Tampilkan postingan dengan label EBOOK CAMPURAN. Tampilkan semua postingan
KOTA Liok-hui pada hari itu ramai sekali karena banyak
tamu luar kota bahkan luar daerah datang membanjiri kota itu.
Mereka terdiri dari bermacam-macam orang. Ada bangsawan dan
ada yang berpakaian petani, ada saudagar dan ada pula yang
berpakaian seperti pengemis penuh tambalan, ada orang-orang
berpakaian seperti sastrawan dan ada juga yang berpakaian
seperti ahli-ahli silat, bahkan tampak pendeta-pendeta, baik
hwesio (penganut agama Buddha) gundul maupun tosu (penganut
agama To).
Baru keadaan para tamu yang terdiri dari berbagai ragam dan
golongan ini saja sudah merupakan pemandangan menarik yang
jarang tampak di kota itu, apalagi kalau orang mengikuti para
tamu itu dan melihat mereka semua ternyata mengunjungi sebuah
gedung besar yang dihias mentereng dan indah, maka orang akan
melihat suasana yang lebih ramai lagi. Bunyi suling dan yang-
khim, gembreng dan tambur, meramaikan dan menggembirakan
suasana.
Para tamu semua hanya mempunyai satu tujuan, yakni
mengunjungi gedung besar yang berada dalam suasana berpesta
itu. Gedung ini adalah milik Gak Liong Ek Si Naga Terbang,
seorang tokoh kenamaan di kalangan persilatan, yang juga
terkenal kaya raya, hingga di kota itu ia disebut Gak-wangwe
(hartawan she Gak).
Klik Link Download File Dibawah Ini Untuk Cerita Selanjutnya
πππ
KOLEKSI EBOOK CERITA LEPAS
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Kiam-kok-san (Gunung Berlembah Pedang) merupakan sebuah
di antara puncak-puncak Pegunungan Kun-lun-san yang tak pernah
dikunjungi manusia seperti puncak-puncak lain dari Kun-lun-san.
Bukan karena Kiam-kok-san kurang indah pemandangannya. Sama
sekali bukan. Bahkan tamasya alam yang tampak dari puncak
gunung ini amatlah indahnya. Batu kapur yang mengeras dan
mengkilap menjulang tinggi seperti menara besi menembus awan
tak tampak ujungnya seolah-olah bersambung dengan langit.
Pantaslah kalau ada yang mengatakan bahwa puncak batu perawan
itu merupakan tempat kediaman dewa penjaga gunung. Awan putih
yang berarak seperti domba-domba kapas, tak pernah berhenti
dihembus angin langit, menjadi jinak setelah bertemu dengan Kiam-
kok-san, berkumpul di sekeliling puncak seperti sehelai bulu domba
yang hangat. Dari puncak ini memandang ke bawah tampak awan
putih mengambang di bawah kaki, menyusupi lembah-lembah bukit
yang amat curam. Indah, sukar dilukiskan dengan kata-kata
keindahan tamasya alam yang dapat dinikmati dari puncak Kiam-
kok-san. Bagaimana taman surga terbentang luas di bawah kaki,
suram-suram terselimut tirai halimun menciptakan sifat yang ajaib
penuh rahasia.
Bukan karena kurang indah, melainkan kesukaranlah yang
membuat tempat itu tidak pernah dikunjungi manusia. Sesuai
dengan namanya, puncak ini terdiri dari lembah-lembah penuh batu
UNDUH CERITA LENGKAP NYA