Merah, Kala Putih dan Kala Hitam. Maka terjadilah pertempuran 

yang seru di atas panggung. Namun keseruan itu tidak berjalan lama. Segera 

digantikan dengan kengerian! Tiga larik sinar hijau melesat maka 

terdengarlah jeritan maut Suwita, Indrajaya serta Brajasastra! Ketiga orang 

ini terkapar di lantai panggung. Masing-masing kepala mereka ditancapi 

kala hijau beracun! 

Dewa Pedang yang saat itu dengan ilmu pedang serta jurus-jurus yang 

lihai mematikan dan tengah mendesak hebat Kala Biru dalam permulaan 

jurus kedua, melihat kematian isteri serta putera bungsu yang paling 

disayanginya menjadi kalap luar biasa! Kekalapan ini membuat dia lupa diridan mengamuk membabi buta. Pedangnya berkiblat ganas kian kemari tapi 

tanpa perhitungan sama sekali! 

Ketika taburan sinar hijau dan tiga ekor kelabang hijau beracun 

menderu ke arahnya, hanya satu saja dari binatang elmaut itu yang sanggup 

dielakkannya. Dua ekor lainnya menyambar dan menancap di kepalanya! 

Ketua Partai Telaga Wangi terhuyung-huyung. Matanya mendelik 

menahan sakit yang luar biasa. Tiba-tiba dia meraung dan menyerbu ke 

muka! Pedangnya berkelebat! Serangannya yang tiba-tiba sungguh tidak 

diduga oleh Kala Biru. Gadis muka tengkorak ini melompat dengan cepat 

namun tak urung bajunya kena juga tersambar sehingga robek! 

"Setan alas!" rutuk Kala Biru. Pada saat tubuh Dewa Pedang meliuk 

dalam meregang nyawa, Kala Siru hantamkan tendangannya ke perut Dewa 

Pedang. Tak ampun lagi Ketua Partai yang belum lagi satu hari didirikan itu 

mencelat mental, masuk ke dalam telaga! 

Pengurus Partai Telaga Wangi daerah Utara berseru memerintah pada 

dua orang anggota Partai: 

"Lekas ambil jenazah Ketua dan selamatkan ke hutan!" Dua anggota 

Partai segera hendak melompat ke dalam telaga tapi terhalang oleh bentakan 

Kala Merah: "Siapa yang berani bergerak akan mampus!" 

Pengurus Partai tadi yaitu Jambakrogo melompat ke hadapan Kala Merah. 

"Kekejamanmu melewati takaran manusia iblis! Kupasrahkan selembar 

nyawaku untuk mencincang kau ... !" Habis berkata begitu Jambakrogo 

lancarkan serangan pedang, dua tendangan serta satu jotosan! Kehebatan se-

rangan ini tak bisa dianggap remeh! Namun justru Kala Merah tidak 

pandang sebelah mata. Sekali tangan kanannya bergerak, sekali larikan sinar 

hijau melesat maka terdengarlah jeritan Jambakrogo, nyawanya putus!Tiga pengurus Partai yaitu yang tadi sudah sama-sama kena terpukul 

pingsan oleh Si Cawat Gila dan Nenek Kelewang Merah dan saat itu masih 

berada dalam keadaan terluka tiada ambil perduli lagi keadaan diri masing-

masing. Ketiganya menyerbu ke muka. 

Klabangsongo berseru: "Seluruh anggota Partai lekas bentuk barisan -

telaga maut!" Mendengar ini anggota Partai Telaga Wangi yang memang 

sudah sejak tadi menahan kegeramannya dan ingin lekas-lekas turun tangan, 

segera bergerak membentuk barisan yang dinamakan Telaga Maut. Barisan 

ini berbentuk lingkaran dan terdiri dari lima lapis. Karena Partai Telaga 

Wangi belum lagi dikenal maka semua yang hadir di situ tak mengetahui 

sampai di mana kehebatan barisan "Telaga Maut" itu! 

Di samping itu sebagian besar dari para tamu tidak lagi 

memperdulikan apa yang terjadi dan bakal terjadi di atas panggung. Dalam 

kekacaubalauan di atas panggung itu mereka mencari kesempatan untuk 

meninggalkan tempat itu. Namun begitu mereka berdiri dan bergerak, 

terdengarlah bentakan Kala Hitam. 

"Berani meninggalkan tempat ini, berani mampus!" Orang-orang yang 

hendak berlalu itu tertegun seketika. Tapi sekelompok di antaranya tiba-tiba 

berhamburan dan kabur. Kala Hitam dan Kala Merah yang berada di ujung 

panggung dan paling dekat dengan orang-orang itu membentak nyaring. 

"Mampuslah!" teriak mereka. Dua gelombang sinar hijau menyambar. 

Maka terdengarlah pekik-pekik maut. Keseluruhan kelompok hendak 

melarikan diri itu terkapar di tanah, tak satu pun yang hidup! Yang 

menyaksikan berdiri dengan lutut gontai! 

"Siapa yang mau kabur lagi, silahkan!" berseru Kala Merah. Tak ada 

yang berani bergerak. Namun ini bukan berarti bahwa semua tamu yang 

hadir itu merasa jerih terhadap Kala Merah dan kawan-kawannya.Beberapa tokoh sengaja, menahan kegeraman mereka sampai saat di 

mana mereka merasa tepat untuk maju! 

Tiba-tiba di atas panggung terdengar teriakan-teriakan keras! Ternyata 

barisan "Telaga Maut" sudah mulai bergerak. Lingkaran sinar putih 

kelihatan bergulung-gulung mengurung keempat gadis bermuka tengkorak 

itu dengan sangat dahsyatnya! 

Keempatnya mula-mula sama menganggap remeh barisan itu. Sekali 

mereka menggerakkan tangan maka mampuslah semua pengurung itu, pikir 

mereka. Namun ketika mereka terdesak hebat dan hendak melancarkan 

serangan "Kala Hijau" segera mereka ketahui bahwa dikurung demikian 

rupa, tak mungkin bagi mereka untuk mengangkat tangan tinggi-tinggi dan 

menghantamkannya ke muka! 

Keempatnya kaget dan hanya ketinggian ilmu mengentengi tubuh 

mereka sajalah yang dapat menyelamatkan mereka dari arus pedang yang 

dahsyat laksana gelombang melanda karang itu! Meskipun dapat bertahan 

namun lama-lama keempatnya merasa khawatir juga. Keempatnya diam-

diam mencari siasat dan begitu mereka berhasil mengetahui kelemahan 

barisan "Telaga Maut" itu maka dengan cepat keempatnya melancarkan 

serangan terpusat pada dua orang anggota barisan! 

Dua pekikan terdengar merobek langit. Dua sosok tubuh anggota 

barisan "Telaga Maut" mencelat ke udara, jatuh di tanah tanpa nyawa. 

Dengan demikian maka bobollah kehebatan barisan yang sangat diandalkan 

oleh Partai Telaga Wangi itu. Sekelompok demi sekelompok mereka 

terguling tanpa nyawa! Pada saat Kala Merah dan kawan-kawannya 

terkurung rapat oleh barisan "Telaga Maut" maka sebagian besar dari para 

tamu yang merasa tidak aman dan tak punya harapan bila melakukan 

perlawanan terhadap Kala Merah serta kawan-kawannya segerameninggalkan tempat itu. Namun tokoh-tokoh utama lainnya tetap duduk di 

tempat mereka, 

Terutama tokoh-tokoh silat kalangan putih yang bersahabat baik 

dengan Dewa Pedang almarhum. Kini di atas panggung kelihatan 

pemandangan yang betul-betul mengerikan. Puluhan tubuh manusia terkapar 

tanpa nyawa. Ada yang hancur kepalanya, ada yang robek perutnya atau 

melesak dadanya tapi yang paling banyak ialah yang mati akibat "Kala 

Hijau" beracun yang dilepas oleh keempat gadis bermuka tengkorak yang 

haus jiwa manusia itu! 

* * *

BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 TUJUH 

Di atas panggung Partai Telaga Wangi yang kini Cuma tinggal nama 

saja Kala Merah berdiri bertolak pinggang menghadapi para hadirin yang 

kini hanya tinggal separoh saja lagi. 

"Mana yang lain-lainnya?!" tanya Kala Merah membentak. Sepasang 

matanya membeliak. Tapi tak ada satu pun dari yang hadir yang mem-

berikan jawaban. Kala Merah menyapu rnereka dengan Pandangannya yang 

tajam. Melihat kepada sikap Orang-orang itu dan melihat bagaimana mereka 

masih punya nyali untuk mendiamkan Pertanyaannya, Kala Merah maklum 

bahwa orang-orang itu tentulah tokoh-tokoh silat berkepandaian tinggi. 

Namun ini tidak mengejutkan hatinya. Malah sebaliknya Kala Merah 

menjadi gembira dapat berhadapan dengan tokoh-tokoh kawakan dunla 

persllatan itul 

"Kerbau-kerbau dogol, apa kalian tidak Punya mulut?! Orang ber-

tanya didiamkan saja? Atau mungkin tuli semua?!" 

Mendadak terdengar suara tertawa rnengekeh dari panggung sebelah 

Barat. "Kala Merah, jika kau punya nyali, turunlah!" 

Kala Merah dan kawan-kawannya tentu saja kaget sekali dan 

memandang ke jurusan Barat tapi tak dapat mengetahui siapa adanya orang 

yang bicara itu karena dia mempergunakan ilmu memindahkan suara! 

”Keparat pengecut, berani menantang berani unjukkan diril" bentak 

Kala Merah penasaran. 

Terdengar lagi suara tertawa mengekeh.“aku akan unjukkan diri bila kau bersedia bertempur dengan 

membuka kedok tengkorakmu!" 

Mata Kala Merah membeliak. Darahnya tersirap. Demikian juga 

dengan Kala Hitam. Kala Putih dan Kala Biru. Rupanya Manusia yang 

bersuara itu selain sakti juga mengetahui rahasia kedok tipis yang mereka 

pakai! Karena geramnya Kala Merah hantamkan pukulan "Kala Hijau" ke 

bagian panggung sebelah Barat itu! Jerit kematian terdengar di bagian situ! 

Enam tokoh silat golongan putih dan dua golongan hitam roboh 

terjerongkang dari kursi masing-masing. 

Jika belum juga unjukkan diri, semua yang ada di sini akan kubikin 

minggat ke akhiratl" ancam Kala Merah. 

"He... he ... enaknya kalau bicara!" terdengar jawaban Orang yang tak 

kelihatan dan tak diketahui di mana beradanya itu. "Kesaktianmu memang 

patut dikagumi perempuan-perempuan iblis Kejahatan mu melewati batas! 

Dunia persilatan akan bersatu menghancurkanmu! Sekalipun kalian punya 

sepuluh nyawa, kalian tak bakal dapat hidup lama!" 

"Kentut!" bentak Kala Merah gusar sekali. 

"Kalau aku kentut, kalian adalah tahinya!" terdengar Suara tertawa 

mengekeh. Kedua tinju Kala Merah dan kawan-kawannya sama terkepal 

erat, tapi kepada siapakah mereka akan turun tangan? 

Tak sedikit pun mereka tahu dari mana sebenarnya datang suara itu 

dan siapa adanya orang yang bicara! 

Kala Biru mendekati Kala Merah dan berbisik: 

” Kakak Kala Merah tak usah perdulikan manusia keblinger itu. 

Sebaiknya kita mulai saja urusan dengan semua yang hadir di sini." 

Kala Merah mengangguk. Dia berdiri di tepi Panggung sebelah muka 

dengan bertolak pinggang. Setelah menyapu paras semua yang hadir dengansepasang matanya yang tajam menyorot itu maka dia pun membuka mulut. 

Suaranya nyaring lantang dan mengumandang ke seluruh pelosok lembah. 

"Semua Yang hadir, dengar baik-baik! Pada hari dua belas bulan dua 

belas yang akan datang di Lembah Tengkorak kami akan mendirikan Partai 

baru yang dinamakan Partai Lembah Tengkorak! Semua kalian yang ada di 

sini musti masuk menjadi anggota Partai! Siapa berani menolak berarti 

mati!" 

Suasana sehening di pekuburan beberapa lamanya. Tiba-tiba terdengar 

lagi suara mengekeh tadi. "Perempuan iblis! Kalian kira kami ini semua 

domba-domba tolol yang mau digiring seenaknya saja?! Persetan dengan 

Partaimu! Siapa sudi masuk anggota Partaimu! Kalau mau cari anggota, 

pergilah naik ke puncak Gunung Merapi lalu buang dirimu ke dalam 

kawahnya! Mengerti...?! He ... he ... he....!" 

Empat murid Dewi Kala Hijau itu kertakkan rahang masing-masing. 

Kegeraman mereka sudah tak bisa dikendalikan lagi Tapi kepada siapa 

mereka musti turun tangan?! 

"Kakak Kala Merah, teruskan saja bicaramu. Nanti bangsat bermulut 

besar itu akan kita ketahui juga siapa adanya!" Lagi-lagi Kala Biru memberi 

nasihat pada saudara-saudara seperguruannya itu. Maka Kala Merah pun 

meneruskan ucapannya. 

"Kalian sudah saksikan sendiri apa akibat bagi manusia-manusia yang 

tidak mau mematuhi kehendak kami! Karenanya kalian semua lekas naik ke 

atas panggung, berlutut dan bersumpah sedia memasuki Partai Lembah 

Tengkorak!" 

Sampai setengah menit lamanya, tak satu pun daripada yang hadir 

melakukan apa yang diperintahkan itu. Maka marahlah Kala Merah."Kalau begitu kalian minta mampus semua!" bentak Kala Merah. Dia 

memberi isyarat pada ketiga saudara seperguruannya. Maka keempatnya 

kemudian serentak menaikkan tangan kanan tinggi-tinggi ke udara. 

Tiba-tiba dari tengah-tengah bawah panggung berdirilah dua manusia 

berjubah putih. Melihat kepada tampang-tampang mereka nyatalah bahwa 

keduanya beradik kakak. Yang di sebelah kanan mengangkat tangannya. 

"Kalian berdua mau apa?” tanya Kala Merah. 

"Malang tak dapat dihindar, untung tak dapat diraih! Kami berdua 

hanya inginkan nyawamu dan nyawa tiga gadis-gadis iblis lainnya itu!" 

menjawab laki-laki berjubah putih yang mengangkat tangan tadi. Suaranya 

menggetarkan lembah tanda tenaga dalamnya tinggi sekali. Kala Merah 

kerenyitkan keningnya lalu tertawa gelak-gelak. 

"Kalau kau tidak buta tentu otakmu miring! Apa masih belum melihat 

bangkai-bangkai yang berkaparan di tempat ini?!" 

"Tentu:.. tentu saja kami lihat! Justru kami inginkan nyawa kalian 

adalah karena roh-roh busuk kalian tengah ditunggu-tunggu oleh roh sekian 

banyaknya manusia yang telah kalian binasakan ... !" 

Meledaklah kemarahan Kala Merah. "Cepat katakan siapa kalian 

berdua supaya cepat pula kuberi jalan,kematian!" 

Kedua orang berjubah putih itu tertawa dingin. Sementara itu Kala 

Merah sudah mengangkat kembali tangan kanannya tinggi-tinggi, sedang 

tokoh-tokoh silat yang lain bersiap-siap menunggu segala kemungkinan. 

"Cepat terangkan nama kalian! Atau kalian akan mampus percuma!" 

membentak lagi Kala Merah. Kedua orang berjubah putih tiba-tiba sama 

menggerakkan tangan kanannya ke balik jubah. Sesaat kemudian keduanya 

telah memegang masing-masing sebuah rujung emas."Akh ... kiranya kalian adalah Sepasang Ruyung Emas Dari 

Banyuwangi! Nama besar kalian memang ada kudengar. Tapi hari ini kau 

tak bakal lagi dapat kembali ke Banyuwangi! Takdir sudah menentukan 

bahwa ajalmu lepas di sini!" 

"Jangan kelewat tekebur, Kala Merah! Mungkin kepalamu yang akan 

kuhancurkan lebih dahulu dengan Ruyung ini!" kata Sepasang Ruyung Emas 

yang berdiri di sebelah kanan. Namanya Teggil Tantra. Rekannya yang 

berdiri di sebelah kiri bernama Situwara. Untuk daerah JawaTimur nama dan 

julukan sepasang pendekar golongan putih ini memang sudah tidak asing 

lagi! 

Kala Merah bersuit keras. Tubuhnya melayang ke bawah panggung. 

"Kalian maju sendiri-sendiri atau berdua sekaligus?!" bentaknya begitu 

sampai di hadapan Sepasang Rujung Emas. Sepasang Eujung Emas 

memberikan jawaban dengan serhuan yang dahsyat. Tubuh mereka tak 

kelihatan bergerak tapi tahu-tahu dua sebetan ruyung yang memancarkan 

sinar kuning emas telah menyambar ke muka hidung Kala Merah! Gadis 

muka tengkorak ini sampai tersurut lima langkah ke belakang. Tapi sepasang 

Ruyung Emas di tangan Situwara dan Teggil Tantra berkelebat pula 

memburunya! 

Dalam waktu yang singkat dua jurus telah dilancarkan oleh tokoh-

tokoh silat Jawa Timur itu. Permainan silat serta jurus-jurus serangan 

Ruyung mereka merupakan ilmu yang aneh dan banyak sekali pecahan-

pecahannya. Angin menderu, dan tubuh ketiga orang yang bertempur itu 

hanya merupakan bayang-bayang saja! 

Jika saja Kala Merah mempunyai kesempatan untuk mempergunakan 

tangan kanannya mengeluarkan ilmu "Kala Hijau" yang sangat diandalkan, 

maka dalam satu jurus kedua jago silat itu mungkin sudah kojorlTapi setiap dia mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, maka 

setiap kali itu pula salah satu dari Ruyung menyambar ke arah tangannya 

sehingga sebelum maksudnya kesampaian, dia terpaksa tarik pulang kembali 

serangannya! 

Jurus ketiga dan keempat Kala Merah dibikin sangat repot Memasuki 

jurus yang kelima tiba-tiba terdengarlah suitannyal Tubuhnya lenyap. Dua 

jurus dia bergerak cepat mengirimkan serangan-serangan kilat, namun 

hasilnya sia-sia belaka saja! 

"Manusia-manusia keparat!" maki Kala Merah dalam hati. Sekali lagi 

dia memekik. Tubuhnya Ienyap lagi dan tahu-tahu sudah ke luar lima 

tombak dari kalangan pertempuran! 

Situwara dan Teggil Tantra memburu tapi kali ini jarak mereka 

dengan sasaran terlalu jauh sehingga Kala Merah yang sengaja mencari 

kesempatan ini mempunyai peluang untuk melancarkan serangan "Kala 

Hijau". 

Teggil Tantra yang berada agak ke muka membabat dengan Ruyung 

emasnya ketika melihat selarik sinar hijau menyambar ke arahnya! Seekor 

dari tiga kala hijau yang menyerangnya hancur lebur dihantam Ruyung 

emas. 

Kala Hijau yang kedua berhasil dielakkannya. Tapi menghadapi 

kala yang ketiga, tokoh silat ini menjadi gugup! Teggil Tantra menjerit! 

Ruyung emasnya terlepas dan kedua tangannya menutupi mukanya yang 

bermandikan darah akibat tancapan kala hijau pada kening antara kedua 

matanya! Begitu racun binatang maut itu masuk ke dalam darahnya maka 

tergelimpanglah dia! Nyawanya putus pada detik tubuhnya mencium tanah! 

"Kakak Kala Merah awas!" terdengar seruan Kala Hitam."Sreeet!" Lengan pakaian Kala Merah robek tersambar Ruyung Emas 

Situwara yang saat itu menjadi kalap beringas melihat kematian saudara 

kandungnya. 

Satu jurus dia menggempur hebat Kala Merah. Tapi pada ujung jurus 

itu nasibnya tiada beda dengan Teggil Tantra. Dua kala hijau menancap di 

mukanya, satu di tenggorokan! Maka tamatlah riwayat Sepasang Ruyung 

Emas Dari Banyuwangi! 

Tokoh-tokoh silat golongan hitam yang menyadari bahwa ilmu 

kesaktian mereka masih berada di bawah kedua tokoh silat itu menjadi ngeri 

dan gelisah di kursi masing-masing. Tiba-tiba dua di antaranya melompat 

dan melarikan diri! 

"Kurang ajar! Berani kabur ya?!" bentak Kala Hitam, Tangan 

kanannya bergerak! Sinar hijau melesat. Maka tergelimpanglah kedua tokoh 

golongan hitam itu! 

"Siapa lagi yang mau coba-coba ambil langkah seribu, silahkan!" 

bentak Kala Hitam. 

"Perempuan-perempuan iblis! Dosa kalian tidak berampun! Hadapi 

golok panjangku!" Mendadak terdengar satu bentakan. Suara bentakan itu 

belum lagi habis tahu-tahu telah berkilat sinar biru melanda Kala Merah! 

"Edan betull Siapa lagi ini yang mau minta mampus"" hardik Kala 

Merah. Dipukulkannya tangan kirinya ke depan Serangkum angin deras 

menyambar penyerangnya, membuat yang menyerang itu tergontai-gontai 

seketika dan agak lamban gencaran goloknya! 

Namun dengan robah ilmu goloknya dengan jurus-jurus aneh maka 

kembali si penyerang yang masih tak kelihatan jelas tampangnya karena 

cepat sekali gerakannya itu, dapat mendesak Kala Merah ke ujung 

panggung!"Setan betul!" maki Kala Merah. Kedua tangannya terkembang ke 

muka. Jari-jari menekuk membentuk cengkeraman. 

* * *


BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 DELAPAN 

”Cengkeram Kala Hijau!" seru si penyerang lalu menabas dengan 

golok panjangnya. Kala Merah tertawa meringkik. 

"Akh ... !" 

Terdengarlah erangan si penyerang. Ketika dia melompat ke luar dari 

kalangan pertempuran maka baru bisa dikenali siapa dia adanya! 

Manusia ini adalah tokoh silat dari Utara yang berjuluk "Si Golok 

Sakti". Mukanya kelihatan bergurat-gurat dan berlelehan darah akibat 

cakaran kala hijau yang dilancarkan oleh Kala Merah. Sakitnya 

bukan main. Seluruh mukanya sampai ke leher seperti dibakar! 

"Sebaiknya kau segera bunuh diri saja, Golok Sakti!" ejek Kata 

Merah. Si Golok Sakti tidak menjawab. Mulutnya kelihatan komat kamit. 

Tiba-tiba dia berseru nyaring! 

"Lihat golok!" 

Dan semua orang termasuk tiga gadis muka tengkorak saudara 

seperguruan Kala Merah menjadi keheranan melihat Kala Merah mencak-

mencak sendirian, memukul dan mencakar kian kemari sedang Si Golok 

Sakti tetap berdiri di tempatnya tanpa bergerak dan mulutnya terus juga 

komat kamit! 

Di samping lihai dalam ilmu silat maka Si Golok Sakti juga 

mendalami ilmu sihir. Dengan ilmu sihirnya itu dia telah menipu pandangan 

mata Kala Merah. Kala Merah seakan-akan melihat bahwa lawannya tengah

menyerangnya lalu bergerak cepat kian kemari, memukul dan mengelak! 

Melihat hal ini saudara seperguruannya yaitu Kala Hitam cepat berseru: 

"Kakak Kala Merah, awas jangan tertipu! Bangsat itu 

mempergunakan ilmu sihir!" Mendengar ini Kala Merah beringas setengah 

mati. Dihentikannya gerakannya. Tiba-tiba Si Golok Sakti menerjang ke 

muka. Golok panjang menyambar, angin deras melesat dari telapak tangan 

kiri! Kala Biru kini yang berteriak memberi peringatan! Pada saat itu sudah 

terlalu singkat bagi Kala Merah untuk mengelak! Tanpa pikir panjang Kala 

Biru naikkan tangan kanan dan memukul ke depan. 

"Curang ... !" teriak Si Golok Sakti. Goloknya diputar laksana titiran 

tapi dua ekor kala hijau telah melesat melewati putaran golok dan 

menghantam mukanya! Si Golok Sakti terhuyung-huyung lalu roboh ke 

tanah tanpa nyawa! 

"Siapa lagi yang ingin mampus cepatlah majukan diri!" seru Kala 

Merah. Dia melangkah ke muka. Dengan geram ditendangnya tubuh Si 

Golok Sakti hingga mental ke atas panggung, terhampar di antara mayat-

mayat anggota Partai Telaga Wangi! Mendadak terdengar suara tarikan 

nafas aneh! 

"Kejahatan kalian sudah punya! Dosa sebesar gunung kalian sudah 

pikul. Tapi rupanya juga kalian memiliki kecurangan! Manusia-manusia 

dajal! Sudah tiba saatnya kalian harus mampus!" Suara itu adalah suara 

manusia yang tidak kelihatan tadi. Tapi kali ini rupanya dia tidak 

menyembunyikan diri lebih lama karena begitu ucapannya berakhir maka 

yang punya diri sudah melompat ke hadapan Kala Merah dan gadis-gadis 

muka tengkorak lainnya! 

Melihat siapa adanya manusia ini yang bukan lain si tua renta berjuluk 

"Sepuluh Jari Malaikat", maka besarlah kembali nyali para hadirin yangmasih ada di tempat itu! Siapa yang tak akan kenal dengan "Sepuluh Jari 

Malaikat"? 

Selama dua puluh tahun kakek-kakek tua renta itu telah merajai dunia 

persilatan di JawaTimur. Dan bila hari ini dia muncul pastilah keempat 

bergundal-bergundal pencabut nyawa itu akan dibikin ludas musnah! 

Tapi rupanya keempat gadis muka tengkorak itu masih belum tahu 

dengan siapa mereka berhadapan. Kala Merah memperhatikan paras kakek-

kakek tua yang agak bungkuk di hadapannya itu. Sepuluh Jari Malaikat 

berparas licin polos, rambutnya putih panjang sampai ke bahu seperti rambut 

perempuan, alis mata, kumis serta janggutnya juga putih! Bahkan sepasang 

bola matanya juga putih laksana marmer! 

Tergetar juga hati Kala Merah melihat pandangan mata si kakek tua! 

"Hemmm m... akhirnya kau munculkan diri juga, huh?'" decah Kala 

Merah. Sepuluh Jari Malaikat tertawa rawan. 

"Kebenaran akan selalu muncul untuk memusnahkan kejahatan....." 

"Tak usah bicara bahasa tinggi. Sebutkan cara mati yang bagaimana 

yang kau inginkan tua renta?!" Sepuluh Jari Malaikat tertawa mengekeh. 

Mulutnya hanya sedikit yang terbuka tapi suara kekehannya mengumandang 

dan menggetari seluruh lembah! 

"Kakak Kala Merah ...." Kala Hitam berkata dengan ilmu 

menyusupkan suara. 

"Hati-hati terhadap kunyuk tua ini, agaknya dia memiliki tenaga 

dalam yang sangat tinggi! Perhatikan jari-jari tangannya yang paling 

panjang-panjang! Kalau aku tidak salah duga, kunyuk tua ini pastilah 

Sepuluh Jari Malaikat ...." 

Kala Merah terkejut dan melirik pada jari-jari tangan kakek-kakek tua 

di hadapannya. Jari-jari itu panjang sekali, hampir dua kali lebih panjangdari jari-jari yang biasa! Dari gurunya Kala Merah serta ketiga saudara-

saudara seperguruannya itu dulu pernah diberitahu tentang tokoh-tokoh silat 

utama di tanah Jawa. Seorang di antaranya ialah yang berjuluk "Sepuluh Jari 

Malaikat" yang merajai dunia persilatan.di Jawa Timur! 

"Sepuluh Jari Malaikat, mengetahui siapa kau adanya dan memandang 

kepada nama besarmu, maka kami berempat atas nama guru Dewi Kala 

Hijau bersedia mengampunimu! Kuharap kau mau segera menyatakan diri 

masuk ke dalam Partai kami ...." 

Meledaklah tertawa Sepuluh Jari Malaikat. Kedua tangannya 

dinaikkan ke atas. Kala Merah dan saudara-saudara seperguruannya bersiap-

siap. 

"Perempuan iblis, dengar!" Sepuluh Jari Malaikat buka suara. 

"Aku memang tak keberatan masuk ke dalam partaimu, tapi sepuluh 

jari-jari tanganku ini pasti tidak mau diajak ikut-ikutan bersama kalian, 

apalagi masuk Partai kalian!" marahlah Kala Merah. 

”Kalau begitu mampus adalah yang paling baik buatmu!" teriak Kala 

Merah. Tangan kanannya laksana kilat naik ke atas lalu dipukulkan ke 

muka! Sinar hijau menyambar. Tiga binatang kala berwarna hijau melesat! 

Segenap yang masih hadir membuka mata lebar-lebar, ingin menyaksikan 

apa yang bakal terjadi. 

Tiba-tiba Sepuluh Jari Malaikat membentak nyaring! Tubuhnya 

berkelebat ke samping. Sinar dan kala hijau lewat di sampingnya. 

"Perempuan iblis!" terdengar suara Sepuluh Jari Malaikat dalam 

kelebatan itu. 

"Aku tidak suka bertempur dengan lawan yang menyembunyi-kan 

mukanya di balik topeng! Coba kulihat dulu parasmu!" Habis berkata begitu 

Sepuluh Jari Malaikat berkelebat lagi dan. ..."Bret!" 

Suara ini disusul oleh suara seruan tertahan Kala Merah! Topeng 

tengkorak tipis yang menutupi mukanya robek dan tanggal! Terkejutlah 

semua orang yang ada, termasuk Sepuluh Jari Malaikat sendiri! Siapa yang 

menyangka kalau perempuan bertopeng tengkorak dan berhati sejahat iblis 

itu ternyata adalah seorang gadis berparas cantik jelita?! 

Kala Merah sendiri kagetnya bukan main. Mukanya pucat oleh 

sirapan darah, tapi kemudian kekalapannya pun muncul! 

"Setan alas! Terima kematianmu!" bentak Kala Merah. Gadis ini 

menyerbu ke muka. Kedua tangannya naik ke atas dan turun lagi secepat 

kilat! Dua larik sinar hijau menderu dan puluhan kala hijau melesat dari 

kedua telapak tangan Kala Merah! 

"llmu terkutukmu ini boleh kau pamerkan pada orang lain! 

Terhadapku kau bisa cilaka sendiri!" ejek Sepuluh Jari Malaikat. Sepuluh 

jari-jari tangannya dipentang lebar-lebar lalu dihantamkan ke muka! Dua 

gelombang angin laksana topan prahara memapas dua larik sinar hijau! 

Puluhan kala hijau yang menyerang ke arah Sepuluh Jari Malaikat tertahan 

sejenak lalu menderu membalik menyerang Kala Merah dengan dahsyatnya! 

Kala Merah menjerit keras! 

Selama dilepas oleh gurunya, selama malang melintang di dunia 

persilatan dalam memenuhi tugas yang dipikulkan gurunya yakni 

mendirikan Partai Lembah Tengkorak, selama dia menghadapi musuh-

musuh perkasa, selama itu pula dia terus-menerus telah menyebar maut, 

menyerang lawan-lawannya dengan ilmu "Kaia Hijau" yang sangat dahsyat 

itu! Tapi hari ini senjata itu membalik menyerangnya sendiri! 

"Mampuslah kau iblis terkutuk!" teriak orang banya k. 

"Kurang ajar!" terdengar bentakan Kala Hitam."Berani menyumpahi!" Sekali dia lepaskan ilmu kala hijau ke arah 

orang banyak yang tadi menyumpahi kemampusan bagi kakak 

seperguruannya maka terdengarlah pekik-pekik kematian! 

Sementara itu meskipun agak gugup namun dengan ilmu mengantengi 

tubuhnya- yang tinggi Kala Merah melompat tujuh tombak ke udara. 

Kalakala hijau yang menyerangnya lewat di bawah kaki. Dari atas gadis ini 

menukik ke bawah laksana seekor rajawali dan sekali lagi melepaskan 

pukulan ilmu Kala Hijau kepada Sepuluh Jari Malaikat dan kali ini 

serangannya itu datang dari belakang! 

Sepuluh Jari Malaikat mendengus. "Terhadap orang lain kau bisa 

berlaku curang, gadis iblisl" bentaknya. 

"Tapi terhadapku jangan cobs-coba!" 

Tokoh lihai ini lambaikan kedua tangannya. Puluhan kala-kala hijau 

yang menyerangnya luruh hancur ke tanah, Sekejapan kemudian kedua 

tangan itu telah membentuk cengkeraman dan menyerang dalam satu jurus 

aneh! Meski Kala Merah sempat juga mengelakkan cengkeraman lawan 

namun dia tak dapat menghindar-kan bajunya dari kerobekan! 

"Keparat edan!" maki Kala Merah sambil menurupi dada bajunya 

yang robek. Kedua kakinya menerjang ke muka. Tangan klri mengebut dan 

tanyan kanan kembali mengirimkan Pukulan Kala Hijau yang dahsyat. Jurus 

kaki menendang, tangan kiri mengebut dan tangan kanan memukul itu 

adalah iurus yang dinamakan "Empat Elmaut Berebut Korban". 

Sepuluh Jari Malaikat terkejut juga melihat kehebatan serangan ini. 

Sambil mendorongkan tangan kiri ke muka menolak serangan kala-kala 

hijau beracun maka orang tua berambut putih macam perempuan ini 

melompat ke kiri, geserkan kedua kaki ke muka, lalu dalam keadaanmengapung di udara lancarkan satu tendangan dari samping ke arah tulang-

tulang iga sebelah kanan Kala Merah! 

Tapi jurus "Empat Elmaut Berebut Korban" itu nyatanya mempunyai 

jurus-jurus pecahan karena begitu diserang lawan Kala Merah bukannya 

berkelit bahkan memburu lagi dengan serangan! 

Dua tendangan lagi menderu, dua pukulan menggebu, pasir 

beterbangan, angin menggelombang! Sepuluh Jari Malaikat kembali 

menerima empat serangan sekaligus! Sepuluh Jari Malaikat menggeram 

dalam hati. Dia bergerak dengan cepat, Dua tendangan dapat dielakkannya, 

satu pukulan dikelit dengan rungukkan kepala tapi pukulan yang kedua mau 

tak mau harus ditangkisnya dengan lengan! 

Pukulan tangan dan tangkisan lengan pun beradulah menimbulkan 

suara keras. Tubuh Kala Merah mencelat empat tombak ke belakang sedang 

Sepuluh Jari Malaikat berdiri terhuyung-huyung! Kala Merah menyadari 

kalau lawannya sudah lenyap dari hadapannyal Ketika dia melihat bayangan 

Sepuluh Jari Malaikat, orang tua itu sudah berada dekat sekali dan terdengar 

suaranya; 

"Perempuan iblis, selamat jalan ke akhirat!" 

Sepuluh jari tangan kemudian mencengkeram ke depan dalam jurus 

yang tak mungkin lagi dielakkan oleh Kala Merah karena jurus itu adalah 

jurus yang paling hebat dari ilmu silat Sepuluh Jari Malaikat yaitu yang 

bernama jurus "Sepuluh Jari Kebinasaan"! 

Lima jari menyengkeram ke perut, serangan ini dapat merobek dan 

membusaikan isi perut. Lima jari lagi bergerak ke muka dan kehebatannya 

ialah bisa menanggalkan mulut serta hidung dan mengorek biji-biji mata! 

"Celaka, matilah aku!" keluh Kala Merah. Dia menjerit setinggi 

langit. Setengah detik lagi Kala Merah bakal menemui kematiannya makadari samping kiri dan kanan serta belakang Sepuluh Jari Malaikat melesatlah 

sinar-sinar hijau dan puluhan kala maut! 

"Curang!" terdengar seruan dari para hadirin yang ada. 

Serentak dengan itu sembilan tokoh silat golongan putih, antaranya 

tokoh yang terkenal berjuluk "Sepasang Sabit Baja" menyerbu memasuki 

kalangan pertempuran! .. 

Pada saat itu Sepuluh Jari Malaikat hanya rasakan sambaran angin 

dari tiga jurusan dan matanya menangkap sekilas larikan-larikan sinar hijau! 

Tahulah dia bahwa tiga perempuan iblis lainnya telah membokongnya secara 

pengecut! Karena sudah demikian dekatnya tiga serangan itu yang 

datangnya sekaligus pula, tiada mungkin lagi bagi Sapuluh Jari Malaikat 

untuk mengelak! Percuma saja dia membatalkan serangannya terhadap Kala 

Merah karena itu tak akan dapat menyelamatkan jiwanya! 

Keringat dingin memercik di kening dan di kuduk tokoh silat utama 

ini! Dalam detik kematian itu Sepuluh Jari Malaikat memutuskan untuk mati 

sama-sama dengan Kala Merah. Sepuluh jarinya diteruskan mencengkeram 

ke muka! 

Maka setengah kejap kemudian terdengarlah dua jerit kematian yang 

dahsyat! Tubuh Sepuluh Jari Malaikat menggeletak di tanah ditancapi oleh 

puluhan kala hijau beracun. Demikian banyaknya kala- kala yang 

menggerogoti tubuhnya, demikian cepatnya racun yang bekerja sehingga 

nyawa pendekar tua yang menjagoi dunia persilatan di Daerah Jawa Timur 

selama dua puluh tahun itu putus detik itu juga tanpa tubuhnya berkelojotan 

lebih dahulu! 

Kala Merah terhampar satu langkah di samping Sepuluh Jari Malaikat. 

Kematian yang diterimanya sangat mengerikan. Parasnya yang cantik jelita 

hancur rusak. Hidung serta mulut tanggal. Kedua biji matanya tercongkel.Darah membasahi seluruh mukanya Pakaiannya di bagian perut robek besar 

sehingga kelihatanlah perutnya yang juga robek besar. 

Darah mengalir tiada hentinya bersama busaian usus yang menjela-

jela! Kala Hitam, Kala Biru, dan Kala Putih hendak memburu dan memeluki 

kakak seperguruan mereka itu namun dari kiri kanan dan muka belakang 

berlompatan sembilan tokoh silat dengan berbagai senjata di tangan 

mengurung ketiganya! 

Maka terjadilah pertempuran yang seru, tiga lawan sembilan. Debu 

beterbangan! Suara senjata, suara teriakan-teriakan dan bentakan-bentakan 

terdengar tiada hentinya. Lima jurus pertama ketiga murid Dewi Kala Hijau 

itu terkurung rapat dan menerima tekanan serangan yang hebat. Namun 

ketika mereka berhasil merobohkan salah seorang tokoh yang mengurung 

maka delapan tokoh silat lainnya menjadi gugup. 

"Jangan gugup!" membentak "Sepasang Sabit Baja" Kemudian dia 

berseru pada dua belas tokoh silat lainnya, di antaranya enam tokoh silat 

golongan hitam. 

"Kalian tunggu apa lagi?! lnilah saatnya untuk menumpas perempuan-

perempuan iblis ini!" Serempak dengan itu maka menyerbulah kedua belas 

tokoh silat itu. Kini dua puluh lawan tiga! Dengan sendirinya ruang gerak 

ketiga gadis bertopeng tengkorak itu menjadi semakin sempit. Dua puluh 

senjata bergulung-gulung membungkusnya dalam jurus-jurus yang 

mematikan! Kala Biru mengerling pada kedua saudara seperguruannya. 

"Bagaimana ... ?" tanyanya dengan ilmu menyusupkan suara. 

"Kurasa sukar bagi kita menghadapi lawan sebanyak ini!" 

"Bukan sukar. Kita musti mencari kesempatan untuk menggerakkan 

tangan melepas Pukulan Kala Hijau!" menyahuti Kala Hitam.

"Sebaiknya kita melompat ke luar dari kurunaan lalu menyerang 

mereka dari luar!" mengusulkan Kala Putih. 

"Justru untuk ke luar dari kurungan yang rapat inilah yang sangat 

sukar!" ujar Kala Biru pula. 

"Tapi mari kita usahakan!" Maka ketiganyapun bergerak lebih cepat. 

Dari mulut mereka ke luar lengkingan-lengkingan dahsyat yang merobek 

langit dan membisingi—liang liang telinga kedua puluh pengeroyok., 

"Sret!" 

Ujung lengan pakaian Kala Biru robek besar disambar salah satu sabit 

baja di tangan tokoh Sepasang Sabit Baja, ketika gadis muka tengkorak ini 

mencoba melesat ke luar kalangan pertempuran 

dalam jurus yang keduapuluh sembilan. 

"Celaka! Tak mungkin bagi kita untuk keluar dari kurungan ini!" 

keluh Kala Biru pada saudara-saudara seperguruannya. 

”Bret!" 

"Bret!" 

Baru saja habis Kala Biru habis mengucapkan kata-kata di atas maka 

Kala Hitam dan Kala Putih juga mendapat nasib yang sama. Pakaian mereka 

sama-sama kena robek dimakan ujung senjata dua orang pengurung! Ketiga 

gadis-gadis iblis itu keluarkan keringat dingin. Bulu tengkuk mereka 

merinding, Untuk pertama kali dalam hidup mereka merasakan kengerian! 

Kengerian dalam menghadapi elmaut yang memburu dan mengurung dari 

puluh jurusan! 

”Ha ... ha ... ha ... ! Sekarang coba perlihatkan kehebatanmu manusia-

manusia dajal!" kata Sepasang sabit Baja. Dua buah sabit di tangannya 

menderu-deru. Bertobatlah sebelum nyawa kalian minggat dari badan 

masing-masing!"Ketiga gadis iblis itu hanya bisa kertakkan rahang, Mereka menyadari 

bahwa tak sampai sepuluh jurus lagi pasti salah seorang dari mereka akan 

jatuh menjadi korban! 

Kurungan dua puluh senjata semakin hebat dan saat Ruang gerak 

ketiga murid Dewi Kala Hijau itu sudah sempit zekali. Puluhan senjata 

berkelebat ganas di muka hidung, di samping dan di belakang mereka, 

 Dalam suasana menjelang kematian yang menegangkan itu tiba-tiba 

terdengarlah suitan panjang dan nyaring! Entah dari mana datangnya 

tahutahu bertaburan angin deras hijau dan disusul oleh pekik maut para 

pengeroyok! Enam di antara mereka roboh ditanca-pi puluhan kala-kala 

hijau! 

"Guru!" seru Kala Hitam, Kala Biru dan Kala Putih penuh 

kegembiraan. Para pengeroyok mundur terkejut. Seorang di antaranya 

berteriak: 

"Dewi Kala Hijau! Lari! Kita tak akan bisa selamatkan diri dari 

tangannya!" Sembilan tokoh silat yang menjadi luntur nyalinya begitu 

mengetahui siapa yang berdiri di hadapan mereka segera ambil langkah 

seribu namun mereka hanya bisa larikan diri beberapa langkah saja karena di 

belakang mereka kemudian berlesatan sinar dan kala-kala hijau! 

Kesembilannya mati di situ juga! 

Lima tokoh-tokoh silat yang masih hidup terdiri dari tiga golongan 

hitam dan dua golongan putih. Salah satu dari golongan putih ini ialah 

Sepasang Sabit Baja. Mereka saling berpandangan. 

"Meski kematian di depan mata tapi untuk melarikan diri adalah 

pantanganku!" kata Sepasang Sabit Baja. 

Sementara itu tiga murid Dewi Kala Hijau menjura di hadapan guru mereka. 

Kala Biru berkata:"Dewi, syukur kau datang. Kalau tidak ...." 

"Diam!" bentak Dewi Kala Hijau. 

"Lekas kalian bereskan dulu kelima manusia keparat itu!" Maka Kala 

Biru, Kala Hitam dan Kala Putih segera menyerbu kelima tokoh silat di 

hadapan mereka, sedang Dewi Kala Hijau melangkah mendekati mayat Kala 

Merah. Muka tengkoraknya kelihatan mengkerut dan tambah menggidikkan 

ketika dia melihat bagaimana muridnya yang tertua dan terpandai itu 

menemui kematian demikian rupa. Di samping mayat Kala Merah dilihatnya 

pula sesosok tubuh laki-laki tua yang ditancapi puluhan kala hijau. 

Dewi Kala Hijau begitu memperhatikan jari-jari tangan laki-laki itu 

segera mengetahui siapa dia adanya. 

Sepuluh Jari Malaikat memang mempunyai ilmu yang teramat tinggi. 

Namun demikian kematian muridnya yang paling pandai dalam cara 

demikian rupa sungguh tak pernah diduganya. Dengan penuh geram dan 

sekali tendang saja maka mencelatlah mayat Sepuluh Jari Malaikat sampai 

sebelas tombak! 

Sepasang mata yang beringas dari Dewi Kala Hijau memandang 

berkeliling. Di atas dan di bawah panggung berhamburan puluhan mayat 

manusia! Hampir keseluruhannya mati dengan ditancapi oleh kala-kala 

hijau! 

Di antaranya tumpukan mayat itu masih bisa dikenalinya beberapa 

tokoh sakti seperti Si bayangan Setan, Nenek Kelewang Merah. Brahmana 

Wingajara, Sepasang Ruyung Emas, Si Golok Sakti dan lain sebagainya! 

Dewi Kala Hijau memalingkan badannya ketika dibelakannya 

terdengar jerit kematian! 

* * *


BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 SEMBILAN 

Satu dari lima pengeroyok yang bertempur dengan ketiga muridnya 

roboh ke tanah dengan kening ditancapi kala hijau! Sekali lagi terdengar 

suara jeritan dan satu lagi roboh tanpa nyawa. Sepasang Sabit Baja serta dua 

tokoh kalangan hitam bertempur mati-matian. Tapi satu jurus kemudian 

Sepasang Sabit Baja juga terpaksa menyerahkan nyawanya di tangan Kala 

Hitam. 

Melihat ini dua tokoh silat golongan hitam lumer nyali mereka. Untuk 

kabur tentu tak mungkin dan untuk melawan terus berarti mati! Maka tanpa 

pikir panjang lagi keduanya melemparkan senjata masing-masing dan cepat-

cepal jatuhkan diri berlututl 

"Keparat! Saat ini tiada ampun lagi bagi kalian!" bentak Kala Biru. 

Kaki kanannya ditendangkan kemuka tapi di belakangnya terdengar seruan 

Dewi Kala Hijau. 

"Kala Biru, tahan dulu!" Maka Kala Birupun membatalkan 

tendangannya. Dewi Kala Hijau melangkah ke hadapan kedua 

orang tokoh silat golongan hitam itu. Salah seorang dari mereka 

segera berkata: 

"Dewi, kami berdua mohon diampuni dan bersedia memasuki 

Partaimu ...." 

"Sesudah hampir mampus, baru minta ampun huh!" kertak Dewi Kala 

Hijau. 

"Siapa nama kalian? Apakah mempunyai gelar?!"Yang tadi bicara menjawab: "Aku Lalanang dari Pantai Selatan. 

Gelarku Pembunuh Tanpa Bayangan, Aku mohon keampunanmu Dewi ...." 

"Kalian berjanji mau memasuki Partaiku ... ?" 

"Kami berjanji." 

"Baik! Tapi karena kalian sebelumnya sudah berani melawan terhadap 

murid-muridku maka aku baru mengampuni jiwa kalian dan 

memperbolehkan kalian memasuki partaiku bila kalian sudah mencongkel 

ke luar salah satu biji mata kalian!" 

Sepasang Kaki Kematian dan Pembunuh Tanpa Bayangan saling 

pandang dan terkejut. 

"Cepat, aku tak bisa menunggu lebih lama! Boleh pilih matamu atau 

nyawamu!" bentak Dewi Kala Hijau. 

Sekali lagi kedua orang itu saling berpandangan. Apa boleh buat, pikir 

mereka. Dari pada mati lebih baik korbankan satu biji mata. Lagi pula 

mereka sama-sama dari golongan hitam, perbuatan itu tentu tak akan diambil 

perduli oleh dunia persilatan. 

Maka tanpa menunggu lebih lama kedua orang itu segera mencongkel 

masing-masing sebuah. matanya! Biji mata dan darah menyembur ke luar! 

Satu pemandangan yang mengerikan! Tapi Dewi Kala Hijau menyaksikan 

itu dengan tertawa meringkik! 

”Aku masih belum percaya terhadap kalian!" berkata Dewi iblis itu. 

"Jika kalian sudah kulepas mungkin kalian akan ingkar janji!" Dari 

balik pakaian Hijaunya Dewi Kala Hijau mengeluarkan dua buah pil lalu 

diberikannya pada kedua orang itu. 

"Telan cepat!" perintahnya. 

”Dewi, pil ini ... apakah ...." 

"Setan alas! Telan kataku!"Pembunuh Tanpa Bayangan dan Sepasang Kaki Kematian segera 

menelan pil yang diberikan. 

"Pil itu adalah racun kala hijau yang akan bekerja dalam tempo 

sebelas bulan dari sekarang. Sesudah kau berjanji untuk memasuki Partai 

Lembah Tengkorak maka sebelum tanggal 12 bulan 12 kau harus datang ke 

lembah Tengkorak. Di sana aku akan berikan obat penawarnya. Tapi bila 

kalian ingkar janji dan tak mau datang, maka racun itu akan bekerja. Perut 

kalian akan hancur!" 

Bergidiklah kedua tokoh silat golongan hitam itu. Mereka berdua 

meski dari golongan jahat namun baru hari itu menemui manusia paling 

jahat dan paling kejam serta berhati iblis macam Dewi Kala Hijau dan 

murid-muridnya. 

"Di samping itu ...." terdengar Dewi Kala Hijau membuka mulut 

kembali, "Masing-masing kalian kubebani tugas yaitu harus mencari 

anggota partai sebanyak mungkin lalu membawanya ke Lembah Tengkorak 

pada hari 12 bulan 12 nanti! Kalian dengar?!" 

"Kami dengar, Dewi ...." jawab Sepasang Kaki Kematian dan 

Pembunuh Tanpa Bayangan. Dewi Kala Hijau berpaling pada ketiga 

muridnya. 

"Kala Biru, dukung mayat Kala Merah. Kita segera meninggalkan 

tempat ini ... !" 

Kala Biru melangkah untuk mengerjakan perintah gurunya itu. 

Namun langkahnya terhenti ketika melihat ada perubahan pada paras 

gurunya. Dua murid Kala Hijau pun melihat hal ini Dewi Kala Hijau 

mendongak ke langit, keningnya mengkerut kemudian sepasang matanya 

memandang ke Utara. Telinganya dipasang benar-benar mendengarkan 

suara aneh yang ditangkapnya."Ada apa Guru...?" tanya Kala Putih. Dia dan dua saudara 

seperguruannya masih belum mendengar apa-apa padahal kepandaian 

mereka ini sudah mencapai tingkat yang tinggi sekali, demikian pula tenaga 

dalam mereka. Dapat dibayangkan bagaimana jauh tingginya kesaktian serta 

tenaga dalam Dewi Kala Hijau! 

Kira-kira seperempat minum teh baru Kala Hitam dan dua saudara-

saudara seperguruannya mendengar suara yang sejak tadi didengar oleh 

Dewi Kala Hijau. Dan ketiga gadis bertopeng muka tengkorak ini pun jadi 

mengerenyitkan kening lalu memandang ke jurusan Utara. 

Suara yang mereka dengar itu adalah suara siulan aneh yang 

melengking-lengking, membawakan lagu tak bernama dengan nada tak 

karuan! 

Meski suara siulan itu jauh sekali kedengarannya, namun telinga Dewi 

Kala Hijau dan tiga muridnya serasa ditusuk-tusuk!. Makin lama makin 

keras juga suara siulan, itu. Telinga keempat orang itu kini bukan saja 

seperti ditusuk-tusuk tapi juga tergetar hebat! Tiba-tiba kelihatanlah seorang 

pemuda berambut gondrong. Berparas gagah dan berpakaian putih-putih 

muncul di kejauhan! Pemuda ini kelihatannya melangkah biasa saja dan 

seenaknya, tapi dalam tempo yang sangat singkat tahu-tahu sudah berada di 

tepi telaga! 

Tiba-tiba pemuda itu menghentikan langkahnya dan memandang 

berkeliling. "Edan betul!" terdengar seruannya. 

"Apa yang terjadi di sini! Apa aku sudah kesasar ke neraka, huh?!" 

Dan pemuda rambut gondrong berparas gagah ini lalu menggaruk-garuk 

kepalanya. Cuping hidungnya berkemak kempis kemudian dia meludah ke 

tanah dan melangkah ke tepi panggung. Di sini dia berhenti dan 

menggeleng-gelengkan kepalanya.“Yang satu ini pasti isteri Dewa Pedang, Ketua Partai Telaga Wangi 

yang ... ah kalau aku tak salah Partai itu baru diresmikan hari ini. Tapi 

kenapa isteri Dewa Pedang jadi kojor begini:..?! Eh, Dewa Pedang sendiri 

kemana? Dan itu. .. ah! Si Bayangan Setan, Brahmana Wingajara. Sepasang 

Ruyung Emas. ..aduh...aduh ..banyak sekali tokoh-tokoh gagah. ..." 

Pemuda tu menghela nafas dalam dan lagi-lagi menggelengkan 

kepalanya ketika melihat mayat Sepuluh Jari Malaikat terhampar di samping 

sosok gadis berpakaian merah yang mukanya hancur dan perutnya robek 

membusai! 

“Betul-betul edan! Siapa yang punya pekerjaan ini? apa setan-setan 

dari atas langit pada turun dan mengamuk semua?!” 

 Sepasang mata Dewi Kala Hijau kelihatan menyorot tajam. Dia yakin 

betul karena melihat langkah aneh dan mendengar suara siulan si pemuda 

bahwa pemuda itu adalah seorang yang berilmu tinggi. 

Tapi sikap dan bicaranva menunjukkan bahwa dia seperti orang yang 

tidak waras! Dan yang menyakitkan hati Dewi Kala Hijau ialah sikap si 

pemuda yang seperti tidak melihat kehadirannya di situ bersama murid-

muridnya! 

"Pemuda gila, siapa kau?!" tanya Dewi Kala Hijau membentak. 

Pemuda itu memutar kepalanya. Dan dia kelihatan terkejut ketika melihat 

paras Dewi Kala Hijau. dan juga paras ketiga murid-muridnya. Kemudian 

matanya melirik pada Pembunuh Tanpa Bayangan serta Sepasang Kaki 

Kematian yang saat itu masih berlutut di hadapan Dewi Kala Hijau. 

"Eh ... melihat kepada tubuhmu, kau tentunya gadis muda belia. Tapi 

melihat kepada parasmu.Hem ...." Pemuda itu geleng-gelengkan kepala. 

”Semustinya aku yang bertanya siapa kau!" Dewi Kala Hijau tertawa 

mendongak ke langit."Manusia sinting, sebaiknya kau segeralah meninggalkan tempat ini! 

Aku muak melihatmu!" 

"Oh ... bicara boleh saja, tapi jangan keliwat menghina! Coba kacakan 

kau punya paras ke dalam air telaga itu! Aku berani bertaruh bahwa kau 

sendiri akan lebih muak memandang parasmu daripada parasku!" Habis 

berkata begitu si pemuda tertawa mengekeh. 

Mendadak suara tertawanya terhenti karena Kala Hitam melompat ke 

muka dengan membentak. ”Pemuda keblinger, berani menghina guruku! 

Terima kematianmu detik ini juga!" 

"Kala Hitam, jangan turun tangan dulu!" seru Dewi Kala Hijau. Kala 

Hitam menghentikan langkahnya dengan terheran. Dia tahu betul sifat 

gurunya. Bila seseorang menghinanya pastilah orang itu akan menemui 

ajalnya detik itu juga. Tapi kali ini dihina demikian rupa di hadapan murid-

muridnya sang guru sama sekali tidak turun tangan bahkan melarangnya 

untuk membunuh pemuda itu! 

Pada pertama kali melihat paras pemuda itu sesungguhnya Dewi Kala 

Hijau telah tergetar hatinya. Mula-mula dia menyangka bahwa pemuda itu 

adalah seseorang yang pernah dikenalnya sepuluh tahun yang lalu. Tapi 

nyatanya pemuda ini hanyalah seorang pemuda lain yang berparas mirip 

sekali dengan orang yang dimaksudkannya bahkan pemuda ini jauh lebih 

gagah lagi! 

"Jadi kau ini adalah murid perempuan berbaju hijau itu?" tanya si 

pemuda pada Kala Hitam. 

"Hemm ...pantas. Memang cocok sekali! Apakah sekian banyaknya 

manusia yang kojor di sini kalian yang menyebabkan? Dan itu, dua manusia 

bertampang jelek itu kenapa pada berlutut di hadapan gurumu?!""Pemuda otak miring! Sebaiknya kau lekas berlutut, Niscaya 

kuampuni dosa dan jiwamul" bentak Dewi Kala Hijau. 

"Eh ... dosa dan salah apa yang aku buat terhadapmu? Kalau 

kukatakan tampangmu dan tampang murid-muridmu buruk dan mengerikan 

itu adalah kenyataan! Kalian tak punya alasan untuk marah ...." 

"Jangan bicara ngaco! Berlalulah dari sini jika tak ingin mampus!" 

bentak Dewi Kala Hijau pula. Si pemuda garuk-garuk kepalanya lalu dengan 

seenaknya duduk di tepi panggung dan menggoyang-goyangkan kakinya 

seperti anak kecil! 

"Aku tahu betul daerah ini bukan kau yang punya, juga bukan tempat 

kediamanmu. Lantas kenapa kau mau mengusirku dengan seenaknya?!" 

Kala Biru yang menjadi gemas sekali melihat sikap pemuda itu berkata: 

"Guru, biar aku patahkan batang lehernya manusia gendeng ini!" 

Dewi Kala Hijau memberi isyarat agar muridnya itu tetap di tempat. 

"Orang muda, jika kau betul punya mata dan melihat mayat-mayat 

yang berhamparan di sini, itu sudah cukup bagimu untuk tidak lancang 

seenaknya!" 

"Lho ... apakah mayat-mayat itu melarangku bicara ... ?!” ujar si 

pemuda. Dengan acuh ditariknya kaki sesosok mayat yang menggeletak di 

sampingnya. Mayat itu kebetulan adalah mayat isteri Dewa Pedang, Ketua 

Partai Telaga Wangi yang kini hanya tinggal namanya saja! Si pernuda 

memperhatikan dua ekor kala hijau yang rnenancap di kepala perernpuan itu, 

kemudian gelengkan kepalanya. 

"Kala hijau ...." desis pernuda ini. 

"Kasihan... kasihan sekali isteri Dewa Pedang. Seorang tokoh silat 

berjiwa besar dan berhati baik kenapa sampai menemui ajal begini rupa? 

Kasihan ... kasihan sekali!"Si pemuda kemudian meletakkan mayat itu di lantai panggung 

kembali baik-baik, lalu memandang pada Dewi Kala Hijau. 

"Mukamu ditutupi topeng tengkorak tipis ... pakaianmu berwarna 

hijau dan ketiga perempuan bertopeng tengkorak itu adalah murid-muridmu! 

Tentunya kau adalah Dewi Kala Hijau! Dan tentunya kau juga yang menjadi 

biang penyebab segala keganasan ini ... ? Mengaku atau tidak?!" 

Dewi Kala Hijau tertawa meringkik. "Jika sudah tahu siapa aku, 

kenapa tidak lekas berlutut minta ampun dan lalu angkat kaki dari sini?!" 

"Perlu apa berlutut! Kau bukan raja! Perlu apa angkat kaki dari sini, 

tempat ini bukan daerahmu! Laki-laki tak pernah berlutut terhadap 

perempuan. Tapi sebaliknya perempuanlah yang musti berlutut pada laki-

laki apalagi perempuan jelek macam kau!" 

Tergetar hati Dewi Kala Hijau. Tapi dia juga marah sekali mendengar 

ucapan pemuda itu."Pembunuh Tanpa Bayangan! Hajar pemuda lancang 

itu!" perintah Dewi Kala Hijau pada Lalanang atau tokoh silat golongan 

hitam yang bergelar Pembunuh Tanpa Bayangan yang saat itu masih berlutut 

di hadapan Dewi Kala Hijau. 

Mendengar perintah ini maka Pembunuh Tanpa Bayangan yang 

matanya kini cuma tinggal satu segera berdiri dan mengambil senjatanya 

yaitu sebuah rantai berduri yang tadi dibuangnya. 

Tanpa banyak cerita Pembunuh Tanpa Bayangan segera putar rantai 

besi berdurinya dan menyerang si pemuda. Yang diserang masih juga 

menggontai-gontaikan kedua kakinya di tepi panggung bahkan kini senyum-

senyum dan bersiul-siul seperti tidak sadar kalau saat itu dirinya diancam 

serangan maut! 

"WUTT!"Rantai berduri Pembunuh Tanpa Bayangan menderu tepat di kepala si 

pemuda! Pastilah dalam kejapan mata itu juga kepala si pemuda akan hancur 

luluh. Bahkan Dewi Kala Hijau sendiri sampai mengeluarkan seruan 

tertahan, seruan yang berarti setengah perintah agar si pemuda cepat-cepat 

menghindar! 

Si pemuda sama sekali tak kelihatan bergerak. Tapi yang anehnya 

ialah tiba-tiba terdengar jeritan Pembunuh Tanpa Bayangan. Rantai besinya 

mental. Tubuhnya mencelat ke udara lalu jatuh ke tanah dengan perut pecah 

membanjir darah! Ketika Dewi Kala Hijau memandang ke kaki si pemuda 

yang saat itu masih juga digontai-gontaikan maka kelihatanlah salah satu 

dari kaki itu berselomotan darah! Entah bagaimana caranya pemuda rambut 

gondrong itu telah lebih dahulu menghantamkan kakinya ke perut Pembunuh 

Tanpa Bayangan! 

Tentu saja ini sangat mengejutkan Dewi Kala Hijau dan murid-

muridnya serta Sepasang Kaki Kematian! Namun di saat itu pula Dewi Kala 

Hijau jadi malu sendiri karena dia tadi telah berseru memberi peringatan 

kepada si pemuda. Nyatalah bahwa bagaimanapun ketinggian ilmu dan 

kekejaman serta kejahatannya, namun Dewi Kala Hijau tak dapat 

menyembunyikan perasaan hatinya selaku seorang perempuan terhadap 

seorang pemuda! 

Di balik topeng tengkoraknya muka perempuan itu menjadi sangat 

merah. Dia melirik pada murid-muridnya dan membathin, apakah ketiga 

muridnya mengetahui getaran hatinya terhadap si pemuda?! 

Tiba-tiba Dewi Kala Hijau membentak lagi memberi perintah. 

"Sepasang Kaki Kematian, selesaikan pemuda gila itu dalam lima jurus! 

Cepat!" Ki Sandar Boga alias Sepasang Kaki Kematian segera berdiri.Diambilnya golok panjangnya yang tadi dibuangnya lalu melangkah ke 

hadapan si pemuda. 

"Orang muda! Kuharap kau sudi terangkan nama! Aku tidak-suka 

membunuh manusia tanpa tahu namanya lebih dahulu!" kata Sepasang Kaki 

Kematian sambil melintangkan golok di muka dada. 

Si pemuda mengeluarkan siulan panjang. "Mata picak! Baru jadi 

budaknya Dewi Kala Hijau saja sudah begitu congkak! Berlalulah, aku muak 

melihat mukamu!" 

Habis berkata begitu si pemuda meludah ke tanah dan terus duduk 

seenaknya di tepi panggung sambil menggontai-gontaikan kedua kakinya 

Sepasang Kaki Kematian menggeram. Dia membentak nyaring lalu 

melompat ke muka. Golok panjangnya membabat deras ke arah leher. 

Namun serangan ini tipuan belaka karena sesuai dengan julukannya yaitu 

"Sepasang Kaki Kematian" sebelum golok menyambar lebih jauh maka 

tahu-tahu tubuhnya mengapung di udara dan mengirimkan dua tendangan 

dahsyat! Angin tendangan itu saja hebatnya bukan main! 

Sekejapan mata dua tendangan berantai itu akan sampai si pemuda 

masih saja juga di tepi panggung dengan sikap acuh tak acuh seperti tadi! 

"Mampus!" teriak Sepasang Kaki Kematian. Dan pada detik itulah tubuh si 

pemuda rambut gondrong lenyap dari hadapannya. 

"Brak ... brak!" 

Kedua tendangan Sepasang Kaki Kematian menghantam lantai 

panggung hingga hancur berantakan. Beberapa mayat yang menggeletak di 

atas panggung itu, di antaranya mayat isteri Dewa Pedang, mencelat ke 

udara dan kecemplung ke dalam telaga! 

Sepasang Kaki Kematian memutar tubuh dengan cepat ketika di 

belakangnya terdengar suara tertawa mengejek. . ."ltulah akibatnya kalau manusia mata picak kalap membabi buta! 

Panggung tak bersalah ditendang!" 

"Kucincang tubuhmu, keparatl" teriak Sepasang Kaki Kematian. 

Tubuhnya mengapung lagi. Goloknya berbolang baling deras sekali laksana 

kitiran dan mengurung si pemuda dengan cepatnya. Yang diserang bergerak 

lincah kian kemari sambil tertawa-tawa dan sekali-sekali bersiul! 

"Terima ini, setan alas!" teriak Sepasang Kaki Kematian. Golok 

panjangnya menebas ke pinggang, membalik ke kepala dan menusuk ke 

perut. Serentak dengan itu tangan kirinya melancarkan pukulan tangan 

kosong yang hebat! Namun lagi-lagi semua itu hanyalah tipuan belaka 

karena begitu si pemuda rambut gondrong mengelak maka kedua kakinya 

menderu ke muka. Satu ke perut dan satu lagi ke selangkangan! 

"Tipu silatmu boleh juga, mata picak!" memuji si pemuda namun 

dengan senyum mengejek. 

"Tapi terima dulu, telapak tanganku ini!" Telapak tangan kiri si 

pemuda menghantam ke perut Sepasang Kaki Kematian. Laki-laki ini 

menebaskan goloknya ke lengan si pemuda. Namun kalau tadi ia yang 

menipu maka kali ini dia kena tipu. Karena begitu goloknya menebas maka 

lawan menarik tangan kiri dan tahu-tahu .... 

"Plak!" 

Telapak tangan kanan si pemuda menghantam keningnya! Sepasang 

Kaki Kematian menjerit keras. Tubuhnya terpelanting beberapa tombak dan 

terjerongkang jatuh menelungkup tepat di hadapan Dewi Kala Hijau! 

* * *


BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 SEPULUH 

Untuk kedua kalinya Dewi Kala Hijau dan ketiga muridnya dibikin 

terkejut. Dewi Kala Hijau melirik pada mayat Sepasang Kaki Kematian lalu 

memandang menyorot pada si pemuda dan membentak. 

"Siapa kau sebenarnya?!" 

Pemuda itu tersenyum. 

"Kalau kepingin tahu namaku, aku telah menuliskannya di kening 

budakmu itu, Dewi ... !" 

Sepasang mata Dewi Kala Hijau kelihatan tambah menyorot. 

"Jangan bicara ngaco, orang muda! Sekali lagi kau 

mempermainkanaku, nyawamu pasti tak terampunkan lagi!" 

"Kentut!" tukas si pemuda. 

"Kau tanya aku menjawab, apa itu namanya bicara ngaco?! Kalau tak 

percaya silahkan lihat di kening budak mata picak itu ... ! ” penasaran sekali, 

tapi juga ingin tahu. Dewi Kala Hijau membalikkan tubuh Sepasang Kaki 

Kematian dengan ujung kaki kirinya. Begitu tubuh laki-laki itu tertelentang 

maka berkerutlah muka perempuan iblis itu serta murid-muridnya. Di kening 

Sepasang Kaki Kematian yang hitam membiru kelihatan tertulis tiga buah 

angka yaitu angka 212! 

"Jadi kau adalah Wiro Sableng, manusia yang berjuluk Pendekar 

Kapak Maut Naga Geni 212?!" ujar Dewi Kala Hijau pula. 

Si pemuda hanya tertawa."Agaknya kau dan murid-muridmu kurang senang dengan pertemuan 

ini, bukan?" 

Dewi Kala Hijau merenung sejenak. Nama Wiro Sableng dan gelaran 

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 itu memang sudah sejak lama 

didengarnya. Ketika dia memberi tugas pada murid-muridnya dan ketika dia 

sendiri meninggalkan gua di kaki gunung Merapi, Dewi Kala Hijau sudah 

mengetahui bahwa pendekar itu adalah salah seorang dari sekian banyak 

lawan-lawan yang bakal dihadapinya dalam rencananya mendirikan Partai 

Lembah Tengkorak. 

Dan bila hari ini dia berhadapan, tidaklah pernah diduganya 

sebelumnya kalau Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 adalah seorang 

pemuda berparas gagahl Tadi dia telah menyaksikan sendiri 

kehebatan pemuda itu. 

Pembunuh Tanpa Bayangan dirobohkannya dalam satu jurus dan 

Sepasang Kaki Kematian dibikin konyol dalam dua jurus! Manusia-manusia 

lihai semacam ini, apalagi segagah Wiro Sableng sangat dibutuhkan oleh 

Dewi Kala Hijau dalam rencana besarnya. Maka berkatalah perempuan itu. 

"Meski kau telah membunuh dua orang anggota Partaku namun 

dengan memandang kepada nama besarmu, aku bersedia mengampuni kau 

punya jiwa asal saja kau segera berlutut dan mengangkat janji bersedia 

masuk Partaiku! Kelak kau akan kuberi kedudukan tinggi dalam Partai!" 

"Hem ...." Wiro Sableng usap-usap dagunya. 

"Janji yang bagus dan muluk!" katanya, Lalu 

"Kalau aku duduk dalam Partaimu, berapakah kau mau gaji aku..... ?" 

"Pemuda gendeng!" ketus Dewi Kala Hijau. 

"Orang sudah bersedia memberikan ampun masih saja bicara 

ngelantur!""Dewi, jangankan masuk Partaimu, melihat parasmu saja aku sudah 

mau muntah rasanya! Dan menyaksikan kejahatanmu berdiri bulu kudukku. 

Terus terang saja aku sudah lama mendengar tentangmu dan murid-

muridmu! Kejahatanmu sudah lebih dari takaran. Dosa kalian sudah setinggi 

langit sedalam lautan! Kalian tak akan berhasil mendirikan Partai Lembah 

Tengkorak! Dunia persilatan akan bersatu untuk menghancurkan kalian! 

Karenanya lebih baik kalian kembali pada kebenaran sebelum terlam ...." 

"Tutup muluti" teriak Dewi Kala Hijau gemas dan marah sekali. 

"Kalau kau mau pidato, pidatolah nanti di akhirat!" Perempuan ini 

berpaling pada kelompok murid-muridnya yang kini cuma tinggal tiga orang 

itu. 

"Kala Putih! Cabut nyawanya dalam satu jurus!" perintah Dewi Kala 

Hijau penuh kebuasan. Kala Putih mengangguk lalu memutar badan 

menghadapi si pemuda. Begitu sepasang mata Kala Putih beradu pandang 

dengan sepasang mata Pendekar 212 maka tergetarlah hati gadis muka 

tengkorak ini. Sebetulnya sejak munculnya si pemuda tadi Kala Putih telah 

tertarik hati oleh kegagahan Pendekar 212, apalagi setelah menyaksikan pula 

kehebatan pemuda itu! Di dalam diri Kala Putih terjadi semacam 

pertentangan. Hati kecilnya menentang dan tak mau disuruh membunuh 

pemuda gagah itu namun sebaliknya tugas gurunya musti dilaksanakan, 

kecuali kalau dia ingin mendapat hukuman yang 

sangat berat! 

"Kala Putih! Kau tunggu apa lagi?!" bentak Dewi Kala Hijau. 

"Lekas bunuh pemuda gila itu!" Kala Putih maju lagi beberapa 

langkah."Bersiaplah untuk mati, pemuda tidak tahu diri!" bentak Kala Putih 

tapi dengan suara bergetar. Tangan kanannya diangkat ke atas lalu secepat 

kilat dipukulkan ke muka. 

"Wut!" 

Gelombang sinar hijau beserta enam ekor kala hijau beracun menderu 

ke arah Pendekar 212! Yang diserang bersuit nyaring dan melompat Iima 

tombak ke atas lalu hantamkan telapak tangan kanannya ke muka. 

Serangkum angin dahsyat menggeru memapasi serangan maut Kala 

Putih. Debu beterbangan. Pasir dan kerikil-kerikil berpelanting-an! Sinar 

hijau dan keenam kala beracun tersapu lalu luruh ke tanah! Kala Putih 

sendiri kalau tidak lekas-lekas nengeiak ke samping pasti akan dilanda angin 

pukulan lawan yang terus menyerempet ke arahnya. 

itulah pukulan "Dinding Angin Berhembus Tindih Menindih" yang 

telah dilepaskan oleh Pendekar 212 Wiro Sableng! Berubahlah paras Dewi 

Kala Hijau. Matanya membeliak. Demikian juga dengan ketiga muridnya 

terutama Kala Putih yang menghadapi langsung sang pemuda! 

. “Putih! Kuberi tambahan dua jurus padamu untuk mematahkan batang 

leher pemuda itu! Ayo lekas!" Mendengar ini maka dengan segala 

kehebatannya menerjanglah Kala Putih. Wiro Sableng bersiul nyaring. 

Tubuhnya lenyap. Dan terdengar suaranya: 

"Jangan kesusu tak karuan kalau menyerang, gadis muka tengkorak, 

salah-salah bisa mencelakai dirimu sendiri! Aku paling benci bertempur 

dengan lawan yang muka aslinya ditutup dengan topeng! Bukalah topeng 

tengkorakmu itu lebih dahulu Kala Putih!" 

Geram sekali mendengar ucapan Pendekar 212 itu maka Kala Putih 

lipat gandakan tenaga dalamnya dalam-menyerang. Demikian hebatnya 

sehingga angin serangannya saja laksana topan prahara!Namun Kala Putih menjadi bingung sendiri karena siapa yang akan 

diserangnya? Pendekar 212 lenyap tak kelihatan dari hadapannya! Dalam 

kebingungannya gadis bertopeng tengkorak ini melihat sesuatu menyambar 

ke mukanya. Kala Putih hantamkan tangan kanannya ke depan. Dia 

memukul angin kosong! 

Dan .... 

"Bret!" 

Kala Putih berseru terkejut. Kedua tangannya menyampok lagi ke 

muka. Tapi tiada guna. Topeng tipis yang menutup parasnya tanggal dan 

pindah ke tangan lawan sehingga kelihatanlah paras asli Kala Putih dengan 

jelas! 

Pendekar 212 Wiro Sableng sendiri terkejut bukan main sewaktu 

menyaksikan paras Kala Putih. Siapa menyangka kalau gadis berilmu tinggi 

dan berhati kejam lebih jahat dari iblis itu memiliki paras sedemikian 

jelitanya! 

"Ah ... sungguh satu hal yang luar biasa!" kata Wiro Sableng sambil 

garuk-garuk kepalanya. 

"Parasmu begini cantik, tapi kenapa kejahatan dan kekejaman-mu 

laksana lautan yang tiada bertepi?! Kalau kau jadi gadis baik-baik sekurang-

kurangnya kau pasti akan dapat suami seorang Adipati ... !" 

"Pemuda hina dina! Tutup mulutmu!" hardik Kala Putih. 

Didahului oleh dua larik sinar hijau yang melesatkan lima puluh ekor 

kala maut maka Kala Putih mengirimkan dua tendangan dahsyat sedang 

mulutnya menghembus ke muka. Dari mulutnya mengepul asap putih yang 

mengandung racun luar biasa jahatnya! Seluruh jalan darah di tubuh 

Pendekar 212 terancam bahaya maut kehancuran!.Tak ayal lagi pemuda itu mengelak dengan cepat. Dan jika saja tidak 

ingat bahwa saat itu dia berhadapan dengan seorang gadis berparas jelita 

maka pastilah Wiro Sableng akan mengirimkan serangan balasan yang tak 

kalah ganasnya. Sambil melompat menjauhi Kala Putih beberapa tombak 

Wiro Sableng berseru. 

"Kala Putih, aku beri kesempatan padamu untuk bertobat dan kembali 

ke jalan yang benar!" 

"Pemuda hina, jangan bicara ngelantur!" kertak Kala Putih. Kemudian 

sekali lagi dia melancarkan serangan ganas meskipun dalam hati kecilnya 

timbul secuil keraguan. Dia menyadari memang bahwa sebagai seorang 

gadis tidak selamanya dengan ilmu kesaktiannya dia akan hidup dalam 

keadaan seperti itu! Namun untuk berpikir lebih panjang dia tak ada waktu 

lagi. 

"Gadis. goblok!" terdengar Pendekar 212 memaki. Tangan kanannya 

memukul ke muka dalam jurus "Kunyuk Melempar Buah" Kala Putih 

menyambuti pukulan ini dengan hantaman tangan kanan yang mengeluarkan 

angin pukulan berwarna hijau pekat! 

Dua pukulan saki itu beradu di udara mengeluarkan suara dahsyat. 

Tubuh Pendekar 212 tergontai-gontai sedang Kala Putih tersurut mundur 

sampai empat langkah dengan tangan terasa perih kaku! 

Penuh geram karena sebelumnya tak pernah menghadapi lawan 

setangguh pemuda itu maka Kala Putih memusatkan seluruh tenaga 

dalamnya ke perut lalu mengalirkannya ke dada terus ke tenggorokan. 

Ketika dia menghembus ke muka maka satu gelombang asap putih yang 

lebih dahsyat dari tadi menyambar Wiro Sableng dalam empat jalur arus 

asap yaitu menggelung dari samping kiri dan kanan dari atas lalu dari 

bawah! lnilah yang dinamakan ilmu "Empat Jalur Asap Kematian" yangtelah diciptakan Dewi Kala Hijau dan membutuhkan waktu lima tahun untuk 

menyempurnakannya. 

Setiap muridnya memiliki asap ini yang warna asapnya sesuai dengan 

pakaian-pakaian mereka! Melihat jalur asap yang aneh ini serta hawa jahat 

yang menyambar keluar dari asap itu bukan main kagetnya Pendekar 212. 

"Ilmu iblis apa pula ini!" membathin Wiro Sableng. Kedua tangannya 

segera diangkat ke atas dengan telapak tangan menghadap lurus-lurus ke 

muka. Wiro tahu bahwa demikian hebatnya empat jalur asap putih itu 

sehingga dia memaklumi bahwa akan besar risikonya jika dia mengelakkan 

diri ke samping atau melompat ke atas. Makanya begitu kedua tangan sudah 

terpentang, Pendekar 212 segera menghantam ke depan. 

Dua larik angin yang tidak kelihatan karena tidak berwarna 

menghembus ke muka dengan amat derasnya! Itulah pukulan yang bernama 

"Angin Topan Melanda Samudera" yang telah dipelajari oleh Pendekar 212 

dengan sempurna dari gurunya Eyang Sinto Gendeng! Dua angin pukulan 

yang dahsyat dari Pendekar 212 saling bentrokan dengan empat jalur asap 

putih dari Kala Putih! Demikian hebatnya bentrokan itu hingga kedua kaki 

Kala Putih melesak ke dalam tanah sedalam sepuluh senti sedang sepasang 

kaki Pendekar 212 sendiri amblas sedalam tiga senti! 

Keduanya masih berdiri berhadap-hadapan dengan tangan-tangan 

yang tetap terpentang. Pada kening dan tubuh mereka kelihatan percikan-

percikan butiran keringat tanda keduanya sama-sama mengerahkan tenaga 

dalam! 

Dewi Kala Hijau yang melihat hal itu memaklumi bahwa jika 

dibiarkan lebih lama maka dalam waktu yang singkat pastilah muridnya 

akan terluka parah di bagian dalam bahkan tidak mustahil akan menemui 

ajalnya karena dalam pertempuran tadi matanya yangtajam telah dapat mengukur bahwa tenaga dalam Wiro Sableng jauh lebih 

tinggi dari muridnya sendiri! 

Tak menunggu lebih lama maka Dewi Kala Hijau memukulkan 

tangan kanannya ke muka. Serangkum angin menderu tepat ke arah di mana 

angin angin pukulan Wiro Sableng dan Kala Putih saling bentrokan. Langit 

laksana hendak runtuh. Bumi laksana mau rengkah ketika bentrokan itu 

menimbulkan suara letusan yang bukan olah-olah kerasnya! 

Kala Putih terguling di tanah tapi dirinya selamat. Wiro Sableng 

terhuyung nanar dan anehnya kemudian tertawa gelak-geiak! 

"Dewi Kala Hijaul" serunya. 

"Apakah kau masih belum melihat jalan kebenaran?!" 

"Tutup mulutmu manusia hina dina!" bentak Dewi Kala Hijau. 

"Dasar perempuan gendeng," balas memaki Wiro Sableng. 

"Aku berani taruhan potong kuping bahwa maksudmu untuk mendirikan 

Partai terkutuk itu tak akan berhasil ... !" 

Dewi Kala Hijau tertawa sedingin salju. '"Partai Lembah Tengkorak 

bukan saja akan berdiri di dunia persilatan tapi akan merupakan satu-satunya 

Partai yang bakal menguasai dunia persilatan! Semua Partai yang tak mau 

bergabung pasti musnah! Semua tokoh silat yang tak mau menjadi anggota 

pasti meregang nyawa, termasuk kau!" 

Wiro Sableng tertawa membahak "Kau mimpi Dewi. ..” 

“Kaulah yang bakal mimpi di neraka!" tukas Dewi Kala Hijau. Lalu 

pada ketiga muridnya cepat memberikan perintah. 

”Kalian bertiga cepat bikin mampus budak hina dina itu!" 

Kala Biru, Kala Hitam dan Kala Putih segera mengurung Pendekar 212. 

Kala Biru memegang komando begitu terdengar suitannya yang melengkinglangit maka ketiganya pun berubahlah menjadi bayangan hitam, putih dan 

biru. 

 Lima jurus lamanya mereka mereka menggempur dahsyat. Lima jurus 

lamanya pendekar 212 dilanda serangan-serangan sangat hebat. Harus 

menghadapi pukulan-pukulan sinar hijau dan Kala maut sedang dari mulut 

masing-masing ketiga anak murid Dewi Kala Hijau itu tiada hentinya 

menghembuskan asap merah, hitam serta putih yang setiap asap mempunyai 

empat jaluran! 

Lima jurus dimuka pertempuran semakin dahsyat. Pendekar 212 

terdesak hebat! Berkali-kali pendekar muda ini melepaskan pukulan 

"Dinding Angin Berhembus tindih menindih", pukulan "Benteng Topan 

Melanda Samudra” serta pukulan "Kunyuk Melempar Buah” Namun 

desakan ketiga anak murid Dewi Kala Hijau itu sukar di bikin buyar! 

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 menggeram dan membentak 

dan lancarkan pukulan ”Orang Gila Menggebuk Lalat” kedua lengannya 

membabat kian kemari. Hanya dua jurus ketiga pengeroyoknya bisa 

tertahan, sesudah itu kembali Wiro Sableng terdesak hebat!. 

"Gila betul!" kutuk pemuda itu penuh beringas. Dia melompat ke luar 

kalangan pertempuran. Dewi Kala Hijau yang menyangka bahwa pemuda itu 

hendak melarikan diri berseru keras: 

"Budak hina, jangan kira kau bisa kabur dari sini hidup-hidup!" 

"Eh perempuan kunyuk! Siapa bilang aku mau kabur?!" tukas Wiro 

Sableng penasaran. 

"Sekalipun kau ikut mengeroyok tak bakal aku ambii langkah seribu! 

Majulah beramai-ramai!" 

"Kau terlalu tekebur budak hina! Murid-muridku lekas selesaikan 

dia!" Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng berdiri dengankedua kaki merenggang. Sepasang tangannya diacungkan tinggi-tinggi ke 

atas. Ketiga murid Dewi Kala Hijau menyerbu kembali maka laksana titiran 

Wiro Sableng memutar kedua tangannya. Angin yang sangat hebat menderu-

deru! Debu serta pasir beterbangan. Air telaga berombak-ombak. Daun-daun 

pohon berguguran. lnilah pukulan "Angin Puyuh". Kehebatan angin ini 

mengejutkan ketiga murid Dewi Kala Hijau. 

"Tidak usah takut! Kalian tak bakal celaka dengan ilmu picisan itu!" 

teriak Dewi Kala Hijau. Maka lenyaplah keraguan ketiga gadis itu. Dengan 

serentak mereka menyerbu kembali! Dan seperti yang dikatakan oleh Dewi 

Kala Hijau memang kehebatan gempuran tiga gadis itu tak dapat ditahan 

oleh pukulan "Angin Puyuh" Wiro Sableng. 

Tiga jurus kemudian pemuda itu kembali terdesak ke dekat panggung! 

Pendekar 212 keluarkan keringat dingin. Dia membathin: 

"Kalau benar-benar perempuan-perempuan iblis ini dapat mendirikan 

Partai Lembah Tengkorak, celakalah dunia persilatan!" Dalam dia 

membathin itu satu tendangan menghantam pinggulnya! Pendekar 21 2 

terpelanting. Sebelum dia bisa mengimbangi diri empat jalur asap biru 

menyambar kearah kepalanya! 

"Sialan betul!" gerendeng pemuda ini lalu cepat-cepat jatuhkan diri 

dan berguling di tanah. 

"Ha ... ha ... nyawamu sudah di ujung hidung! untuk penghabisan 

kalinya aku beri kesempatan padamu! Menyerah, berlutut minta ampun dan 

masuk ke dalam Partaiku!" kata Dewi Kala Hijau pula. 

”Jangan mengigau, perempuan muka tengkorak!” sahut Wiro Sableng 

seraya berdiri. "Jika murid-muridmu sanggup menerima pukulan yang bakal 

kulancarkan ini, baru aku bersedia masuk Partaimu!. Bahkan menjilat pantat 

kalian pun aku sudi!"Habis berkala Segitu Wiro renggangkan kedua kaki. Sedetik 

kemudian tangan kanannya diangkat tinggi-tinggi ke atas sedang kedua kaki 

melesak ke dalam tanah. Tubuh bergetar dan tangan kanannya kelihatan 

menjadi putih sedang jari-jari kuku memerah menyilaukan! 

”Pukulan Sinar Matahari!" seru Dewi Kala Hijau 

Terkejut bukan main! "Murid-muridku mundurlah! Kalian takkan 

sanggup menerima pukulan itu!" 

”Guru!" seru Kala Biru. 

"Kami bersedia mati demi berdirinya Partai Lembah Tengkorak!" 

"Jangan tolol!" bentak Dewi Kala Hijau. Pendekar 21 2 tertawa 

mengekeh. Tangan kanannya tiba-tiba turun dengan cepat. Satu larik besar 

sinar putih perak yang sangat menyilaukan dan menebar hawa yang sangat 

panas menderu ke arah Kala Biru, Kala Putih dan Kala Hitam. Ketiga murid 

Dewi Kala Hijau ini bersuit nyaring dan tanpa menghiraukan peringatan 

gurunya menyerbu ke muka membabi buta! 

"Murid tolol!" teriak Dewi Kala Hijau. Dengan cepat dia mendahului 

ketiga muridnya. Tangan kiri kanan mengirimkan pukulan "Kala Hijau" 

yang dahsyat. Ratusan kala beracun berlesatan sedang begitu mulutnya 

menghembus maka empat jalur sinar hijau menggebu pula ke arah Pendekar 

212! 

"Bum!" 

Terdengar letusan membelah langit ketika sinar-sinar hijau dan sinar 

putih perak itu beradu di udara! Dewi Kala Hijau terguling di tanah tapi 

tiada terluka sedang Pendekar 212 jatuh duduk di tanah! Keningnya mandi 

keringat! Ketiga murid Dewi Kala Hijau berpekikan memanggil gurunya 

karena menyangka Dewi Kala Hijau terguling mati. Tapi begitu perempuan 

itu bangun kembali legalah hati mereka.Yang hebatnya ialah ketika dua sinar putih dan hijau itu bentrokan, 

angin pukulan pecah ke samping dan menghantam panggung besar. 

Panggung itu hancur berantakan. Mayat-mayat di atasnya berpelantingan 

banyak diantaranya yang mencemplung ke dalam telaga! 

Wiro Sableng berdiri dan memandang tak berkedip pada Dewi Kala 

Hijau. Sepasang mata mereka saling beradu pandang! Masing-masing sama 

mengagumi kehebatan lawan terutama dipihak Dewi Kala Hijau. 

Kekaguman terhadap ketinggian ilmu silat pemuda itu disertai pula dengan 

kekaguman terhadap kegagahannya! 

"Pendekar 212," berkata Dewi Kala Hijau. 

"Apakah kau masih belum bersedia untuk menyerah sebelum 

terlambat?! Sampai saat ini masih ada waktu bagimu untuk masuk menjadi 

anggota Partai Lembah Tengkorak! Kelak kau kuberi kedudukan yang 

tinggi! Kita akan memimpin Partai bersama-sama!" Wiro Sableng tertawa 

dingin. 

"Aku dilepas oleh guruku dari pertapaan bukan untuk bersekutu 

dengan manusia-manusia macammu tapi justru untuk membasmi-nya!" 

Maka marahlah Dewi Kala Hijau! Dia memberi isyarat pada ketiga 

muridnya. Sesaat kemudian disertai dengan lengking jerit yang mengandung 

maut, keempatnya pun menyerbu mengeroyok Pendekar 212! Tentu saja 

pertempuran empat lawan satu ini tak dapat dilukiskan kehebatannya! 

Karena Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya tiada memberi kesempatan 

bagi Wiro untuk melepaskan pukulan "Sinar Matahari" maka dalam tiga 

jurus saja pemuda ini terdesak dan mendapat tekanan serangan yang 

berbahaya dan mengancam jiwanya! 

"lblis-iblis betina! Aku paling benci bertempur melawan musuh yang 

tak bersenjata! Tapi karena kalian telah lebih dahulu mengeroyokku secarapengecut, lagi pula terhadap manusia-manusia macam kalian tak perlu 

begitu memandang aturan persllatan, maka aku terpaksa mengeluarkan 

sentaja!" 

Begitu habis ucapan itu maka menderulah suara mengaung laksana 

tempat itu diserbu oleh ribuan tawon! Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya 

merasakan kulit mereka menjadi sangat perih sedang serangan-serangan 

yang mereka lancarkan kini menjadi buyar! Tubuh dan gerakan mereka 

hanyut terbawa arus sinar putih putaran Kapak Maut Naga Geni 212 yang 

berada di tangan Wiro Sableng! 

Dan kalau tadi mereka yang menggempur serta mendesak kini terjadi 

hal yang sebaliknya! Berkali-kali mereka melepaskan pukulan Kala Hijau, 

berkali-kali mereka menghembuskan "Empat Jalur Asap 

Kematian" tapi percuma saja. Sinar putih yang menggulung-gulung dari 

Kapak Naga Geni 212 di tangan Wiro memusnahkan seluruh serangan 

mereka! 

Dewi Kala Hijau menjadi cemas gelisah. Nyalinya untuk meneruskan 

pertempuran menjadi tipis ketika ujung lengan pakaian hijaunya kena 

disambar putus oleh senjata lawan! Maka perempuan ini segera memberi 

isyarat pada ketiga muridnya. Keempatnya menyerang dengan gencar lalu 

melompat keluar kalangan pertem-puran! 

"lblis-iblis pengecut, kalian mau lari ke mana?!" bentak Wiro Sablen g 

memburu. 

"Budak hina dina, sayang kami tak punya waktu banyak untuk 

menghadapimu! Jika kau masih penasaran silahkan datang ke Lembah 

Tengkorak pada hari dua belas bulan dua belas!" Habis berkata demikian 

Dewi Kala Hijau mengeluarkan sebuah benda berbentuk bola berwamahitam dan besamya sebesar kepalan! Benda itu dilemparkannya ke tanah di 

hadapan Wiro Sableng. 

"Wuuuss!" 

Bola hitam itu pecah. Maka mengebullah asap hitam pekat yang tak 

tertembus pemandangan! 

"Keparat betul!" maki Wiro Sableng. Dia menerjang asap itu dengan 

geramnya. Namun lapisan asap tebalnya sampai sepuluh tombak! Dan bila 

dia berhasil keluar dari lapisan asap itu maka Dewi Kala Hijau dan ketiga 

muridnya sudah lenyap! Mayat Kala Merah juga lenyap! 

* * *


BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 SEBELAS 

Dunia berputar terus. Siang berganti dengan malam, disambung lagi 

dengan siang lalu malam demikianlah seterusnya. Hari berganti minggu, 

minggu berganti bulan. Hari dua belas bulan dua belas semakin dekat juga. 

Dunia persilatan semakin tegang oleh kemunculan Dewi Kala Hijau 

dan murid-muridnya yang hendak mendirikan Partai Lembah Tengkorak. 

Dimana mereka muncul, disitulah terjadi pembunuhan! 

Enam Partai Persilatan musnah lagi tinggal nama saja. Lusinan tokoh 

silat menemui ajalnya di tangan perempuan-perempuan itu. 

Sebenarnya akan lebih banyak lagi Partai Silat dan tokoh-tokoh silat yang 

bakal tamat riwayatnya jika saja kejahatan-kejahatan atau pembunuhan-

pembunuhan yang dilakukan oleh Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya itu 

tidak mendapat halangan dan tantangan dari tokoh-tokoh silat sakti. Satu di 

antara mereka yang paling menjadi momok bagi Dewi Kala Hijau dan 

murid-muridnya ialah Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng! 

Berkali-kali Pendekar 212 menggagalkan maksud Dewi Kala Hijau 

hendak menghancurkan beberapa Partai Persilatan. Berkali-kali pula 

beberapa tokoh silat karena bantuan Pendekar 212 berhasil meIoloskan diri 

dari liang jarum kematian! 

Karenanya antara Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya dengan 

Pendekar 212 terdapat dendam kesumat yang tiada terkirakan besarnya. 

Namun demikian dibalik dendam kesumat itu tersembunyi pula Satu 

perasaan di hati Dewi Kala Hijau. Sang Dewi ini tidak mengetahui bahwaapa yang dirasakannya itu, dialami pula oleh muridnya sendiri yaitu Kala 

Putih! 

Sebelum masuk ke dalam dunia persilatan, Dewi Kala Hijau pernah 

jatuh cinta terhadap seorang pemuda. Pemuda itu kemudian menemui 

kematian di tangan satu gerombolan rampok. Ketika pertama kali bertemu 

muka dengan Wiro Sableng, terkejutlah Dewi Kala Hijau karena pendekar 

ini mirip sekali parasnya dengan pemuda yang pernah dikasihinya itu. Cuma 

bedanya Wiro memiliki rambut panjang gondrong! 

lngat pada pemuda kekasihnya dulu dan melihat Wiro, Sang Dewi 

merasakan seperti kekasihnya hidup kembali. Dan api cinta yang dulu 

padam kini mulai menyala lagi! Namun karena Wiro Sableng senantiasa 

menjadi penghalang besar dalam rencananya untuk mendirikan Partai 

Lembah Tengkorak maka benih cinta yang kembali menyubur itu menjadi 

tertindas tumbuhnya. 

Di satu pihak Wiro bisa memberikan satu kehidupan yang bahagia 

bagi masa depannya, dilain pihak Wiro adalah merupakan musuh besar bagi 

rencana dan dirinya sendiri! 

Sementara itu hari dua belas bulan dua belas semakin dekat juga. 

Dewi Kala Hijau dan murid-muridnya tidak ada waktu lagi untuk menumpas 

Partai-partai Silat dan tokoh-tokoh silat yang menantang-nya karena dia 

harus mempersiapkan segala sesuatunya di Lembah Tengkorak guna 

meresmikan Lembah Tengkoraknya. Maka Dewi Kala Hijau menukar siasat. 

Kedelapan penjuru angin dunia persilatan disebarkanlah surat-surat 

undangan guna menghadiri hari peresmian berdirinya Partai Lembah 

Tengkorak. Bila tokoh tokoh silat dan ketua-ketua Partai Persilatan baik dari 

golongan putih maupun hitam sudah hadir nanti, maka pastilah siasatnya itu 

akan berjalan baik. Apalagi mengingat sampai saat itu dia telah memilikisejumlah besar anggota-anggota partai dari jago-jago silat lihai yang telah 

ditundukkannya! 

Meskipun sudah terbayang oleh Dewi Kala Hijau bahwa Partai 

Lembah Tengkorak pasti akan berdiri dengan megah namun hati kecilnya 

masih gelisah terhadap orang-orang seperti Pendekar 212 Wiro Sableng! 

Sekalipun tidak diundang bukan mustahil Pendekar 212 akan datang ke 

Lembah tengkorak apalagi dalam pertempuran di tempat Partai telaga Wangi 

tempo hari Dewi Kala Hijau telah menantangnya untuk datang ke Lembah 

Tengkorak, pada hari dua belas bulan dua belas! 

Selama mempersiapkan segala sesuatunya di Lembah Tengkorak, 

Dewi Kala Hijau senantiasa mencari akal bagaimana cara yang paling baik 

untuk menghadapi Pendekar 212. pemuda itu berbahaya sekali dan 

merupakan musuh besamya! Namun meski berbahaya, hati kecilnya tak 

menginginkan Wiro Sableng menemui kematian Inilah satu ujian yang berat 

bagi Dewi Kala Hijau! 

Memang bagaimanapun jahat dan terkutuknya hati Seorang manusia, namun 

bila sinar cinta dan kasih sayang merayapi hatinya maka dia akan 

dihadapkan pada kebimbangan. Cintakah yang musti didahulukannya atau 

clta-cltanya ?!. 

Seminggu sebelum tiba hari dua belas bulan dua belas, Dewi Kala Hijau 

memerintahkan muridnya si Kala Putih dan seorang anggota Partai untuk 

mencari dan meringkus Pendekar 212 hidup-hidup. Menurut keyakinan 

Dewi Kala Hijau menjelang hari peresmian berdirinya Partai Lembah 

Tengkorak, pastilah Pendekar itu berada dekat-dekat sekitar kaki Gunung 

Merapi. Adapun anggota Partai yang bersama Kala Putih ini ialah seorang 

tokoh silat aliran hitam yang berjuluk "Si Jaring Hantu". Kehebatan Si 

Jaring Hantu maka sampai dia diberi gelar demikian ialah karena di memiliki senjata ampuh yaitu sebuah jaring yang terbuat dari sejenis tali 

yang tak Satu senjatapun Sampai saat itu sanggup memutusnya! 

Empat hari kemudian maka kembalilah Kala putih hanya seorang diri! 

Dewi Kala Hijau menyambut kedatangan muridnya itu dengan heran. Ada 

perubahan pada paras Kala Putih. 

"Mana Si Jaring Hantu?" bertanya Dewi Kala Hijau. Kala Putih 

menjura di hadapan gurunya tapi tak segera menjawab Kepalanya 

ditundukkan. 

"KaIian berhasil menemui pemuda itu?" Kala Putih mengangguk.., 

"Dan Si Jaring Haniu berhasil menangkapnya-.?" Kala Putih 

menggeleng perlahan. Dewi Kala Hijau memukul meja di hadapannya. 

"Putihl Sikapmu aneh sekali! Cepat berikan penuturan! bentaknya. 

"Mana Si Jaring Hantu?!" tanya Dewi Kala Hijau Hijau sekali lagi. 

"Si Jaring Hantu tewas di tangan pemuda itu, guru ...." 

Berubahlah Paras Dewi Kala Hijau. Dan Kala Putih meneruskan: "Kami 

berhasil menemui pemuda itu disatu jurang sekitar tiga puluh kilo dari sini 

dua hari yang lalu. Kami berdua mengeroyoknya. Setelah bertempur lima 

jurus Si Jaring Hantu berhasil meringkus Pemuda itu dengan jaring saktinya. 

Si pemuda coba lepaskan diri bahkan lepaskan pukulan sinar matahari tapi 

jaring tetap tak mau bobol. Namun keiika Si Jaring Hantu datang mendekat 

tiba-tiba sangat cepat sekali pemuda itu berhasil mencabut kapaknya dan 

membabat ke muka. Tali-tali jaring putus dan kapak terus memapas Perut Si 

Jaring Hantu dan,.. dan mati!" 

"Lantas ... ?" 

"Aku... aku kemudian menghadapi pemuda itu. Tiga jurus saja aku sudah 

terdesak dan... dan terpaksa harus melarikan diri."Dewi Kala Hijau menggigit bibirnya. Matanya meneliti paras muridnya tapi 

tak jelas terlihat karena Kala Putih terus-terusan menundukkan kepalanya. 

Namun demikian pandangan dan perasaan Dewi Kala Hijau Yang 

tajam bisa mengetahui bahwa disamping yang telah diterangkan oleh 

muridnya, pasti terjadi apa-apa! Karena saat itu berada dalam kesibukan 

maka Dewi Kala Hijau memutuskan pembicaraan dengan berkata: "Kau 

pergilah bantu yang lain-lainnya membereskan segala sesuatunya. Beberapa 

diantara undangan telah ada yang datang...." 

Kala Putih menjura lalu pergi dengan cepat. Memasuki hari keenam 

sementara para tamu telah banyak yang datang maka Dewi Kala Hijau 

melihat semakin jelas adanya perubahan pada diri muridnya Si Kala Putih. 

Maka perempuan itu pun menyuruh muridnya menghadap. 

Begitu Kala Putih selesai menjura. Dewi Kala Hijau segera membuka 

mulut: "Sejak kembalimu pergi bersarna Si Jaring Hantu ada banyak 

perubahan dalam sikapmu Betul ... ?" 

Kala Putih agak gugup tapi menjawab juga: ”Tidak ... tak ada 

perubahan pada diriku, Guru ...." 

"Jangan bicara dusta! Jangan tipu gurumu! Jangan tipu dirimu 

sendiri!" membentak Dewi Kala Hijau. "Terangkan apa yang terjadi?!" 

"Tak ada terjadi apa-apa, Guru." sahut Kala Putih. 

Dewi Kala Hijau menggebrak meja. "Selama ini kau selalu periang 

suka melucu, sering tertawa dan bergurau dengan saudara-saudara 

seperguruanmu! Tapi sekembalimu dua hari yang lalu sikap dan sifatrnu 

jauh berubah! Kau jadi. pendiarn, suka menyendiri dan banyak melamun! 

Jangan kira aku ini buta. Putih! Kau berdusta! Angkat mukamu, pandang 

mataku!"Kala Putih mengangkat kepalanya perlahan-lahan dan coba 

memandang kedua mata gurunya. Tapi cuma sebentar. Sedetik kemudian 

kepalanya ditundukkan kembali. Untuk pertama kalinya Kala Putih merasa 

ngeri dan takut melihat sepasang mata serta paras gurunya! 

Dewi Kala Hijau rnenyeringai. "Kau masih juga merahasiakan 

perubahan sikapmu, Putih? Masih merahasiakan apa yang terjadi?!" 

Tenggorokan Kala Putih kelihatan turun naik. Kemudian ter-

dengarlah ucapannya tersendat-sendat.” Se....sesudah Si Jaring Hantu 

menemui ajalnya, aku coba menghadapi... pemuda itu beberapa jurus. Aku 

hanya sanggup menghadapi sebanyak tiga jurus kemudian coba melarikan 

diri namun cepat sekali punggungku kena ditotok hingga aku menjadi kaku 

tegang tak bisa lagi bergerak...." 

Mulut Dewi Kala Hijau komat kamit: "Lalu?!" 

"Kusangka pastilah pernuda itu akan membunuhku tapi ternyata tidak. 

Dia bicara panjang lebar dan menasihatkan agar aku kembali ke jalan benar 

serta meninggalkan kaki Gunung Merapi ini...." 

"Apa jawabmu?" 

"Kumaki dia habis-habisan. Kuludahi mukanya malah, tapi dia hanya 

tertawa-tawa! Dia hendak rnelemparkan aku ke dalam jurang, kecuali jika 

aku berjanji mau kernbali ke jalan yang benar dan meninggalkan tempat ini. 

Aku ... aku terpaksa pura-pura menerima janjinya. Aku dilepas. Kemudian 

aku melarikan diri dan kembali ke sini ...." 

"Hanya itu saja .... Hanya itu saja yang terjadi?!" Kala Putih tak 

menjawab. 

"Jangan diam macam orang tuli serta bisu!" bentak Dewi Kala Hijau. 

”Tidak ... guru ..." kata Kala Putih akhirnya. 

"Apanya yang tidak?!""Tidak itu saja yang terjadi ...." 

"Hah? Lalu apa?!" Tenggorokan Kala Putih kembali kelihatan turun 

naik ”A... aku ... aku ...." 

"Aku apa?!" hardik sang guru tak sabaran. 

"Mohon maaf guru ... aku ... aku tertarik pada pemuda itu ...." Mata 

Dewi Kala Hijau membeliak besar. 

"Apa katamu?! Kau tertarik pada Wiro Sableng pemuda keblinger 

itu?! Hah?!" 

Kala Putih mengangguk perlahan. Mulut gurunya komat kamit. "Kau 

tertarik padanya, kau jatuh cinta padanya?!" Dan Kala Putih mengangguk 

lagi. 

"Gadis sambal!" maki Dewi Kala Hijau. Ditendangnya kursi di 

hadapannya hingga mental dan hancur berantakan! 

"Disuruh meringkus musuh, dia pergi bercinta-cintaan! Apa yang 

telah kalian lakukan?!” 

"Tidak ada ... guru ...." 

"Dusta! Ayo katakan cepat!" Dewi Kala Hijau mengangkat tangan 

kanannya ke atas. Sepasang matanya berkilat-kilat. 

"Jika tak mau mengaku ajalmu sampai detik ini juga!" 

"Dia ... dia menciumku;guru ...." 

"Menciummu?! Gila! Gilaaa! Dicium kau diam saja?" Kala Putih tak 

menjawab. 

"Selain dicium kau diapakan lagi olehnya?!" 

"Di ... dipeluk ...." 

"Anak setan!" Kali ini meja yang jadi korban tendangan Dewi Kala 

Hijau. 

"Habis dipeluk lalu apa lagi ... ?""Tidak ada lagi guru, sungguh." 

"Jangan bohong! Kau ... kau tidur bersamanya ya?!" 

"Tidak, sungguh mati tidak guru ...." Dan Kala Putih mulai 

sesenggukan. 

Dewi Kala Hijau melangkah mundar mandir di ruangan itu beberapa 

lamanya. 

"Dia bicara apa saja padamu? !" 

"Dia bilang akan datang ke sini dan menggagalkan maksud pendirian 

Partai Lembah Tengkorak dan membunuhmu bila kau tak bertobat dan 

kembali kejalan yang benar.. .." 

"Kentut! Kau juga kentut, Kala Putih! Dengar bila kelak peresmian 

Partai telah berlangsung kau akan menerima hukuman berat dariku!" Kala 

Putih menjatuhkan diri berlutut. 

"Guru harap kau sudi memaafkan. Aku ... aku ...." 

"Ke luar dari sini! Aku muak melihatmu!" bentak Dewi Kala Hijau 

dengan amat geram. Perlahan-lahan Kala Putih berdiri. Disekanya kedua 

matanya lalu dengan menundukkan kepala ditinggalkannya tempat itu. 

* * *


BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 DUABELAS 

Hari dua belas bulan dua belas Sang surya memunculkan diri di 

ufuk Timur memancarkan sinar kuning kemerahan. Berangsur tinggi sang 

surya berubah pula warnanya yang merah kekuningan itu menjadi putih 

keperakan. 

Di kaki Timur Gunung Merapi kelihatanlah satu pemandangan baru 

yang luar biasa. Sekitar Lembah Tengkorak dalam radius satu kilometer 

dilingkari oleh sebuah parit yang sangat dalam dan lebar empat puluh 

tombak! Air parit ini kelihatan hijau kelam tanda diserapi dengan racun yang 

jahat. 

Bagaimanapun saktinya seseorang, tak mungkin akan dapat 

melompati parit ini! Di satu bagian dari parit terdapat sebuah tangga 

gantung. Tangga gantung ini terbuat dari tulang belulang manusia seperti 

tulang kaki, lengan dan iga-iga. Di beberapa bagian dihiasi dengan 

tengkorak-tengkorak kepala manusia! 

Di keseluruhan lembah yang dikitari oleh parit itu maka memutihlah 

tulang-tulang belulang dan tengkorak manusia. Di tengah-tengah lembah 

berdiri sebuah panggung yang sangat luas. Seperti jembatan gantung tadi 

maka keseluruhan panggung ini juga terbuat dari tulang belulang manusia! 

Tiang panggung terdiri dari tumpukan tengkorak tengkorak kepala, 

lantainya dari tulang-tulang kaki, tulang-tulang lengan serta iga yang 

disambung satu sama lain! Pada beberapa bagian terdapat rombe rombe atau 

gaba-gaba yang juga semuanya terbuat dari tengkorak serta tulang-tulangmanusia! Di sekitar panggung sebelah muka duduklah ratusan tamu-tamu 

dari dunia persilatan yang telah diundang oleh Dewi Kala Hijau! 

Dan kesemua tamu ini duduk di atas kursi-kursi yang juga dibuat dari 

tulang-tulang manusia! Banyak diantara tokoh-tokoh silat itu yang merasa 

menyesal telah datang ke Lembah Tengkorak! Namun hal ini tidak mereka 

perlihatkan meski di dalam hati mereka sesungguhnya merasa ngeri. 

Ke mana saja mata memandang maka tengkorak-tengkorak kepala dan 

tulang-tulang manusia yang kelihatan serta mereka duduki sebagai kursi! 

Banyak pula di antara para tamu yang bertanya-tanya dalam hati, dari 

manakah semuanya tulang-tulang dan tengkorak-tengkorak manusia itu? 

Apakah dari manusia-manusia yang telah menjadi korban Dewi Kala 

Hijau?! 

Sementara itu di dalam guanya Dewi Kala Hijau tengah dikelilingi 

oleh tiga orang murid dan beberapa anggota Partai yang menduduki jabatan 

tinggi. Dewi Kala Hijau tengah memberikan beberapa tugas-tugas terakhir 

pada mereka Kemudian pertemuan dibuarkan setelah semuanya disuruh 

bersiap siap, kecuali Kala Biru yang kemudian dipanggil dan diajak bicara 

empat mata. 

"Apakah kau sudah lihat pemuda itu di antara para tamu?" tanya Dewi 

Kala Hijau. 

"Sudah guru. Tapi dia tidak duduk di kursi yang disediakan melainkan 

duduk di cabang pohon kenari di sebelah Barat panggung...." 

Dewi Kala Hijau merutuk dalam hatinya, lalu berkata: "Menyamarlah 

dan temui dia di atas pohon itu, lalu ajak kemari melalui pintu rahasia dan 

bawa langsung ke kamarku!" "Waktumu cuma sepuluh menit, Biru!" Kala Biru menjura lalu 

meninggalkan tempat itu dengan cepat. 

Tak lama kemudian di ujung Barat panggung kelihatanlah seorang 

kakek-kakek terbungkuk-bungkuk melangkah mendekati pohon kenari 

besar. Semua yang hadir tidak mengambil perhatian karena menyangka 

kakek-kakek itu adalah seorang dari sekian tamu yang diundang oleh Dewi 

Kala Hijau. Lagi pula semua mata para tamu kebanyakan tertuju ke muka 

panggung. 

Kakek-kakek itu yang tak lain dari pada Kala Biru yang telah 

menyamar adanya, menekuk lutut dan menjejak bumi. Tubuhnya laksana 

terbang melesat ke atas cabang pohon kenari di mana saat itu duduk 

Pendekar 212 Wiro Sableng sambil enak-enakan makan buah kenari! 

"Eh, kakek-kakek kau siapakah yang mau-mauan naik ke tempatku 

duduk ini ... ?!" tanya Wiro Sableng. 

”Kakek Biru menarik nafas dalam dan merubah suaranya sehingga 

persis seperti suara orang tua renta. 

"Wiro Sableng, aku adalah suruhan Dewi Kala Hijau. Dewi 

memintamu untuk datang ke tempatnya. Dia akan bicara empat mata 

denganmu!" 

"Hem ... begitu? lngin bicara apa?" tanya Wiro pula sedang sepasang 

matanya memandang meneliti paras kakek-kakek tua di hadapannya. 

"Mana aku tahu? Aku cuma jalankan perintah," jawab Kala Biru pula. 

"Kalau Dewimu perlu aku, suruh saja dia datang ke sini!" 

"Jangan bicara pongah di sarangnya Dewi Kala Hijau" desis kakek-

kakek itu. 

"Sekalipun kau bisa mengacaukan suasana, tapi jangan harap kau bisa 

ke luar dari sini. Lihat, jembatan gantung telah diputuskan!" Pendekar 212

terkejut dan memandang ke jurusan kanannya. Memang betul, saat itu 

jembatan gantung yang terbuat dari tulang belulang manusia telah 

diputuskan! 

”Kalau jembatan sudah diputus apa kau kira aku tak bisa ke luar dari 

lembah hi...?!" 

"Sudahlah ... aku tak mau bicara panjang lebar dengan kau, Kau mau 

turut aku ke tempatnya Dewi Kala Hijau atau tidak?!" 

"Eh, kakek, kau mengancam aku ... agaknya?” Kala Biru tertawa 

mengekeh. 

"Apakah kau tidak punya nyali untuk berhadapan dengan Dewi kami? 

Ah, kukira kau betul-betul seorang satria berhati jantan! Kiranya cuma 

budak hina dina yang pengecut berhati dodol!" Marahlah Pendekar 212. 

"Di ujung langit pun Dewimu itu aku akan datangi!" katanya. 

"Kalau begitu mari kita buktikan!" Si kakek alias Kala Biru melayang 

turun. Penuh penasaran Pendekar 212 mengikuti! Dia dibawa ke lembah 

sebelah Tenggara, melalui sebuah jalan berputar dan berliku turun naik 

kemudian masuk ke sebuah lobang goa yang dari luar ditutupi dengan 

tumpukan tulang belulang manusia! 

Lorong di dalam goa itu ternyata diterangi dengan lampu-lampu kuno 

berbentuk lampu Aladin. Kira-kira dua menit kemudian, dihadapan sebuah 

pintu batu si kakek menghentikan langkahnya, lalu 

berpaling pada Wiro Sableng, dan berkata: 

"Tunggu aku sampai dl lorong sebelah sana lalu ketuk pintu batu ini 

...." 

"Orang tua, jika ini adalah perangkap jangan harap matimu secara 

baik-baik! Paling tidak tangan dan kakimu akan kutanggalkan satu demi 

satu!" Si Kakek alias Kala Biru tertawa mengekeh dan berlalu dari hadapanPendekar 212. Wiro sendiri merasa tidak enak saat itu dan dia yakin bahwa 

dirinya berada dalam satu perangkap. 

Namun untuk kembali mungkin akan lebih besar lagi bahayanya 

apalagi mengingat tiap pengecut yang diberikan si kakek tadi sangat 

membakar hatinya! Maka ketika si kakek dilihatnya sudah sampai di lorong 

ujung sana segeralah diketuknya pintu batu di hadapannya. 

Pintu batu yang berat itu demikian diketuk membuka ke samping 

dengan sendirinya. Ternyata pintu batu itu tebalnya dua tombak lebih! 

Ketika Wiro memandang ke pintu yang terbuka itu, di belakang pintu 

kelihatanlah sebuah kamar yang sangat bagus! Belum pernah Pendekar kita 

melihat kamar yang demikian. 

Di samping kiri terdapat sebuah tempat tidur berseperai hijau 

berbunga-bunga merah, kuning, putih, biru dan coklat. Di dinding di 

samping tempat tidur ini tergantung sebuah lukisan besar yang indah. 

Di sebelah kanan terdapat seperangkat meja dan kursi sedang keseluruhan 

lantai tertutup dengan permadani tebal dan bagus! 

Tapi apa yang menarik perhatian Pendekar 212 saat itu bukan semua 

keindahan tadi melainkan pada sesosok tubuh perempuan yang duduk di atas 

kursi di tengah ruangan. Perempuan ini mengenakan sehelai baju panjang 

hijau yang terbuat dari kain sutera yang sangat tipis. Kaki kanannya 

dipangkukan di atas kaki kiri sehingga baju panjangnya itu tersibak lebar 

memperlihatkan pahanya 

yang putih padat serta mulus! Di balik baju sutera tipisnya itu hampir jelas 

kelihatan kedua buah dadanya yang besar. Namun semua keindahan badan 

yangqaksana telanjang itu tiada artinya bila dilihat 

paras perempuan itu yang tertutup topeng tipis muka tengkorak!"Silahkan masuk Wiro ...." Dewi Kala Hijau berkata sambil 

melambaikan tangannya. 

"Jika kau mau bicara biar aku berdiri di sini saja," jawab Pendekar 

212 pula. 

"Ah ... ucapanmu menyatakan kecurigaan, bukan? Tak perlu curiga, 

tak perlu khawatir bahwa aku akan menjebakmu. Silahkan masuk " 

"Sekalipun kau memang bermaksud menjebakku, aku tidak gentar! 

Nyawaku berarti juga nyawamu Dewi Kala Hijau!" 

"Hem ... itu satu kata-kata yang bagus. Mari, masuklah Wiro. Aku 

ingin bicara denganmu." Maka Pendekar 212 pun masuklah. Begitu dia 

masuk ke dalam kamar itu maka pintu di belakangnya bergeser cepat dan 

tertutup kembali. 

Dewi Kala Hijau tertawa. "Silahkan duduk" katanya. 

Wiro tetap berdiri di tempatnya. Dan Dewi Kala Hiiau tertawa lagi lalu 

bertanya: 

"Menurutmu kamar ini bagus atau tidak?" 

“Bagus sekali dan indah," jawab Wiro. 

"Cuma sayang ...." 

"Sayang apa?" 

"Sayang dihuni oleh perempuan bermuka buruk!" Dewi Kala Hijau 

tertawa gelak-gelak. 

”Parasku tidak seburuk yang kau kira, Wiro!" katanya. Dan habis 

berkata begini dengan tangan kirinya dibukanya topeng tengkorak yang 

menutupi mukanya. Ternyata Dewi Kala Hijau berparas cantik sekali. 

Hidungnya kecil mancung, bibirnya laksana delima merekah, bola matanya 

bening dan bersinar seperti bintang timur, di dagunya sebelah kiri terdapat 

sebuah tahi lalat kecil. Pendekar.212 garuk kepalanya."Apakah parasku buruk?" bertanya Dewi Kala Hijau. 

"Tidak." jawab Wiro cepat. 

"Tapi buat apa paras secantik itu kalau hatimu lebih jahat dari hati 

iblis?!" Dewi Kala Hijau tertawa lagi gelak-gelak. 

"Wiro, saat ini kita cuma punya sedikit waktu untuk bicara. Sebentar 

lagi aku akan ke luar untuk meresmikan berdirinya Partai Lembah 

Tengkorak! Kuharap kau suka bergabung dengan kami...." Wiro Sableng 

menyeringai. 

"Kau masih saja mimpi tentang Partaimu! Juga apa kau lupa bahwa 

sekali aku menolak tawaranmu sampai kapan pun tetap kutolak!" Dewi Kala 

Hijau berdiri dari kursinya dan melangkah ke hadapan Pendekar 212. Betapa 

jelasnya kelihatan potongan tubuhnya yang indah itu. Pendekar kita merasa 

nafasnya seperti berhenti. 

"Pendekar gagah, agaknya kaulah yang mimpi. Apakah kau buta pada 

kenyataan akan adanya panggung di luar sana? Apakah kau tidak melihat 

para tamu yang datang ke tempat ini untuk menyaksikan resminya 

berdirinya Partai Lembah Tengkorak?" 

"Baik kalau kau bilang aku yang mimpi. Tapi walau bagaimana-pun 

aku tak akan masuk ke dalam Partaimu. Bahkan kedatanganku ke sini justru 

untuk menghancurkannya!" Dewi Kala Hijau melangkah dan berdiri dekat 

dekat di hadapan Pendekar 212. Nafasnya dan bau badannya yang harum 

menyapu-nyapu muka dan menusuk hidung Pendekar 21 2. Tiba-tiba 

perempuan itu merangkulkan kedua tangannya ke leher si pemuda dan 

berbisik lirih: 

"Wiro ... turutlah permintaanku. Mari kita pimpin bersama-sama 

Partai Lembah Tengkorak. Kau boleh tinggal di sini dan aku akan mematuhi 

apa saja yang yang kau inginkan ...." Dada Pendekar 212 menggemuruh.Darahnya mengalir cepat-cepat. Lebih-lebih ketika perempuan itu 

meletakkan kepalanya di dadanya dan memeluknya ketat-ketat! 

"Wiro .." bisik Dewi Kala Hijau lirih. 

"Kau mau mengabulkan permintaanku, bukan?" Wiro tak menjawab 

tapi dengan perlahan dilepaskannya kedua tangan perempuan yang 

merangkulnya itu. 

"wiro ...." 

"Aku tak bisa menerima tawaranmu itu, Dewi Kala Hijau." kata Wiro 

Sableng tegas. 

"Kau akan kuberi kedudukan sebagai Ketua Partai dan aku akan 

menjadi milikmu. Kita akan hidup bersama dan bahagia ... !" ujar Dewi Kala 

Hijau. Sekali lagi tubuhnya merangkul badan si pemuda. 

"Aku tetap tak dapat menerima tawaranmu." Dewi Kala Hijau 

menggerakkan badannya. Maka detik itu juga jatuhlah pakaian yang 

dikenakannya ke lantai! Dalam keadaan tanpa pakaian perempuan ini 

kemudian kembali memeluki tubun si pemuda nafasnya dan dadanya 

memanasi dada Wiro Sableng. 

Kalau saja Pendekar 212 bukan murid Eyang Sinto Gendeng yang 

sudah digembleng lahir serta bathinnya mungkin saat itu akan runtuhlah 

imannya. 

"Dewi Kala Hijau, aku akan meninggalkan tempat ini! Tunjukkan 

jalan ke luar!" 

"Wiro ... jangan pergi. Terima tawaranku ...", kata Dewi Kala Hijau 

lalu ditariknya tangan pemuda itu sehingga keduanya terguling di atas 

tempat tidur! 

"Perempuan hina, jangan coba menipu aku!" bentak Pendekar 212 

meronta."Siapa yang menipumu? Aku bersungguh hati dan tidak palsu dengan 

ucapanku." kata Dewi Kala Hijau. Wiro mendorong perempuan itu hingga 

tertelentang di atas tempat tidur, kemudian dia melompat ke pintu batu 

darimana dia masuk tadi namun pintu itu tiada berbekas sama sekali, lenyap 

sama datar dengan dinding ruangan! 

"Wiro!" Dewi Kala Hijau melompat dan menubruk di pemuda. 

"Kamar ini penuh senjata rahasia. Sekali aku menggerakkan tangan 

atau kaki, tamatlah riwayatmu!" 

"Aku tidak takut mati! Tapi sebelum mati pasti kepalamu kupecahkan 

dulu!" balas mengamcam Pendekar 212. 

Dan Dewi Kala Hijau kelihatan lunak kembali. Satu tangannya 

memeluk lagi tubuh si pemuda. Sedang tangan yang lain menarik tangan 

Wiro dan meletakkannya di atas buah dadanya! 

"Masuklah ke dalam Partaiku, Wiro. Kau kuserahi jabatan sebagai 

Ketua ...." 

"Tidak!" bentak Wiro. 

"Pergilah!" Sekali dorong saja maka hampir sang Dewi jatuh 

terjerongkang. Setelah mengimbangi tubuhnya, Dewi Kala Hijau untuk 

kesekian kalinya merengek macam anak kecil. Namun Pendekar 212 tetap 

pada pendiriannya. 

Maka marahlah perempuan itu Sementara tangan kanannya memeluk 

pinggang Wiro Sableng, tangan yang lain tak terduga tiba-tiba bergerak 

dengan cepat menotok jalan darah urat besar di tubuh Pendekar 212! Tak 

ampun lagi pemuda ini pun roboh ke atas permadan! tanpa bisa bergerak dan 

tanpa sanggup membuka mulut. 

"Manusia goblok! Tolol! Rasakan sekarang!" maki Dewi Kala Hijau."Diberikan kedudukan tinggi, minta jalan ke neraka! Sehabis 

peresmian Partai kelak akan kutunjukkan padamu cara mampus yang paling 

hebat!" Habis berkata begini maka Dewi Kala Hijau mengenakan topeng 

tengkoraknya kembali dan pakaian ringkas wama hijau lalu meninggalkan 

ruangan itu. 

* * *

BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 TIGABELAS 

Ketika ratusan pasang mata memandang lekat-lekat ke arah panggung 

dan menunggu dengan hati tidak sabar tapi juga agak gentar akan munculnya 

Dewi Kala Hijau maka terdengarlah suara gong dipalu tujuh kali. Begitu 

gema gong menghilang, aneh sekali panggung tengkorak di hadapan para 

tamu bergerak ke atas lebih tinggi dan di bawah panggung kelihatanlah 

sebuah pintu terbuka. 

Didahului oleh teriakan-teriakan dahsyat laksana meruntuhkan jagat 

maka dari pintu itu keluarlah Dewi Kala Hijau diiringi oleh tiga orang 

muridnya dan seratus lebih anggota partai. Baik Dewi Kala Hijau maupun 

murid-murid serta seluruh anggota Partai. semuanya mengenakar sebuah 

kalung tengkorak manusia! Dewi Kala Hijau, tiga orang muridnya dan 

sekuruh anggota Partai kemudian duduk di barisan kursi yang terletak di 

panggung sebelah Barat. 

Tujuh kali lagi gong dipalu dan setelah itu Dewi Kala Hijau pun 

selaku Ketua Partai Lembah Tengkorak melompat naik ke atas panggung. 

Gerakannya indah sekali waktu melompat itu kakinya tidak kelihatan 

menekuk ataupun memusatkan berat badan untuk dihenjot ke atas. Dari sini 

saja setiap yang hadir sudah dapat mengetahui bagaimana tingginya ilmu 

Dewi Kala Hijau! 

Sebelum membuka mulut terlebih dahulu Dewi Kala Hijau menyapu 

seluruh para tamu dengan sepasang matanya. Kemudian baru terdengar 

suaranya yang nyaring lantang, yang sekaligus bernada pongah congkak! 

"Aku Dewi Kala Hijau selaku Ketua Partai Lembah Tengkorak 

menghaturkan banyak terima kasih kepada saudara-saudara di sini yangtelah sudi datang untuk menyaksikan sendiri dengan resmi berdirinya Partai 

Lembah Tengkorak!” 

”Perlu saudara-saudara ketahui bahwa Partai ini mempunyai satu 

maksud besar yakni menggabung dan mempersatukan seluruh tokoh silat 

serta Partai Persilatan di dunia untuk berpadu dalam satu Partai saja yaitu 

Partai kami, Partai Lembah Tengkorak. Kami tidak memaksa siapapun dan 

Partai Silat manapun untuk memasuki Partai Lembah Tengkorak. Tapi 

menurut pandangan kami, jika kalian semua sudah bersedia menerima 

undangan dan datang ke sini maka itu berarti kalian telah menyatakan diri 

masuk ke dalam Partai Lembah Tengkorak!" 

Gemparlah suasana para hadirin begitu mendengar ucapan Ketua 

Partai Lembah Tengkorak itu. Mereka saling pandang dengan mulut 

menganga dan mata membeliak besar! 

Belum lagi rasa terkejut yang menggempari suasana itu berakhir maka 

terdengar pula suara Dewi Kala Hijau. 

"Saat ini Partai LembahTengkorak sudah memiliki lebih dari seratus 

anggota yang terdiri dari tokoh-tokoh silat utama bahkan beberapa di 

antaranya pernah merajai dunia persilatan! Sekarang, untuk tidak membuang 

waktu, kuharap kalian semua berdiri dari kursi masing-masing dan berlutut 

mengangkat sumpah menyatakan diri masuk ke dalam Partai Lembah 

Tengkorak!" 

Kembali suasana menjadi gempar penuh ketegangan. Tiba-tiba 

seorang diantara para hadirin berdiri dan berseru. 

"Dewi Kala Hijau! Undangan yang kau berikan kepadaku dan semua 

yang hadir di sini adalah hanya untuk menghadiri berdirinya kau punya 

PartaiTapi saat ini dengan menyatakan besarnya jumlah anggota Partaimu 

kau memaksa kami untuk masuk menjadi anggota Partai Lembah 

Tengkorak! Aturan macam manakah yang kau pakai?!" 

Semua kepala, termasuk kepala Dewi Kala Hijau dengan serta merta 

berpaling. Yang bicara ternyata adalah seorang tokoh silat golongan putih 

yang besar pengaruhnya dewasa itu. 

”Oh, kiranya Pendekar Bambu Kuning." Kata Dewi Kala Hijau. 

"Tentu saja untuk orang semacammu tidak akan masuk sebagai anggota 

biasa, tapi anggota dengan jabatan tinggi." 

"Maaf, aku tidak bermaksud untuk menanyakan tinggi atau rendahnya 

jabatanku sebagai anggota, tapi ialah menolak keras adanya unsur paksaan 

untuk masuk Partaimul" 

“Lantas apa maumu, Pendekar Bambu Kuning?'" tanya Dewi Kala 

Hijau mulai beringas. 

”Kuharap kau menarik pulang kembali ucapanmu yang memaksa 

tadi!" Dewi Kala Hijau tertawa dingin. 

"Sebenarnya aku tidak memaksa," katanya, 

"Tapi bila ada diantara yang hadir di sini tidak mau menuruti 

kehendakku berarti itu mempersingkat umur namanya! Apa kalian tidak 

tahu, sekalipun kalian memiliki sayap atau pandai terbang, kalian pasti tak 

akan ke luar dari Lembah ini dengan selamat, kecuali jika kalian masuk dan 

bergabung dalam Partaiku!" 

"Aku menolak mentah-mentah masuk Partaimu!" kata Pendekar 

Bambu Kuning dengan suara tegas mantap. Paras Dewi Kala Hijau 

mengkerut di batik topeng tengkoraknya. Dia berpaling ke belakang dan 

berseru:

"Pahat Tiga Racun, bereskan pengacau ini! Paling lambat dalam lima 

jurus!" Maka seorang laki-laki berpakaian merah darah berkumis melintang 

yang selilit pinggangnya bergantungan lebih dari seratus buah pahat hitam 

beracun segera melompat ke atas panggung. Dia memandang dengan bengis 

kepada Pendekar Bambu 

Kuning lalu membentak: 

”Manusia yang besar mulut dan telah menghina terhadap Ketua kami, 

harap naik ke panggung untuk terima kematianl" 

Meluaplah amarah Pendekar Bambu Kuning sambil berteriak nyaring 

dan meiompat ke panggung dicabutnya senjatanya yaitu sebuah bambu 

kuning, dan terus menyerang! Si Pahat Tiga racun menyambut serangan 

lawan dengan melemparkan lima Pahat Beracun. 

Sekali memutar bambu kuningnya maka runtuhlah kelima pahat hitam 

itu! Si Pahat Tiga Racun cabut lagi dua pahatnya. Dengan senjata itu 

kemudian dia menyerang Pendekar Bambu Kuning! Pertempuran hebat pun 

berkecamuklah. Dalam waktu yang sangat singkat tiga jurus sudah berlalu! 

Memasuki jurus yang keempat terdengarlah seruan Pendekar Bambu Kuning 

karena pertengahan bambunya berhasil dijapit oleh sepasang pahat hitam 

lawan! 

Dengan terpaksa Pendekar Bambu Kuning lepaskan bambunya. 

Serentak tangan melepas, serentak pula kaki kanan menendang ke muka! 

Pahat Tiga Racun melompat ke samping tapi dia tertipu! Tendangan tadi 

palsu belaka karena begitu dia mengelak 

layannya segera menghantamkan satu pukulan tangan kosong yang 

mengandung tenaga dalam ampuh!Pahat Tiga Racun dengan cepat lepaskan japitan kedua pahatnya atas 

bambu kuning. Kedua senjata itu kemudian diputarnya untuk menangkis 

serangan lawan tapi kasip! Angin pukulan Pendekar 

Bambu Kuning telah menghantam dadanya lebih dahulu! Si Pahat Tiga 

Racun mencelat dua tombak, terguling di panggung dan muntah darah! Pada 

saat Pendekar Bambu Kuning membungkuk mengambil bambunya tahu-tahu 

tiga bayangan melesat ke atas panggung dan langsung menyerang! 

Dengan jatuhkan diri dan bergulingan, Pendekar Bambu Kuning 

berhasil menyelamatkan diri! Yang menyerangnya adalah tiga manusia 

berbadan kate dan mengenakan pakaian bertambal-tambal 

dan robek-robek. 

"Hem, pengemis Baju Rombeng! Kalian bertiga rupanya juga tersesat 

jadi bergundalnya perempuan iblis itu huh?! Baik, majulah sekaligus biar 

lekas kumusnahkan!" 

Pengemis-pengemis Baju Rombeng cabut senjata mereka yaitu 

sebentuk sapu ijuk pendek. Berbarengan ketiganya menggerakkan sapu ijuk 

itu. 

Tiga ratus jarum hitam kemudian mendesing ke arah Pendekar Bambu 

Kuning dari tiga jurusan! 

”Curang!" terdengar seruan hadirin. Di atas panggung Pendekar 

Bambu Kuning sangat terkejut dan tak menduga kalau akan diserang sehebat 

itu. Segera diputarnya senjatanya. Namun seberapa dari jarum hitam yang 

datang dari samping kiri kanan masih sempat menancapi tubuhnya. 

”Ha... ha!" tawa salah seorang dari Pengemis Rombeng. 

”Jarum-jarum itu mengandung racun? jahat?! Nyawamu hanya tinggal 

tiga jam lagi!”Mendengar itu maka kalaplah Pendekar Bambu Kuning! Senjatanya 

dibolang balingkan cepat sekali! Jurus-jurus simpanannya dikeluarkan! 

Sesaat kemudian terdengar jeritan salah seorang dari Pengemis Baju 

Rombeng. Kepalanya hancur dihantam ujung bambu! Namun disaat itu pula 

tubuh Pendekar Bambu Kuning semakin lemah akibat rangsangan racun 

jarum. Setelah bertempur tujuh jurus akhirnya dia terpaksa menemui ajalnya 

di tangan kedua 

orang Pengemis Baju Rombeng itu! 

"Bagus!" seru Dewi Kala Hijau memuji kedua Pengemis Baju 

Rombeng. 

"Kelak kau akan kuberi tanda jasa!" Kedua orang itu tersenyum 

girang dan menjura lalu siap-siap untuk meninggalkan panggung namun 

langkah mereka terhenti ketika satu sosok bayangan biru melesat ke atas 

panggung sambil membentak: 

"Pengemis-pengemis pengecut curang hina dina! Tetap tinggal di atas 

panggung! Aku mau lihat apakah kau juga bisa melakukan kecurangan 

terhadapku?!" 

Bentakan itu adalah bentakan suara perempuan! Tapi nyaring dan 

kerasnya bukan olah-olah! Panggung tengkorak bergetar, telinga yang hadir 

mendenging! Semua mata tanpa berkedip memandang pada si pembentak! 

Dan ternyata dia memang seorang perempuan! 

Perempuan ini mengenakan pakaian biru. Parasnya sebatas mata ke 

bawah ditutup dengan sehelai kain yang juga berwarna biru! 

"Dewi Kerudung Biru!" berseru beberapa tokoh silat utama yang 

mengenali siapa adanya perempuan itu! Maka ketegangan pun semakin 

bertambahlah! Dewi Kerudung Biru bertemu dengan Dewi Kala Hijau tentu 

tak dapat dilukiskan kehebatannya nanti!Dewi Kala Hijau di bailik topeng tengkoraknya mengerutkan kening. 

Sepasang matanya memandang tak berkedip dan menyorot tajam pada Dewi 

Kerudung Biru. Menurut taksiran Dewi Kala Hijau, perempuan berkerudung 

biru itu sebaya dengan dia. 

"Ayo, kenapa kalian melongo dan mematung saja?! Perlihatkan lagi 

kebiadaban dan kecurangan serta kepengecutan kalian!" bentak Dewi 

Kerudung Biru pada kedua Pengemis Baju Rombeng. Yang menjawab 

adalah Dewi Kala Hijau 

"Dewi Kerudung Biru, jika kedatanganmu ke atas panggung ini untuk 

mengacau, berarti kau tidak melihat tingginya Gunung Merapi di depan mata 

Tapi jika kedatanganmu untuk memasuki Partai Lembah Tengkorak, kelak 

aku akan berikan kedudukan tinggi kepadamul" 

"lblis betina!" jawab Dewi Kerudung Biru. 

"Aku tidak buta sampai tak melihat Gunung Merapi di depan mata," 

dan Dewi Kerudung Biru menunjuk ke arah Gunung Merapi yang berdiri 

megah di depan sebelah Barat Lembah Tengkorak, 

"Tapi dosa dan kejahatanmu lebih besar dan lebih tinggi dari gunung 

itu! Hari ini kau meresmikan berdirinya Partai Lembah Tengkorak dan 

mengangkat diri sebagai Ketua! Tapi apa kau tahu bahwa hari ini juga 

adalah merupakan akhir hayatmu?!" 

"Perempuan setan!" balas memaki Dewi Kala Hijau. 

"Namamu memang besar! Tapi di sini jangan jual tampang! Pengemis 

Baju Rombeng! Bunuh perempuan setan itu!" 

Mendengar perintah itu, tak menunggu lebih lama kedua Pengemis 

Baju Rombeng kebutkan sapu ijuk masing-masing. Ratusan jarum hitam 

beacun jahat menderu menyambar ke arah Dewi Kerudung Biru. (Sepertidituturkan dalam kisah-kisah Pendekar 212 sebelumnya Dewi Kerudung 

Biru ini adalah Anggini, murid tokoh silat yang bergelar Dewa Tuak). 

Melihat serangan jarum maut itu Dewi Kerudung Biru mendengus. 

Dia melompat setinggi lima tombak kemudian laksana kilat berkelebat ke 

bawah, tangan kanan dipentang ke muka, jari-jari ditekuk kedalam! 

"Cakar Garuda Emas!" seru Dewi Kala Hijau. Pengemis Baju 

Rombeng, awas!" Tapi percuma saja peringatan itu. Salah seorang 

dari dua Pengemis Baju Rombeng menjerit. 

Mukanya mandi darah. Hidung tanggal, kedua biji mata hancur luluh! 

Yang seorang lagi saking kecut dan terkejutnya sampai melompat mundur 

beberapa langkah sedang para hadirin diam-diam sangat memuji kelihaian 

Dewi Kerudung Biru. 

Terdengar bentakan nyaring. Pengemis Baju Rombeng yang ketiga 

cabut pedang dan kebutkan sapu ijuknya. Satu jurus dia berkelebat cepat 

menggempur lawan namun tiada guna! Sekali Dewi Kerudung Biru 

gerakkan tangan kirinya maka "Buk!" Pengemis Baru Rombeng mencelat ke 

luar panggung. Tulang lehernya patah! 

"Empat. Srigala Putih!" seru Dewi Kala Hijau 

"Cepat bikin perhitungan dengan bangsat itu!" Empat bayangan putih 

berkelebat melompat ke atas panggung! Keempat manusia ini yang berjuluk 

Empat Srigala Putih mengurung Dewi Kerudung Biru dari empat sudut 

panggung! 

"Hemm ... jadi kalian juga merupakan kaki tangan iblis dajal itu ya? 

bagus! Majulah cepat!" ejek Dewi Kerudung Biru. 

"Lima tahun malang melintang di daerah ini tak satu jago pun yang 

berhasil merubuhkan kami! Katakan cara mati yang bagaimana yang kau 

ingini perempuan hina?!""Cara mati yang begini, sobatku!" jawab Dewi Kerudung Biru. 

Bersamaan dengan itu tubuhnya lenyap ke hadapan orang yang bicara tadi. 

Dan terdengarlah satu pekikan hebatl Orang tadi kelihatan menutupi 

mukanya, Darah mengalir dari sela-sela jari. Sesaat kemudian tubuhnya pun 

tergelimpang di atas panggung tengkorak! 

Tiga rekannya yang lain melolong tinggi persis seperti srigala yang 

kemudian dengan serentak menyerang Dewi Kerudung Biru! Lima jurus 

berlalu sangat cepat! Dewi Kerudung Biru membentak! 

Satu jeritan lagi terdengar! Satu orang lagi menggelimpang di lantai 

panggung! Rahang-rahang Dewi Kala Hijau bergemeletakkan. Mulutnya 

komat kamit seketika. Kemudian terdengarlah lengkingannya. 

"Sepuluh Pemimpin Cabang Partai, majulah!" Maka ke atas panggung 

sepuluh laki-laki berpakaian merah darah berlompatan gesit! Sedetik 

kemudian sepuluh pedang merah bergulung-gulung! Angin sepuluh senjata 

itu laksana topan prahara dan kesemuanya menyerang satu sasaran yaitu 

Dewi Kerudung Biru, ditambah lagi tekanan-tekanan gencar yang 

dilancarkan dua dari Empat Srigala Putih yang masih hidup! Karena kedua 

belas orang ini bukanlah berkepandaian rendah maka satu jurus saja Dewi 

Kerudung Birupun terdesaklah! Tapi sang Dewi tiada kelihatan gugup atau 

kecut sedikit pun ! Malahan dia berseru dengan nada mengejek kepada Dewi 

Kala Hijau! 

"Ketua Partai Lembah Tengkorak! Kurasa masih kurang jumlahnya 

cecunguk-cecungukmu yang mengeroyokku!" 

"Jangan merocos juga betina edan! Sebentar lagi kepalamu sampai ke 

kaki akan tercincang lumat!" Keroyokan kedua belas orang itu memang luar 

biasa hebatnya. Namun Dewi Kerudung Biru benar-benar luar biasa pula 

tinggi ilmunya. Begitu kedua tangannya bergerak mengeluarkan jurus "NagaKepala Seribu Mengamuk", maka tiga dari pengeroyok rubuh tanpa nyawa, 

sesudah itu dua orang lagi roboh terjungkal ke luar panggung. 

Dengan geram Dewi Kala Hijau memerintahkan lagi sepuluh orang 

anggota Partai yang berkepandaian tinggi untuk mengeroyok Dewi 

Kerudung Biru! Dilain pihak yang dikeroyok pun mengamuk dengan 

hebatnya. Jurus-jurus "Naga Kepala Seribu Mengamuk" dan "Cakar Garuda 

Emas" menebar silih berganti. Meskipun demikian jalannya pertempuran 

tetap tak seimbang. 

Dewi Kerudung Biru terdesak ke sudut panggung sebelah kanan! 

"Ketua Partai Lembah Tengkorak!" terdengar seruan dari bawah 

panggung. 

"Kami Tiga Brahmana dari Gunung Nagajembangan tidak bisa tinggal 

diam! Pengeroyokan ini sudah sangat keterlaluan!" Sesaat kemudian tiga 

sosok bayangan putih melompat ke atas panggung. 

Dewi Kala Hijau memutar kepalanya dengan cepat. Pan-dangannya 

tampak bengis. 

"Brahmana-brahmana tidak tahu diri, kalian mau turun tangan, baik! 

Tapi terima dulu hadiahku ini!" Ketua Partai Lembah Tengkorak 

mengangkat tangan kanannya. Selarik besar sinar hijau menderu dahsyat! 

"Pukulan Kala Hijau!" seru Brahmana yang paling muka. Serentak 

dengan itu dia bersama dua kawannya melompat ke samping dan kebutkan 

lengan jubah masing-masing! Tapi terlambat. Dua puluh ekor kala beracun 

telah menyusup dan menancap di muka serta dada mereka. Ketiganya 

terjungkal kembali ke bawah tanpa sempat menjejakkan satu kakipun di 

lantai panggung yang terbuat dari tulang belulang dan tengkorak manusia 

itu!"Siapa lagi yang hendak turun tangan membantu betina keparat itu 

silahkan naik ke atas panggung!" seru Dewi Kala Hijau! Semua hati yang 

hadir tercekat dan tak satu pun yang kelihatan berani menerima tantangan 

itu! 

Sementara itu di sudut panggung sebelah kanan Dewi Kerudung Biru 

semakin kepepet! ketika lengan baju birunya robek besar disambar ujung 

pedang salah satu pengeroyok maka naiklah luapan amarahnya ke kepala! 

Kedua tangan kiri kanan diangkat ke atas dan dipukdlkan ke muka. 

Dua rangkum angin pukulan yang berwarna biru melabrak dari dua jurusan! 

"Pukulan Asap Kencana Biru!" seru Dewi Kala Hijau dengan paras tersirap. 

Dia memang sudah lama mendengar kehebatan ilmu pukulan itu dan baru 

saat itu menyaksikan dengan mata kepala sendiri. 

Empat orang pengeroyok berpelantingan terhampar di panggung dua 

orang, yang dua lagi terguling di bawah panggung. Keempatnya tanpa 

nyawa! 

Dan bila Dewi Kerudung Biru mengangkat lagi kedua tangannya, 

kembali empat korban jatuh! 

"Setan alas!" kutuk Dewi Kala Hijau. Matanya berputar ke arah 

dimana murid-muridnya duduk. Hanya Kala Biru dan Kala Hitam yang 

tampak. Kala Putih tiada kelihatan. Ini membuat Dewi Kala Hijau merasa 

curiga namun untuk menyelidik saat itu juga dimana Kala Putih berada tentu 

saja bukan pada tempatnya. 

"Kala Biru, Kala Hitam! Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan!" 

teriak Ketua Partai Lembah Tengkorak. 

Kedua muridnya pun segera bangkit dari kursi. Begitu melompat ke 

panggung, begitu mereka kirimkan serangan kala hijau ke arah Dewi 

Kerudung Biru. Dewi Kerudung Biru tidak tinggal diam. Dia sudah maklumkehebatan ilmu pukulan itu. Kedua tangannya dipukulkan ke depan. Dua 

larik sinar biru menderu menangkis dua larik sinar hijau yang membawa 

Pukulan kala maut! 

Bentrokan itu demikian hebatnya hingga menimbulkan suara laksana 

letusan meriam! Meskipun jumlah pengeroyok kini berkurang 

namun dengan munculnya Kala Hitam serta Kala Biru maka keadaan Dewi 

Kerudung Biru lebih hebat terdesaknya dari tadi! 

Sepuluh jurus dengan kehebatannya yang luar biasa dia masih 

sanggup bertahan meski bertahan sambil mundur terus-terusan. Diam-diam 

Dewi Kerudung Biru mengeluh dalam hati. Sampai berapa jurus lagi dia 

akan sanggup bertahan? 

Sementara itu Ketua Partai Lembah Tengkorak yang melihat Dewi 

Kerudung Biru masih bisa bertahan menjadi penasaran sekali! Diam-diam 

dia gerakkan tangannya mengirimkan pukulan-pukulan jarak jauh! Dewi 

Kerudung Biru bukan tidak tahu kalau dirinya diserang secara pengecut itu, 

namun untuk balas menyerang dia tak punya kesempatan, apalagi 

menghadapi pengeroyok yang banyak dan lihai-lihai itu! 

Lagi-lagi perempuan itu mengeluh dalam hati. Pada jurus yang kelima 

puluh satu, itulah batas kesanggupan Dewi Kerudung Biru untuk bertahan. 

Ketika dua ujung pedang menusuk dari muka belakang, satu kaki 

menendang ke arah selangkangan dan dua larik sinar hijau yang membawa 

puluhan kala maut menyerangnya, maka perempuan ini tiada sanggup lagi 

berkelit! 

"Tamatlah riwayatku ..." kata Dewi Kerudung Biru. Dia menggerung 

keras dan meramkan mata menunggu sampai ajalnya. Disaat yang kritis itu 

tahu-tahu terdengar suara mengaung laksana ribuan tawon mengamuk. Satusinar putih berkiblat panas dan memerihkan kulit dan satu bentakan 

mengatasi ketegangan suasana. 

"Manusia-manusia pengecut berhati dajal! Makan kapakku!" Dan 

enam pengeroyok menjerit rubuh. Kala Hitam kalau tidak lekas-lekas 

melompat mundur pasti akan terluka besar bagian dadanya! 

* * *


BASTIAN TITO WIRO SABLENG 

 NERAKA LEMBAH TENGKORAK 

 EMPATBELAS 

Ketika ketua Partai Lembah Tengkorak melihat siapa adanya manusia 

yang muncul itu, terbeliaklah kedua matanya! 

"Pemuda sinting! Bagaimana kau bisa lepas?!" tanyanya garang. Si 

pemuda yang bukan lain daripada Pendekar 212 Wiro Sableng tertawa. 

"Sekarang bukan saatnya untuk bertanya jawab! kejahatanmu sudah 

lewat batas, dosamu sudah melampaui takaran! Karenanya mati adalah yang 

paling bagus buatmu!" 

Dewi Kerudung Biru sendiri yang tadi pejamkam mata menunggu 

ajalnya dengan terheran-heran membuka matanya kembali. Begitu melihat 

dan mengenali pemuda yang di hadapannya dia pun berseru gembira: 

"Wiro...!" 

Pendekar 212 mengedipkan matanya dan bersiul. 

"Anggini, mari kita tumpas manusia-manusia iblis ini!" 

"Memang itu maksudku Wiro. Terima kasih atas pertolonganmu tadi!" 

jawab Anggini atau Dewi Kerudung Biru. 

"Seluruh anggota Partai!" teriak Ketua Partai Lembah Tengkorak 

pula. 

"Siapkan dirimu semuanya untuk melumat kedua biang racun 

pengacau ini!" Pada saat itu pulalah Ketua Partai Lembah Tengkorak 

melihat muridnya Si Kala Putih. 

"Dari mana kau?!" tanyanya membentak. 

"Dewi Kala Hijau, mulai saat ini aku bukan muridmu lagi ...." 

"Hah! Apa ... ?!" belalak Dewi Kala Hijau."Aku bukan muridmu lagi. Aku keluar dari Partaimu!" kata Kala Putih 

pula. 

"Murid kualat murtad! Pasti kau juga yang melepaskan pemuda 

rambut gondrong itu ya?!" , 

"Ya!" sahut Kala Putih tanpa ragu-ragu. Mendidih amarah Dewi Kala 

Hijau. 

"Kau boleh menjadi murid murtad! Kau boleh keluar dari Partai Tapi 

nyawamu juga musti minggat dari tubuh!" Ketua Partai Lembah Tengkorak 

pukulkan kedua telapak tangan ke muka. Mulut menghembus! Dua larik 

sinar hijau dan empat jalur asap hijau menderu dahulu mendahului 

menyerang Kala putih! Karena gugup dan tak menduga gurunya akan turun 

tangan secepat itu, Kala Putih terlambat mengelak. Tak ampun lagi tubuhnya 

kena dilanda serangan Dewi Kala Hijau. Dia terguling sampai beberapa 

tombak dengan muka serta badan ditancapi kalajengking beracun. Dari 

mulutnya membuih darah kental! 

Menyaksikan kematian Kala Putih, gadis yang telah membebaskannya 

dari totokan dan kurungan Dewi Kala Hijau maka Pendekar 212 naik pitam. 

Namun sebelum dia melompat ke hadapan Dewi Kala Hijau, puluhan 

anggota Partai Lembah Tengkorak telah mengurungnya bersama Dewi 

Kerudung Biru! 

"Kalian minta mampus semua, marilah!" teriak Wiro Sambil tertawa 

menggidikkan pendekar ini memular kapaknya dengan sabat dan berseru 

nyaring 

"Para tamu yang hadir di sini! lnilah saat dimana kalian semua harus 

turun tangan untuk menghancurkan manusia-manusia pembawa malapetaka 

ini! Jika terlambat kalian semua akan menjadi korban dan dunia persilatanakan hancur binasa! Mari kita sama-sama berebut pahala memenggal kepala 

Dewi durjana Ketua Partai Lembah Tengkorak!" 

Mendengar seruan yang bersemangat ini dan mengetahui pula siapa 

adanya Wiro Sableng maka besarlah nyali mereka yang hadir! Serentak 

mereka mencabut senjata serentak itu pula semuanya menyerang! 

Maka pertempuran yang sangat dahsyat, yang tak pemah terjadi dalam 

sejarah dunia persilatan sebelumnya, berkecamuklah! Ratusan senjata 

berkiblat mencari korban! Dan suara beradunya senjata-senjata itu, suara 

bentakan-bentakan serta caci maki. 

Suara gerung dan jerit kematian serta keluh serangan mereka yang 

meregang nyawa menjadi satu laksana hendak menjungkir balikkan bumi 

dan langit, laksana mau kiamat! Dan mengatasi semua 

suara itu maka terdengarlah dengungan Kapak Maut Naga Geni 212 yang 

dipegang oleh Wiro Sableng. 

Sambil berkelebat kian kemari menebar maut pemuda itu tiada 

hentinya mengeluarkan suara siulan yang menusuk dan menyakitkan 

gendang-gendang telinga. Sekali-sekali bila dia mengeluarkan suara tertawa 

bekakakan maka tergetarlah hati setiap lawan! 

Kurang dari sepeminum teh berlalu maka sudah bertebaran puluhan 

mayat! Jika ada seseorang lain di luar pertempuran menyaksikan apa yang 

terjadi di Lembah Tengkorak saat itu pastilah bulu kuduknya akan 

merinding! 

Apa yang disaksikannya itu adalah neraka dunia yang mengerikan! 

Setiap Kapak Maut Naga Geni 212 berkiblat dengan suara mengaung serta 

larikan sinar putihnya maka terdengarlah pekik jerit kematian! Puluhan 

pengurung Pendekar 212 laksana semak belukar yang ditabas, rambas 

berkelompok-kelompok.Mereka yang masih hidup dengan tercekat hati serta meleleh nyalinya 

tiada berani melakukan serangan dalam jarak dekat! Dilain bagian Anggini 

serta tokoh-tokoh silat lainnya mengamuk pula tiada terkirakan hebatnya! 

Setelah tiga puluh jurus berlalu, sesudah mayat bertebaran hampir di 

seluruh tempat sehingga kemanapun kaki dilangkahkan pastilah menginjak 

sosok mayat. Jumlah anggota Partai Lembah Tengkorak yang masih 

bertempur dibawah pimpinan Dewi Kala Hijau dan Kala Hitam serta Kala 

Biru setiap saat semakin berkurang! 

Akhimya ketika jumlah mereka hanya bersisa tigapuluh orang saja 

lagi, mereka segera maklum bahwa mereka tak akan sanggup bertahan lebih 

lama meskipun ketua mereka dan dua orang muridnya yang berilmu tinggi 

saat itu masih hidup! 

Maka mereka pun saling memberi isyarat! Tepat pada jurus yang 

ketiga puluh dua, lebih dari dua puluh anggota Partai Lembah Tengkorak 

segera ambil langkah seribu, lari ke jurusan parit sebelah Timur di mana 

terletak jembatan gantung. Beramai-ramai mereka mengangkat dan 

memasang jembatan itu. Melihat ini Dewi Kala Hijau kemarahannya tiada 

terkirakanl 

"Setan-setan alas! Kembali!" teriaknya memerintah. Tapi mana orang-

orang itu mau kembali. Malah mereka lebih mempercepat pemasangan 

jembatan gantung tulang belulang. 

"Anggota-anggota Partai macam kalian lebih bagus dikirim ke 

naraka!" ujar Dewi Kala Hijau Tangan kanannya menghantam ke muka. 

Puluhan kalajengking maut melesat dan di muka sana, sembilan anggota 

partai yang tengah mengangkat jembatan gantung 

menjerit roboh tanpa nyawa!Dewi Kala Hijau angkat lagi tangannya kanannya. Namun sebelum 

tangan itu dipukulkan ke muka, satu angin deras dan satu sabatan sinar putih 

menyilaukan yang disertai suara mengaung menderu di depan hidungnya! 

Dewi Kala Hijau tersurut lima tombak! Ketika dia memandang ke 

depan, maka Pendekar 212 berdiri di hadapannya dengan melintangkan 

Kapak Naga Geni 212 di muka dada! Perempuan itu telah menyaksikan 

sendiri kehebatan dan ketinggian ilmu si pemuda. Berdiri berhadap-hadapan 

demikian rupa tergetarlah hatinya. Apalagi ketika dia memandang 

berkeliling semakin menciut nyalinya karena barulah disadarinya bahwa saat 

itu dipihaknya hanya tinggal dia dan kedua muridnya saja. 

Yang lain-lain ketika Pendekar 212 melompat menghalangi 

serangannya tadi telah melarikan diri pula, bergabung dengan anggota-

anggota partai di sekitar jembatan gantung! 

Yang membuat Ketua Partai Lembah Tengkorak itu semakin menciut 

nyalinya ialah karena sekitar panggung telah dikurung oleh kira-kira tiga 

puluh tokoh-tokoh silat yang sebelumnya menjadi tamunya dalam peresmian 

berdirinya Partainya! 

"Dewi Kala Hijau! Padamu kuberikan sedikit waktu untuk bertobat 

sebelum nyawamu masuk ke pintu neraka!" kata Pendekar 212. Meski tahu 

kalau dirinya sudah kepepet namun Dewi Kala Hijau tetap menunjukkan 

kegarangan dan keberingasannya. 

"Pemuda sinting! Sekalipun kau punya sepuluh kepala, duapuluh 

tangan, jangan kira kau bakal bisa mengalahkanku! Aku juga memberikan 

kesempatan padamu untuk berlutut minta ampun!" Pendekar 21 2 tertawa 

bergelak. 

Tiba-tiba Ketua Partai Lembah Tengkorak membentak memerintah 

pada kedua muridnya."Hitam, Biru! Ambil nyawa anjing keparat ini!" 

Dua suitan nyaring merobek langit. Kala Biru dan Kala Hitam 

melompat. Namun di tengah jalan serangan keduanya dipapasi oleh satu 

gelombang angin biru yang dahsyat! 

"Akulah lawan kalian!" seru si penimbul angin yang bukan lain adalah 

Dewi Kerudung Biru. Kedua murid Ketua Partai Lembah Tengkorak 

memutar tubuh dan mengirimkan serangan kalajengking hijau dengan 

serentak! Dewi Kerudung Biru melompat empat tombak ke udara kemudian 

lancarkan serangan balasan! Kala Hitam dan Kala Biru cepat berpencar 

kesamping lalu menyerang lagi lebih ganas dari tadi. 

Sekejap saja ketiganva kemudian terlibat dalam jurus demi jurus yang 

berlalu sangat cepat. Sementara itu dibawah penyaksian puluhan pasang 

mata Dewi Kala Hijau telah pula mendahului menyerang Pendekar212! 

Pertempuran hebat berkecamuk. Mula-mula di atas panggung kemudian 

diteruskan ke bawah panggung. Meski memiliki tenaga dalam yang tinggi, 

ilmu mengentengi tubuh yang lihai serta ilmu kala hijau dahsyat namun 

berhadapan dengan Pendekar 212 yang memegang Kapak Maut Naga Geni, 

Ketua Partai Lembah Tengkorak tiada sanggup bertahan lama. 

Berkali-kali hampir tiada putus-putusnya perempuan itu melancarkan 

serangan kala hijau serta hembusan empat jalur asap kematian kepada 

lawannya tapi jangankan berhasil bahkan serangan-serangan itu semuanya 

buyar musnah dilanda angin Kapak Naga Geni 212! 

Nyali Dewi Kala Hijau benar-benar lumer ketika telinganya 

mendengar suara jerit kematian muridnya si Kala Hitam di tangan Dewi 

Kerudung Biru."Kala Biru," kata Ketua Partai Lembah Tengkorak itu dengan ilmu 

menyusupkan suara. Agaknya kali ini kita terpaksa mengaku kalah dan 

larikan diri! Cepat tarik jembatan gantung, lemparkan ke tengah parit" 

Kala Biru, satu-satunya murid Dewi Kala Hijau yang masih hidup 

yang mengerti maksud gurunya itu segera berkelebat dan kirimkan serangan 

dahsyat kepada Dewi Kerudung Biru. Begitu lawannya mengelak maka Kala 

Biru melompat ke arah jembatan gantung. Di sekitar jembatan gantung ini 

dia merobohkan beberapa tokoh silat yang memburunya dan berhasil 

melemparkan jembatan gantung ke tengah parit. 

Namun sebelum dia sempat melompat ke atas jembatan gantung yang 

mengapung di tengah parit berair racun itu. Dewi Kerudung Biru sudah 

berkelebat dari samping! Karena dia hanya memusatkan diri untuk 

melarikan diri, Kala Biru tidak sempat lagi melihat datangnya satu rangkum 

asap biru dari sampingl 

Dia memalingkan kepala sedikit sewaktu merasakan tubuhnya sebelah 

samping kiri mendadak panas. Kemudian 

"Wusss!" Kala Biru terpekik. Tubuhnya tersapu pukulan asap kencana 

biru yang dilancarkan Dewi Kerudung Biru. Tak ampun lagi 

tubuhnya mencelat dan masuk ke dalam parit yang airnya mengandung 

racun yang sangat jahat. Kala Biru megap-megap sebentar kemudian bila 

nyawa nya putus maka tubuhnya perlahan-lahan tenggelam ke dasar parit! 

Sementara itu meski sudah terdesak hebat namun Dewi Kala Hijau 

coba bertahan mati-matian, terutama pada detik-detik dimana dia mencari 

kesempatan untuk melarikan diri itu! 

Tiba-tiba perempuan ini melompat sampai setinggi tujuh tombak. 

Sambil hantamkan kedua telapak tangannya kemuka, dia berjungkir balik 

dengan cepat. Tepat di atas kepala Pendekar 212 diamenghembus dan empat jalur asap kematian menderu ke arah si pemuda. 

Sekali lagi Dewi Kala Hijau berjungkir balik di udara kemudian 

tubuhnya laksana terbang melayang ke atas jembatan gantung! Tapi 

perempuan iblis ini berteriak kaget karena sedetik lagi kakinya akan 

menjejak jembatan dari tulang belulang manusia itu, tiba-tiba satu larik sinar 

putih yang menyilaukan menderu di bawah kakinya! 

Dan hancur leburlah jembatan gantung itu! Air parit yang beracun 

muncrat menyirami kedua kakinya! Racun yang jahat dalam air itu segera 

merambas kaki celana panjangnya, terus menembus kulit ke dua kaki, dan 

masuk ke dalam daging, kemudian menyusup dalam aliran darah! 

Perempuan ini coba mencapai salah satu pecahan jembatan. Tapi kedua 

kakinya saat itu sudah lumpuh karena racun air parit telah menghancurkan 

urat-urat darah di kedua kaki itu! 

Dewi Kala Hijau menjerit ngeri! Tubuhnya amblas sebatas pinggang. 

Kedua tangannya menggelepar gelepar. Tapi gerakannya ini hanya 

menambah cepat tenggelam badannya saja! 

"Tolong ... tolong...!" jerit perempuan itu. Pendekar 212 yang tangan 

kanannya masih memutih dan kuku-kuku jarinya masih berkilau oleh ajian 

ilmu pukulan "Sinar Matahari" yang tadi dilepaskannya menyerang dan 

menghancurkan jembatan gantung, melangkah ke tepi -parit. Dia tertawa 

gelak-gelak. 

'"Perempuan iblis ! coba perlihatkan kehebatanmu saat ini ... l" 

ejeknya. 

"Jahanam!" maki Dewi Kala Hijau. Masih juga dia bisa memaki! 

"Kalau aku mati biarlah.aku menjadi hantu dan mencekik batang 

lehermu!" 

"Ha ... ha ...." Wiro tertawa membahak."Kau memang sudah punya tampang untuk jadi hantu! Biarlah 

kupercepat kematianmu agar bisa lekas-lekas terlaksana harapanmu itu!" 

Habis berkata demikian Wiro Sableng sapukan Kapak Naga Geni 212 nya! 

"Wut!" 

Air parit muncrat sampai lima tombak sebaliknya keseluruhan tubuh 

Dewi Kala Hijau laksana ditindih batu besar tenggelam ke dasar parit 

menyusul muridnya si Kala Biru! Tamatlah riwayat Dewi Kala Hijau atau 

Ketua Partai Lembah Tengkorak yang ganas itu! Partai Lembah Tengkorak 

sendiri turut terkubur bersama kematian Dewi Kala Hijau! 

Tokoh-tokoh silat segera berkumpul dan menjura hormat kepada 

Pendekar 212 dan Dewi Kerudung Biru, sedang bekas anggota-anggota 

Partai Lembah Tengkorak yang masih hidup, yang hanya beberapa orang 

saja lagi membuang senjata mereka dan berlutut minta ampun. 

"Kami akan ampunkan jiwa kalian." kata Wiro Sableng sambil garuk-

garuk kepala. 

"Tapi dengan syarat agar kalian kembali ke jalan yang benar. Jika 

kelak kami menemui kalian berbuat kejahatan lagi, jangan harap dapat 

pengampunan!" 

Bekas anggota-anggota partai itu menjura dan mengucapkan terima 

kasih. Salah seorang dari tokoh silat maju ke hadapan Dewi Kerudung Biru 

dan Pendekar 212 lalu berkata: 

"Nama besar Pendekar 212 dan Dewi Kerudung Biru ternyata benar-

benar membuat kami kagum dan terbuka mata! Kalau tidak ada kalian 

pastilah dunia persilatan akan mengalami bencana dan.." 

"Ah ... kau terlalu memuji. Jika tidak kalian yang membantu-beramai-

ramai mana kami berdua sanggup menghancurkan manusia iblis itu ..." kata 

Wiro Sableng memotong dan merendah."Untuk selanjutnya kami mohon petunjuk kalian berdua." berkata lagi 

si tokoh silat itu. Wiro Sableng mengangkat bahu, lalu berpaling pada 

Anggini atau Dewi Kerudung Biru. Maka berkatalah perempuan ini. 

"Tak ada petunjuk yang lebih bagus daripada kenyataan yang sama 

kita saksikan saat ini. Yaitu bahwa betapapun hebat serta tingginya ilmu 

kejahatan itu namun pada waktu yang sudah di-tentukan Tuhan, kelak akan 

dihancurkan oleh kebenaran! Kemudian peristiwa ini juga memberi petunjuk 

pada kita bahwa jika kita yang satu aliran ini bersatu dan sating bantu maka 

bagaimanapun kuatnya kejahatan dan kedurjanaan itu, pasti akan sanggup 

kita hancurkan!" 

Si tokoh silat mengangguk-anggukkan kepalanya. 

"Sekarang ..." ujar Wiro Sableng pula, 

"Mari kita tinggalkan tempat terkutuk ini ...." Semua orang 

menyetujui. 

"Tapi bagaimana kita bisa menyeberangi parit yang dalam dan sangat 

lebar itu?!" menyeletuk seseorang. 

"Kenapa jadi orang tolol?!" tukas Pendekar 212. 

"Kalian lihat panggung besar itu?! Ayo kita gotong ramai-ramai, kita 

jadikan rakit penyeberang!" Maka beramai-ramai orang-orang itu pun 

menggotong panggung besar yang terbuat dari tulang-tulang manusia dan 

membawanya ke tepi parit. Mayat-mayat di atasnya dibersihkan lebih 

dahulu. Kemudian dengan mempergunakan panggung itu sebagai rakit, 

mereka segera meninggalkan tempat terkutuk Neraka Lembah Tengkorak! 

* * * 

T A M A T

Share:

0 comments:

Posting Komentar